Perjalanan reporter Teropong Pesantren ke pulau Madura terasa lebih jauh dari biasanya karena tempat yang kami kunjungi kali ini berada di sebuah kabupaten di ujung timur pulau Madura yaitu Kabupaten Sumenep. Meski agak kelelahan akhirnya tim bisa sampai di tempat tujuan dan bisa langsung mencium bau aroma khas pondok pesantren. Inilah Pondok Pesantren Annuqayah Guluk-guluk. Pesantren tua dengan sejarahnya yang panjang. Pesantren yang berada di Kecamatan Guluk-Guluk Kabupaten Sumenep, dengan jarak sekitar 30 km ke arah barat dari kota Sumenep.

Pesantren ini berdiri pada tahun 1887 M. Didirikan oleh seorang ulama yang berasal dari Kudus Jawa Tengah; KH Moh. Syarqawi. Konon sebelum akhirnya mendirikan Pesantren Annuqayah, Kiai Syarqawi melakukan pengembaraan dalam rangka mencari ilmu; mulai dari beberapa tempat di wilayah Madura lalu Pontianak, Patani (Thailand) Malaysia, hingga bermukim di Mekah.

Pada waktu mukim di Mekah Kiai Syarqawi betemu Kiai Gemma; seorang ulama asal Madura yang kemudian sebelum wafat meminta Kiai Syarqawi untuk menikahi putrinya di Madura. Melalui pertemuannya dengan kiai Gemma inilah takdir mengantarkan Kiai Syarqawi menuju dan menetap di Madura.

Adalah H. Abdul Aziz seorang saudagar kaya pada mulanya membantu Kiai Syarqawi dengan memberikan sebidang tanah dan bahan bangunan di daerah Guluk-guluk. Kemudian di tanah itu Kiai Syarqawi membangun sebuah tempat tinggal dan langgar yang menjadi cikal bakal berdirinya Pondok Pesantren Annuqayah.

Sehingga saat ini Annuqayah menjadi sebuah pesantren besar dan berbentuk pesantren federal, dimana terdapat sekitar 26 daerah pemondokan yang dikelola oleh dua (2) organisasi utama;  Yayasan Annuqayah dan Pondok Pesantren Annuqayah. Masing-masing daerah memiliki pengasuh/kiai sendiri-sendiri dan memiliki hak otonomi dan kedaulatan penuh atas pondok yang di asuh. Akan tetapi meski memiliki hak otonomi dan kedaulatan penuh setiap pondok tetap berada dibawah naungan Annuqayah. Hal inilah yang menjadikan Pesantren Annuqayah menjadi besar di masyarakat. Maka bisa dibayangkan bagaimana luas tanah pesantren Annuqayah dengan 26 pondok yang berdiri diatasnya.

Majalah TebuirengIklan Tebuireng Online

Sejak awal berdirinya dari tahun1887 M sampai kisaran tahun 1935 M. Sistem pendidikan yang di terapkan di Pesantren Annuqayah adalah sistem pendidikan salaf murni seperti sistem pendidikan yang diterapkan di pesantren-pesantren pada umumnya yaitu dengan metode Lalaran, Roisan, Tanya jawab, Setoran hafalan, Penyampaian materi, memaknai dan penjelaskan yang semua kajiannya hanya fokus dalam ilmu keaagamaan atau kitab kuning. Barulah setelah tahun 1935 Annuqoyah memulai berbagai perubahan pada sistem pendidikannya, dengan tetap menekankan pendidikan al Quran yang sedari dulu menjadi semacam ciri khas Pondok Pesantren Annuqoyah.

“Pengajaran disini yang juga menjadi ciri khas adalah kefasihan dalam membaca al Quran, menempatkan makhroj huruf al Quran di tempat yang benar.” kata Gus Muhammad Sholahuddin atau biasa di panggil Gus Mama’ salah satu putra Alm. Kiai Warits Ilyas, pengasuh Pondok pesantren Annuqayah Daerah Lubangsa.

Perubahan pada sistem pendidikan di Pesantren Annuqayah dengan menerapkan sistem kelas atau sekolah dimulai sekitar tahun 1935 M, perubahan itu terjadi setelah K.H. Khazin Ilyas, salah satu keluarga besar Pondok Pesantren Annuqayah, menamatkan studinya di Pondok Pesantren Tebuireng, Jombang. KH. Khazin Ilyas saat itu mengetahui pola pendidikan kelas dari ide yang dibawa oleh Kiai Wahid Hasyim setelah Kiai Wahid pulang dari tanah suci mekah ke Tebuireng, dimana Kiai Khazin saat itu ikut memperhatikan perkembangan metode kelas yang diterapkan di Tebuireng.

Berikutnya setelah Kiai Khazin tamat dari Pesantren Tebuireng kemudian pulang ke Annuqayah Guluk-guluk, beliau mulai menerapkan sistem kelas itu di Pesantren Annuqayah. Mula-mula Kiai Khazin mendirikan madrasah secara sederhana, dengan membuat 3 (tiga) kelas, yang kurikulumnya kira-kira sederajat dengan tingkat Madrasah Tsanawiyah.

“Setelah Tebuireng, Annuqayah termasuk yang paling awal dalam memadukan pelajaran agama dan umum di persantren. Termasuk juga yang paling awal adalah pesantrennya Kiai As’ad Syamsul Arifin Sukorejo Situbondo.” Kata Gus Mama’

Setelah memulai perubahan sistem pendidikan dengan sistem kelas dan mulai memasukkan pelajaran non-agama ke dalam kurikulumnya, Annuqayah pada masa K.H. Moh. Mahfoudh Husaini, terus melanjutkan perombakan sistem dari sistem pendidikan madrasah salafi menjadi pendidikan madrasah formal. Maka pada tahun 1951 didirikanlah Madrasah Tsanawiyah. Perombakan terus berlanjut di bawah kepemimpinan K.H. M. Amir Ilyas, Madrasah Tsanawiyah diubah menjadi Madrasah Muallimin (empat tahun), kemudian pada tahun 1967 disempurnakan menjadi Madrasah Muallimin lengkap (enam tahun). Namun akhirnya, untuk menyesuaikan dengan peraturan pemerintah, pada tahun 1979 Madrasah Muallimin lengkap diubah menjadi Madrasah Tsanawiyah dan Madrasah Aliyah, sehingga pada tahun itu pula ada 3 tingkatan pendidikan (madrasah) di Annuqayah yaitu, MI, MTs dan MA.

Dalam perkembangan selanjutnya, pada tanggal 13 Oktober 1984 Annuqayah mendirikan Perguruan Tinggi Agama Islam (PTAI) dengan satu fakultas, yakni syariah. Pada 5 September 1986, PTAI ini diubah menjadi STISA (Sekolah Tinggi Ilmu Syariah Annuqayah). Kemudian pada tahun berikutnya Pondok Pesantren Annuqayah membuka satu fakultas baru yaitu fakultas Tarbiyah dengan nama STITA (Sekolah Tinggi Ilmu Tarbiyah Annuqayah). Pada tahun 1996, STISA dan STITA dijadikan satu sekolah tinggi, dengan nama Sekolah Tinggi Agama Islam (STIKA) dengan status terakreditasi pada bulan Nopember 2000.

Pada tahun 1986, semakin lengkaplah jenjang pendidikan yang ada di Pondok Pesantren Annuqayah dengan didirikannya Taman Kanak-kanak “Bina Anaprasa” bekerjasama dengan PKBI dan Japan Internasional Exchange of Culture (JIEC)

Dari semua jenjang pendidikan formal yang ada di Annuqayah, sebagian besar memakai kurikulum Departemen Agama (Depag) yang diakomodasikan dengan kurikulum Pondok Pesantren Annuqayah. Dari sistem kurikulum ini hanya untuk pelajaran yang sifatnya mata pelajaran umum yang mempergunakan kurikulum Depag, sedangkan untuk mata pelajaran agama mempergunakan kurikulum Pondok Pesantren Annuqayah dengan kitab-kitab klasikal berbahasa Arab (kitab kuning) sebagai acuan utama. Namun ada juga yang secara formal langsung berkiblat pada kurikulum Depag.

Sehingga secara umum lembaga pendidikan formal di Pondok Pesantren Annuqayah merupakan bentuk peleburan antara model dan sistem pendidikan yang klasikal-tradisional dan sistem modern, yaitu dengan mempertahankan tradisi keilmuan salafiyah yang dipadukan dengan pola dan metode modern yang dianggap masih relevan dan pada akhirnya dimaksudkan sebagai peningkatan kualitas pendidikan di Annuqayah.ם

*Artikel ini pernah dimuat di rubrik teropong pesantren Majalah Tebuireng edisi 33