Suasana malam peringatan Isra' Mi'raj di Pesantren Tebuireng Kamis (05/05/2016)
Suasana malam peringatan Isra’ Mi’raj di Pesantren Tebuireng Kamis (05/05/2016)

tebuireng.online– Kamis (05/05) Pesantren Tebuireng mengadakan acara peringatan Hari Besar Islam Isro’ Mi’roj. Acara yang diselenggarakan oleh pengurus dan aliansi semua Organisasi Daerah (ORDA) itu dilaksanakan di Halaman Utama Pesantren Tebuireng atau depan Gedung KH. M. Yusuf Hasyim malam tadi. Sekitar pukul 20.00 WIB seusai pelaksanaan Shalat Isya di masjid, semua santri di arahkan untuk langsung menempati tempat acara.

Grup banjari Kubah Ireng tampil sebagai pengisi pra acara, dilanjutkan dengan pembacaan tahlil yang dipimpin oleh Ustadz Agus Maulana. Masuk pada acara inti diawali dengan lantunan ayat suci Al-Qur’an oleh Ahmad Diba.

“Acara semacam ini adalah kerjasama dari semua ORDA dan pengurus, peran ORDA di sini sebagai pelaksana dan wadah pengetahuan organisasi bagi santri,” tutur penasehat ORDA Ustadz Rusman Fauzin dalam sambutannya. Beliau juga menambahkan bahwa nyantri di Pesantren Tebuireng minimal ditempuh selama tiga tahun. “Karamah Kiai Hasyim hanya bisa dirasakan ketika santri sudah lulus mondok,” tambahnya.

Kepala Pondok Pesantren Tebuireng, Ustadz H. Ahmad Ainur Rofiq menganjurkan santri agar berperan aktif dalam organisasi baik dalam lingkup daerah maupun wisma, sebagai sarana dan bekal terjun di masyarakat nanti. Karena dengan berorganisasi memberikan pembelajaran mengenai arti sebuah kebersamaan, toleransi, komitmen, dan menejemen.

Mewakili Pengasuh, Mudir Bidang Kepondokan, H. Lukman Hakim. B.A., mendoakan para santri bisa mendapatkan barakah ilmu dari Mbah Hasyim disamping lulus dalam ujian nasional. Pasalnya, menurut beliau, barakah adalah kekuatan khusus yang susah dicari di tempat lain, selain di pesantren.

Majalah TebuirengIklan Tebuireng Online

Mauidhoh hasanah disampaikan oleh KH. Abdul Nasir Badrus. Beliau adalah alumni Pesantren Tebuireng. “Yang perlu diperhatikan dari peristiwa Isra’ Mi’raj adalah hati yang bersih dan niat yang tulus. Jadi santri berangkat dari rumah menuju pesantren harus punya niat yang baik mencari ilmu,” tutur beliau mengawali nasehat. Beliau menuturkan bahwa simbol-simbol dalam agama tidak serta merta menjadikan santri hebat dan berbangga. Namun, yang terpenting adalah sikap dan ikatan batin santri kepada para guru. (Sutan/Abror)