Selayang Pandang Kitab
Pada bulan Juli 2023, sebuah Kitab Tafsir karangan Muhammad Ismail Al-Ascholy-kerap disapa Lora Ismail-telah terbit, kitab tersebut berjudul Safinatu Kalla Saya’lamuuna fi Tafsiri Syaikhina Maimun. Seperti judulnya, kitab ini merupakan kumpulan dari penjelasan pengajian tafsir KH. Maimoen Zubair (Mbah Moen) yang ditulis selama Lora Ismail mondok di Sarang.
Kitab tersebut berisi tafsiran beberapa pembahasan yang tersusun secara tematik atau sesuai dengan tema-tema tertentu. Terdiri dari 2 juz, juz yang pertama berisi 13 bab, dan juz yang kedua terbagi menjadi 12 bab.
Ulama dan Perumpamaanya dengan Gunung
Salah satu pembahasan yang cukup menarik adalah pembahasan pada bab pertama di juz 1, yang berjudul ‘Uluum wa A’laamu yang berarti Kumpulan Ilmu dan Gunung-gunung (ulama’), lebih tepatnya pada poin yang menafsirkan QS. an-Naziat ayat 40-41 yang menjelaskan mengenai orang yang takut akan Tuhan dan mencegah nafsu dan hawa akan mendapatkan tempat tinggal berupa surga.
Ayat tersebut kemudian dikaitkan dengan QS. Faatir ayat 27-28
اَلَمْ تَرَ اَنَّ اللّٰهَ اَنْزَلَ مِنَ السَّمَاۤءِ مَاۤءًۚ فَاَخْرَجْنَا بِهٖ ثَمَرٰتٍ مُّخْتَلِفًا اَلْوَانُهَا ۗوَمِنَ الْجِبَالِ جُدَدٌ ۢبِيْضٌ وَّحُمْرٌ مُّخْتَلِفٌ اَلْوَانُهَا وَغَرَابِيْبُ سُوْدٌ ٢٧ وَمِنَ النَّاسِ وَالدَّوَاۤبِّ وَالْاَنْعَامِ مُخْتَلِفٌ اَلْوَانُهٗ كَذٰلِكَۗ اِنَّمَا يَخْشَى اللّٰهَ مِنْ عِبَادِهِ الْعُلَمٰۤؤُاۗ اِنَّ اللّٰهَ عَزِيْزٌ غَفُوْرٌ ٢٨
Artinya: 27. Tidakkah engkau melihat bahwa sesungguhnya Allah menurunkan air dari langit, lalu dengan (air) itu Kami mengeluarkan hasil tanaman yang beraneka macam warnanya. Di antara gunung-gunung itu ada bergaris-garis putih dan merah yang beraneka macam warnanya dan ada (pula) yang hitam pekat. 28. (Demikian pula) di antara manusia, makhluk bergerak yang bernyawa, dan hewan-hewan ternak ada yang bermacam-macam warnanya (dan jenisnya). Di antara hamba-hamba Allah yang takut kepada-Nya, hanyalah para ulama.635) Sesungguhnya Allah Maha Perkasa lagi Maha Pengampun.
Ayat tersebut menyebutkan mengenai air yang turun dari langit sebagai perumpamaan dari al-Quran yang turun dari langit, yang kemudian dari ilmu al-Quran tersebut munculah para ulama yang berbeda-beda (baik dari segi keilmuan, tegas-lembut, corak pemahaman, latar belakang, dan lain-lain), yang mana para ulama ini dilambangkan dengan gunung-gunung yang dalam ayat ini dijelaskan memiliki warna yang berbeda-beda, seperti putih, merah, dan hitam pekat.
Perumpamaan ini juga dihubungkan dengan cerita penciptaan alam semesta, di mana Allah menciptakan gunung pada hari selasa, dan kebanyakan ulama’ (khususnya ulama’ Sarang) wafat pada hari Selasa. Selain itu, wafatnya para ulama menunjukkan semakin dekatnya hari kiamat, sebagaimana hancurnya gunung adalah salah satu dari tanda-tanda kiamat.
Mengingat kisah awal diciptakannya gunung adalah untuk menyeimbangkan bumi yang bergoyang, demikian pula ulama’ yang menyeimbangkan kehidupan didunia dari berbagai macam goncangan, baik terkait aqidah, moral, akhlaq, dan lain-lain.
Ayat ini memberikan isyarat melalui sebuah pola, di mana setelah menjelaskan mengenai beragamnya hasil tanaman, kemudian membahas mengenai gunung yang berbeda-beda. Ayat selanjutnya menjelaskan mengenai manusia, makhluk bernyawa, dan hewan ternak juga memiliki keberagaman, dan kemudian menjelaskan bahwa di antara hamba-hambaNya, hanya ulamalah yang takut kepada Allah.
Pada kitab ini juga dijelaskan, bahwa ulama yang diridhoi oleh Allah adalah ulama yang takut kepada Allah. Dan Allah juga menyifati ulama pada ayat 29-30 yang menjelaskan bahwa ulama adalah orang-orang yang membaca kitab Allah (al-Quran), mendirikan sholat, menginfakkan rezeki yang didapat baik secara sembunyi-sembunyi maupun terang-terangan, serta mengharapkan sebuah perniagaan yang tidak rugi-merugikan. Dan hal tersebut akan diganjar oleh Allah, dan ditambah keutamaannya.
Seseorang yang bertambah kekhusyu’annya maka akan bertambah ketaqwaannya, dan orang yang bertambah ketakwaannya maka akan bertambah petunjuk yang didapatkan, dan hal itu mengantarkan pada kedekatan dengan Allah. Dan sesuai dengan ayat 28, bahwa yang memiliki kekhusyu’an tersebut hanyalah para ulama.
Pada akhir pembahasan ayat ini, disebutkan mengenai realita zaman sekarang, di mana orang-orang yang bertambah kekhusyu’annya bukan bertambah kedekatannya dengan Allah, namun malah bertambah kebodohannya. Hal ini karena alasan khusyu’ yang dilakukan bukan berdasar pada alasan keagamaan, namun mungkin karena faktor kurangnya pengetahuan, enggan ikut campur, atau hal-hal lainnya.
Wallahu a’lamu bi ash-showabi
Baca Juga: Membaca Tafsir Berdasarkan Tema Pokok Al-Qur’an
Ditulis oleh Mayada Athya Nadhiroh