Terlahir menjadi seorang perempuan merupakan takdir Allah. Terlahir menjadi seorang yang beragama Islam juga merupakan bagian dari takdir Allah. Terkadang setan memang membisikan hal-hal yang buruk sehingga membuat kita mempertanyakan beragam takdir Allah yang terjadi kepada kita. Salah satunya mungkin mempertanyakan mengapa terlahir sebagai perempuan. Fitnah dunia yang semakin sulit kita hadapi ini menjadikan kita harus ekstra dalam membekali diri dengan ilmu agama yang cukup agar kita tidak tersesat dari agama Allah.
Zaman yang serba canggih serta maraknya penggunaan sosial media merupakan hal yang tidak mudah bagi kita semua khususnya bagi perempuan. Perempuan memiliki fitrah ingin terlihhat, ingin dipuji, dan ingin dipandang indah oleh banyak pasang mata. Tak jarang banyak perempuan yang tidak mentaati syariat Allah untuk menutup aurat hanya karena merasanya dirinya tidak lagi indah ketika harus terbalut hijab dan pakaian yang syar’i. Padahal segala perintah Allah sejatinya adalah perintah untuk masuk surga. Mari bersama-sama kita pahami indahnya takdir Allah dengan terlahir sebagai perempuan.
Mungkin sebagian kita bertanya mengapa aurat perempuan hampir seluruh tubuh sedangkan laki-laki hanya sedikit? Atau mungkin bertanya mengapa seringkali banyak “kajian perempuan” sedangkan pada laki-laki jarang ditemukan “kajian laki-laki” dan juga pertanyaan-pertanyaan lain yang mungkin secara tidak sengaja pernah terbesit dalam pikiran kita. Namun pernahkan kita mencari tahu hikmah dibalik itu semua? Pernahkah kita membaca buku yang berkaitan dengan pertanyaan tersebut atau bahkan mendengar alasan dibalik perintah Allah yang mulia tersebut?
Sebelum mendalami lebih jauh apa saja keutamaan sebagai perempuan ada satu hal yang sangat penting untuk kita pahami. Mentaati perintah Allah berarti menyerahkan diri untuk masuk ke surga Allah, yang mana surga adalah kenikmatan kekal yang tidak ada tandingannya. Dalam Syarah Al-Hikam Ke-108 dijelaskan [1]
أَوْجَبَ عَلَيْكَ وُجُوْدَ خِدْمَتِهِ وَ مَا أَوْجَبَ عَلَيْكَ إِلَّا دُخُوْلُ جَنَّتِهِ
“Allah mewajibkanmu berbuat taat, padahal yang sebenarnya hanya mewajibkanmu masuk ke dalam surga-Nya.”
Berikut ini merupakan beberapa keutamaan perempuan agar kita senantiasa Ikhlas menjalani takdir Allah sebagai hamba terpilih yang terlahir menjadi perempuan.
- Penghalang Neraka Bagi Orang Tuanya
Telah disebutkan dalam sebuah hadits yang diriwayatkan oleh Bukhari dan Muslim bahwa: [2]
عن عائشة ـ رضي الله عنها ـ قالت: دخلت امرأة معها ابنتان لها تسأل فلم تجد عندي شيئا غير تمرة
فأعطيتها إياها فقسمتها بين ابنتيها ولم تأكل منها، ثم قامت فخرجت، فدخل النبي صلى الله عليه وسلم
علينا فأخبرته، فقال: من ابتلي من هذه البنات بشيء كن له سترا من النار. رواه البخاري ومسلم
Dari Aisyah r.a. berkata, “Datang padaku seorang perempuan bersama dua anak perempuannya, dia meminta sesuatu dan aku tidak memiliki apapun kecuali satu butir kurma lalu aku memberikannya kepada perempuan itu, lalu dia membaginya menjadi dua di antara kedua anaknya dan dia tidak memakannya sama sekali. Lalu dia berdiri dan keluar. Kemudian Nabi saw. masuk lalu aku menceritakan hal itu. Beliau bersabda, “Barangsiapa yang diuji dengan (kehadiran) anak perempuan maka mereka akan menjadi penghalang baginya dari api neraka.” (H.R. Bukhari & Muslim)
Pada zaman jahiliyah dahulu anak perempuan seringkali dianggap sebuah aib yang menyusahkan keluarga. Melalui hadits tersebut Rasulullah Saw. menyampaikan bahwa anak perempuan itu justru akan menjadi sebab penghalang neraka bagi orang tuanya jika mereka bersabar dan mendidik anak perempuan dengan sepenuh hati.
- Penyempurna Agama Bagi Suaminya
Fitnah dunia adalah hal yang saat ini sedang kita hadapi. Ada banyak perkara-perkara yang bertentangan dengan ajaran agama Allah tetapi dianggap perkara kecil. Ada banyak hal yang bisa membuat kita terjerumus kedalam godaan setan dan tersesat pada jalan yang tidak Allah ridhai. Salah satunya adalah perbuatan zina. Ketika berpacaran dianggap sebuah tren maka ajaran yang sebenarnya mulai dianggap asing. Padahal Allah hanya menginginkan yang terbaik untuk hamba-Nya.
Salah satu kemuliaan menikah adalah sempurnanya agama seseorang. Melalui menikah seseorang bisa terlindungi dari maksiat kemaluaan. Dari Anas bin Malik radhiyallahu ‘anhu, ia berkata bahwa Rasulullah shallallahu ‘alaihi wa sallam bersabda:
إِذَا تَزَوَّجَ العَبْدُ فَقَدْ كَمَّلَ نَصْفَ الدِّيْنِ ، فَلْيَتَّقِ اللهَ فِي النِّصْفِ البَاقِي
“Jika seseorang menikah, maka ia telah menyempurnakan separuh agamanya. Karenanya, bertakwalah pada Allah pada separuh yang lainnya.” (HR. Al Baihaqi).
- Menjadi Surga Bagi Anaknya
Menjadi seorang ibu adalah kemuliaan tidak terhingga. Meski banyak rintangan dan tantangan yang harus dihadapi tetapi Allah juga memberikan keistimewaan kepada seorang Ibu. Beragam proses yang dilewati oleh calon seorang Ibu dan Ibu tentu tidak akan Allah biarkan begitu saja. Salah satu kemuliaan tersebut adalah sebagaimana sabda Rasululullah shallallahu ‘alaihi wasallamm
يَا رَسُولَ اللَّهِ أَرَدْتُ أَنْ أَغْزُوَ وَقَدْ جِئْتُ أَسْتَشِيرُكَ فَقَالَ هَلْ لَكَ مِنْ أُمٍّ قَالَ نَعَمْ قَالَ فَالْزَمْهَا فَإِنَّ الْجَنَّةَ تَحْتَ رِجْلَيْهَا
“Wahai Rasulullah! Aku ingin ikut dalam peperangan (berjihad di jalan Allah) dan aku datang untuk meminta pendapatmu.” Maka Rasululullah shallallahu ‘alaihi wa sallamm bersabda, “Apakah kamu mempunyai ibu?” Dia menjawab, “Ya.” Rasululullah shallallahu ‘alaihi wasallamm bersabda, “Tetaplah bersamanya! Karena sesungguhnya surga ada di bawah kedua kakinya. (Hadits ini dinyatakan shahih oleh Imam al-Hakim)
Dari hadits tersebut dapat kita ambil kesimpulan bahwa ketika seorang anak memiliki pilihan untuk berjihad atau menemani ibunya, maka yang lebih utama bagi anak tersebut adalah menemani Ibunya. Begitu mulianya seorang Ibu hingga Rasulullah sendiri memerintahkan anak yang ingin ikut berjihad untuk tetap bersama Ibunya.
Kemudian telah kita ketahui bersama pula Rasululullah shallallahu ‘alaihi wasallamm juga menyebutkan Ibu tiga kali dalam sabdanya, yaitu :
Dari Mu’awiyah bin Haidah Al Qusyairi radhiallahu’ahu, beliau bertanya kepada Nabi:
يا رسولَ اللهِ ! مَنْ أَبَرُّ ؟ قال : أُمَّكَ ، قُلْتُ : مَنْ أَبَرُّ ؟ قال : أُمَّكَ ، قُلْتُ : مَنْ أَبَرُّ : قال : أُمَّكَ ، قُلْتُ : مَنْ أَبَرُّ ؟
قال : أباك ، ثُمَّ الأَقْرَبَ فَالأَقْرَبَ
“Wahai Rasulullah, siapa yang paling berhak aku perlakukan dengan baik? Nabi menjawab: Ibumu. Lalu siapa lagi? Nabi menjawab: Ibumu. Lalu siapa lagi? Nabi menjawab: Ibumu. Lalu siapa lagi? Nabi menjawab: ayahmu, lalu yang lebih dekat setelahnya dan setelahnya” (HR. Al Bukhari).
Begitu mulianya perempuan dengan segala keutamaan yang dimilikinya. Allah tentu tidak pernah menyulitkan hamba-Nya. Apa-apa yang Allah kehendaki adalah agar hamba-Nya meraih surga yang penuh kenikmatan. Melalui beberapa penjelasan ini diharapkan kita semua semakin ikhlas terhadap takdir Allah dan semakin memahami bahwa Allah Maha Kuasa atas segala-galanya.
Penulis: Robithah Aulia
Refrensi
[1] https://hatisenang.com/syarah-hikmah-ke-108-syarah-al-hikam-kh-sholeh-darat/