Al-Quran adalah kalam ilahi yang bersifat qoth’i atau pasti, tidak pernah dan tidak akan berubah lafadznya. Namun, pengetahuan, penafsiran, dan pemahaman dalam mengkajinya tidak pernah habis dan akan terus relevan dengan zaman. Banyak aspek dan sisi dari al-Quran yang menunjukkan kemukjizatan dan kualitas al-Quran yang menakjubkan. Hal ini menjadi menjadi bukti bahwa benar-benar merupakan kalam ilahi dan bukan rekayasa manusia.
Salah satu hal yang paling sederhana ialah dari sisi kebahasaan. Pemilihan kata, ada atau tidak adanya sebuah huruf, urutan penyebutan lafadz, merupakan sebagian dari sisi kemukjizatan al-Qur’an. Dalam artikel kali ini, kita akan membahas mengenai lafadz ra’a, nadhara, dan bashara. Secara garis besar, ketiganya sama-sama memiliki makna melihat.
Namun dalam sebuah ayat pada al-Quran, ketiga lafadz ini disebut bersamaan. Hal tersebut menunjukkan bahwa ketiganya memiliki makna dan maksud yang berbeda. Karena perbedaan lafadz dalam al-Qur’an tentu menyimpan makna tersendiri. Ayat yang menyebutkan ketiga lafadz tersebut adalah QS. Al-A’raf ayat 198:
وَاِنْ تَدْعُوْهُمْ اِلَى الْهُدٰى لَا يَسْمَعُوْاۗ وَتَرٰىهُمْ يَنْظُرُوْنَ اِلَيْكَ وَهُمْ لَا يُبْصِرُوْنَ ١٩٨
Artinya: “Jika kamu menyeru mereka (berhala-berhala) untuk memberi petunjuk, mereka tidak dapat mendengarnya. Kamu melihat bahwa mereka melihatmu, padahal mereka tidak melihatmu.”
Pembahasan mengenai berhala dimulai dari ayat 189. Pada ayat tersebut disebutkan bahwa Allahlah yang menciptakan manusia dan juga pasangan-pasangannya. Kemudian Allah juga yang menghendaki kehamilan yang akhirnya melahirkan keturunan. Namun, setelah Allah memeberikan anugerah pasangan dan juga keturunan, para manusia malah menyekutukan Allah dengan berhala yang jelas tidak mampu menciptakan apapun, malah manusia-lah yang menciptakan berhala dan menyembahnya.
Lafadz taro pada ayat tersebut memiliki shighot fi’il mudhori’ dari fi’il madhi ra’a. Lafadz sendiri jika dilihat artinya dalam kamus adalah melihat dengan menggunakan mata, hati, ataupun akal. Namun, melihat dalam konteks ini menunjukkan bahwa pelaku hanya sekedar melihat tanpa memperhatikan dengan seksama. Seperti kalimat yang masyhur digunakan dalam pembahasan ilmu nahwu, yaitu رأيت زيدا, yang memiliki arti Saya melihat Zaid. Dari kalimat tersebut dapat diketahui bahwa pelaku “saya” hanya sekedar melihat Zaid, bukan memperhatikan Zaid dengan seksama.
Selanjutnya, lafadz yandzuruna pada ayat tersebut yang memiliki shighot fi’il mudhori yang menyimapan dhomir hum atau menunjukkan makna laki-laki banyak. Lafadz tersebut terbentuk dari fi’il madhi nadhara. Jika melihat terjemah pada kamus, lafadz nadhara menunjukkan makna melihat dengan seksama, atau singkatnya adalah memperhatikan atau mengamati. Seperti pada QS. Al-An’am ayat 11:
قُلْ سِيْرُوْا فِى الْاَرْضِ ثُمَّ انْظُرُوْا كَيْفَ كَانَ عَاقِبَةُ الْمُكَذِّبِيْنَ
Artinya: “Katakanlah (Nabi Muhammad), “Jelajahilah bumi, kemudian perhatikanlah bagaimana kesudahan orang-orang yang mendustakan itu.”
Namun, penggunaan lafadz nadhara pada Q.S. Al-A’raf ayat 198 memiliki makna yang berbeda. Dijelaskan pada Tafsir Al-Baghawi, bahwa pada ayat ini, lafads nadhara tidak menunjukkan makna nadhara secara hakikat. Karena pada ayat tersebut menjelaskan berhala yang ‘seakan-akan’ memperhatikan. Oleh karena itu, digunakanlah lafadz nadhara.
Yang terakhir adalah lafadz yubshirun yang berasal dari fi’il madhi tsulatsi mazid “Abshoro” yang bentuk asalnya adalah bashara. Dari ketiga lafadz tersebut yang memiliki makna melihat, hanya lafadz bashara-lah yang termasuk ke dalam asmaul husna, yaitu al-Bashir dan sifat wajib Allah, yaitu bashor dan bashiron.
Hal tersebut menunjukkan bahwa lafadz bashara memiliki makna melihat secara hakikat. Baik itu meliputi yang dzohir ataupun bathin.
Maka, terjemah yang lebih tepat dan telah sesuai dengan terjemah Qur’an Kemenag dari QS. Al-A’raf ayat 198 di atas “Kamu mengira mereka memperhatikanmu, padahal mereka tidak melihat.” Wallahu a’lamu bi ash-shawabi.
Baca Juga: Term Musuh dalam Al-Quran, Perbedaan antara ‘Aduw dan Khusumah
Penulis: Mayada Athya Nadhiroh