ilustrasi: www.google.com

Oleh: Rara Zarary*

Kamu lihat,

Perempuan itu sedang asik memainkan hujan. Jemarinya menari. Sesekali wajahnya ia hapus dengan lembut. Ada buliran air melompat-lompat di atas matanya yang sedang terpejam. Berkali-kali aku lihat ia tersenyum, begitu tulus.

Kakinya mulai melangkah, mengayun diantara air dan tanah. Ia melompat, percikannya melambai ke segala arah. Jeda waktu, ia diam. Wajahnya berubah.

Ada air yang mengalir dari matanya, bukan hujan. Itu air mata yang perih bila mengenai luka. Namun segera, ia hapus. Ia kembali melompat dan menari-nari bersama derai hujan yang masih dahsyat. Petir adalah irama bagi sendu sendanya.

Majalah TebuirengIklan Tebuireng Online

Lihat dengan baik, Hujan mulai reda, ia kembali seperti semula, diam dan tak butuh kata-kata. Namun ia masih hidup dan punya harapan seluas semesta.

Kau tahu siapa dia? Dialah aku. Yang masih ada, berdiri di sini. Tak pernah terkubur sebab luka-luka mengungkung terlalu lama. Aku masih bisa menari dengan lincah. Tersenyum begitu indah. Dan menikmati hujan sebagai berkah.

Biarlah hari ini, tak perlu kubedakan, dimana air mata dan seperti apa hujan yang jatuh ke mata.