Oleh: Iryan Ramdhani*

Kita terkadang lupa, bahwa setiap “hari peringatan dalam Islam” memiliki makna atau pesan, mungkin sebaiknya kita kembali belajar dan mendalami makna atau pesan tersebut.

Adakah kebahagiaan yang melebihi dirindu dan dinanti Sang Kekasih, Rasulullah SAW? Jika kita melihat lebih jauh lagi, banyak sekali hal-hal yang dapat dipetik di dalam hari peringatan Islam. Salah satunya adalah peringatan Maulid Nabi Muhammad SAW.

Dalam pengertiannya, Maulid Nabi merupakan sebuah perayaan yang dilakukan dalam rangka memperingati hari kelahiran Nabi Muhammad SAW sebagai bentuk rasa cinta umat kepada sang Nabi.

Tradisi ini banyak dilakukan oleh umat Islam di berbagai belahan dunia termasuk di Indonesia. Peringatan hari lahir Nabi Muhammad SAW ini digelar setiap tanggal 12 Rabiul Awal dalam penanggalan Hijriyah. Meskipun berbeda dalam bentuk perayaannya, pada hakikatnya tradisi maulid tidak hanya sebagai pengingat sejarah bagi umat Islam.

Majalah TebuirengIklan Tebuireng Online

Tradisi ini juga sebagai pengingat umat Islam akan sosok Rasulullah yang menjadi inspirasi paling sempurna bagi seorang muslim dalam menjalani apa pun dalam realitas kehidupannya.

Jika kita mencari tahu lebih banyak di Indonesia, banyak sekali keunikan yang selalu membuat kita terkagum. Beragam penyebutan istilah peringatan maulid nabi muhammad SAW dibelahan daerah, seperti kirab ampyang, muludhen, panjang jimat, bungo lado dan lain sebagainya.

Terdapat keberagaman setiap daerah memiliki cara penyampaian yang beragam, namun masih dengan maksud yang sama. Dalam tradisi ini, masing-masing peserta juga menampilkan sejumlah kesenian, seperti visualisasi tokoh-tokoh yang berjasa pada saat berdirinya daerah setempat.

Selain itu, masyarakat muslim menyiapkan kue-kue tradisional, seperti kue-kue khas daerah yang disusun sedemikian rupa dan diarak dari rumah menuju masjid terdekat. Yang kemudian akan diarak dengan mobil yang mampu menarik perhatian ribuan warga yang memadati tepi jalan.

Walaupun di era seperti ini kita lebih membutuhkan penjelasan melalui komunikasi langsung bukan media perantara benda mati bahkan tradisi lampau. Dengan melakukan komunikasi sosial, seseorang akan dapat menjalin kerjasama dengan anggota masyarakat lainnya, dalam rangka mencapai tujuan bersama.

Peranan adanya peringatan maulid Nabi di Indonesia sendiri dapat menjadi solusi dengan metode pendekatan persuasif, agar orang-orang muslim dan non-muslim dapat mengenal sekaligus mempererat toleransi yang lebih baik lagi dalam mengenal satu sama lain. Apalagi budaya Indonesia tidak lepas dari gotong royong dan orangnya yang ramah kepada siapapun.

Menurut Friedrich Heiler, pakar ahli ilmu sosial ia mengemukakan pengertian toleransi merupakan sikap seseorang untuk mengakui adanya pluralitas agama dan menghargai setiap pemeluk agama tersebut. Menurutnya, para pemeluk agama ini memiliki hak menerima perlakuan sama dari semua orang.

Melalui tradisi unik peringatan maulid Nabi Muhammad SAW yang ada di berbagai daerah di Indonesia, saya yakin banyak sekali hikmah dan hal-hal yang dapat dipetik. Budaya asli leluhur dipadukan dengan Islam.

Saya yakin jika suatu budaya asli daerah yang tidak mengenal dari mana asal dan apa agama seseorang, asalkan terbuka dan mau berbaur, kita akan menangkap sisi positif dan makna dari sebuah budaya ataupun agama. Namun, di sisi lain, kita juga harus mempertahankan dan membela agama kita sendiri.

Kita tetap dituntut untuk bertanggung jawab memberikan pencerahan terhadap orang lain, baik sebagai individu maupun melalui berbagai kapasitas yang kita miliki. Al Quran memberikan porsi pas dalam ayat:

يَاأَيُّهَا الَّذِينَ ءَامَنُوا لَا تَتَّخِذُوا الَّذِينَ اتَّخَذُوا دِينَكُمْ هُزُوًا وَلَعِبًا مِنَ الَّذِينَ أُوتُوا الْكِتَابَ مِنْ قَبْلِكُمْ وَالْكُفَّارَ أَوْلِيَاءَ وَاتَّقُوا اللَّهَ إِنْ كُنْتُمْ مُؤْمِنِينَ

“Hai orang-orang yang beriman, janganlah kamu mengambil jadi pemimpinmu, orang-orang yang membuat agamamu jadi buah ejekan dan permainan, (yaitu) di antara orang-orang yang telah diberi Kitab sebelummu, dan orang-orang yang kafir (orang-orang musyrik). Dan bertakwalah kepada Allah jika kamu betul-betul orang-orang yang beriman.”. [al-Maidah/5:57]

Kita terkadang lupa, bahwa setiap hari peringatan dalam Islam memiliki makna atau pesan yang mendalam. Kita juga perlu mewaspadai oknum-oknum yang sengaja merusak citra Islam, pengaruh media massa, lemahnya orang-orang yang beriman dalam amar makruf dan nahi munkar, serta bahaya lisan dan tulisan, terlebih di media sosial.

Karena pesan-pesan tradisi tersebut tidak dapat tersampaikan, jika kita saja tidak bisa memperbaiki diri sendiri. Dapat kita tarik kesimpulan, ada dua jalan untuk menanggulangi dan mencari jalan keluar dari problematika ini.

Setidaknya hanya dengan dua hal ini bisa terealisasi. Pertama, menggunakan spirit maulid sebagai agenda memperkokoh persatuan umat Islam. Golongan yang menolak maulid juga kita rangkul baik-baik.

Kedua, langkah pencegahan dengan memperbanyak ujaran kedamaian, menyampaikan inti agama Islam rahmah, dan tentu memperbaiki kualitas pendidikan agama Islam kita, di mana keteladanan Rasulullah SAW harus ditonjolkan.

Sudah saatnya kita sebagai umat Islam mulai mengangkat kepala dan tidak berdiam diri membiarkan masalah yang menyangkut agama terus terjadi. Kita seharusnya selalu mencari solusi baik secara bertahap maupun tidak.

Sudah saatnya acara seremonial keagamaan kita harus dibarengi dengan upaya memperbaiki kualitas ukhuwah, baik humanisme (kemanusiaan), religius (keagamaan) dan nasionalisme (kebangsaan).

*Alumnus SMA A.WH Tebuireng.