ilustrasi gembira bulan maulid nabi muhammad

Begitu kita memasuki bulan Rabiul Awal atau Maulid, maka kita akan menemui umat Islam menyelenggarakan Mauludan atau Maulidan (Muludan, Jawa) untuk mengenang sejarah hidup dan perjuangan Baginda Rasulullah SAW. Sebenarnya, di bulan Rabiul Awal atau Maulid terdapat peristiwa penting yang menyangkut langsung sejarah hidup dan perjuangan Baginda Rasulullah SAW.

Peristiwa pertama adalah lahirnya Baginda Rasulullah SAW di kota Makkah pada hari Senin, 12 Rabiul Awal Tahun Gajah, yang bertepatan dengan tanggal 20 April 571 M. Beliau dilahirkan di tengah masyarakat yang penuh kebobrokan, keburukan, kebodohan, kedhaliman dan kekufuran.

Kelahiran Baginda Rasulullah SAW, menjadi antitesa dari kondisi yang terjadi di tanah Makkah pada saat itu. Kelahiran beliau membawa kebaikan, kebenaran, keadilan, kemakmuran dan kebahagiaan yang penuh dengan keberkahan dan kasih sayang. Kelahiran beliau, bagaikan lampu pelita menyinari dunia yang gelap gulita.

Peristiwa kedua adalah hijrahnya Baginda Rasulullah SAW dari kota Makkah menuju kota Madinah pada hari Senin, 12 Rabiul Awal. 13 tahun setelah beliau diangkat menjadi Nabi dan Rasul dan setelah beliau menetap di Makkah selama 13 tahun untuk menanam keadilan, menanam kebenaran, menanam kebahagiaan dan menanam rasa kasih sayang dengan sesama manusia.

Dalam mengemban tugas kenabian tersebut, tidak sedikit beliau mengalami berbagai macam hambatan dan ancaman. Bahkan beliau mendapat ancaman pembunuhan, jika beliau tidak menghentikan risalah dakwahnya untuk mengajak umat manusia memeluk agama Islam. Semua hambatan dan ancaman Beliau hadapi dengan keteguhan, kesabaran, serta kepercayaan diri yang mendalam atas datangnya pertolongan dari Sang Khalik.  

Majalah TebuirengIklan Tebuireng Online

Hambatan dan ancaman tidak saja dilakukan secara langsung, tetapi juga dilakukan melalui orang-orang terdekat Rasulullah SAW. Misalnya, perlakuan paman beliau sendiri. Yakni Abu Thalib, yang meminta agar Sang Nabi mau menghentikan kegiatan dakwah Islamiyahnya. Namun, Permintaan dari sang paman beliau tolak dengan berani dan tegas. Beliau berkata kepada pamannya:

يَا عَمِّ، لَوْ وَضَعُوْا الشَّمْسَ فِيْ يَمِيْنِيْ وَالقَمَرَ فِيْ يَسَارِيْ عَلَى أَنْ أَتْرُكَ هَذَا الأَمْرَ مَا تَرَكْتُهُ

Wahai paman, andaikan mereka meletakkan matahari di tangan kananku dan bulan di tangan kiriku supaya aku menghentikan dakwah ini, maka aku tidak akan meninggalkannya.” (As Sirah Al Halabiyyah, I/ 408; Subulul Al Huda War-Rasyad, II/ 327)

Tidak sampai disitu saja. Pada satu kesempatan lain, salah seorang pembesar orang-orang kafir Makkah, Utbah bin Rabiah juga datang  kepada Sang Nabi untuk menghentikan dakwahnya. Dia menawarkan harta yang melimpah, pangkat yang tinggi, serta wanita-wanita cantik. Tapi, semua yang ditawarkan oleh Utbah bin Rabiah ditolak mentah-mentah oleh Baginda Rasul, seraya membacakan 13 ayat dari surat Fushshilat.

Setelah Utbah bin Rabiah mendengarkan bacaan Al-Quran yang begitu indah, begitu mempesona, dan menakjubkan. Ia berubah pikiran dan kembali menemui orang-orang kafir Makkah seraya berkata kepada mereka bahwa, dia mendengar bacaan Al-Quran yang indah dan berpesan untuk tidak menghalangi dakwah Nabi SAW.

Peristiwa ketiga adalah wafatnya Rasulullah SAW di Madinah, yang terjadi pada hari Senin, 12 Rabiul Awal tahun 23 kenabian. Beliau mewariskan kebenaran, kejujuran, kemakmuran, kebahagiaan serta kasih sayang yang sempurna. Allah SWT berfirman:

الْيَوْمَ أَكْمَلْتُ لَكُمْ دِينَكُمْ وَأَتْمَمْتُ عَلَيْكُمْ نِعْمَتِي وَرَضِيْتُ لَكُمُ الإِسْلاَمَ دِينًا

“Pada hari ini telah Aku sempurnakan agamamu untukmu, dan telah Aku cukupkan nikmat-Ku bagimu, dan telah Aku ridhoi Islam sebagai agamamu.“ [QS. al-Maidah: 3].

Hidup beliau membawa pengaruh besar bagi umat Islam. Wafat-Nya pun juga meninggalkan jasa terhadap umat Islam. Sebagaimana sabda beliau:

حَيَاتِي خَيْرٌ لَكُمْ تُحَدِّثُوْنَ وَيُحَدَّثُ لَكُمْ، فَإِذَا أَنَا مُتُّ كَانَتْ وَفَاتِيْ خَيْرًا لَكُمْ، تُعْرَضُ عَليَّ أَعْمَالُكُم، فَإِنْ رَأَيْتُ خَيْرًا حَمِدْتُ اللهَ، وَإِنْ رَأَيْتُ شَرًّا اِسْتَغْفَرْتُ لَكُمْ

“Hidupku itu lebih baik untuk kalian. Kalian menceritakan kepadaku masalah-masalah yang kalian hadapi, lalu aku menceritakan jalan keluarnya untuk kalian. Ketika aku wafat, maka wafatku itu juga lebih baik untuk kalian. Karena semua amal perbuatanmu akan ditampakkan kepadaku. Ketika amal itu aku ketahui baik, maka aku memuji Allah dan jika amal itu aku ketahui jelek, maka aku mohonkan ampun untuk kalian.” (As Sirah Al Halabiyyah, III/ 486; Al-Khashaish Al-Kubra, II/ 491)

Saat Nabi wafat, jenazahnya tidak langsung dikebumikan hingga 2 hari (wafat Senin dan dikebumikan Selasa malam Rabu). Karena, para sahabat mendahulukan urusan estafet kepemimpinan pasca Nabi wafat. Mereka berdiskusi terkait siapa yang akan memimpin pasca wafatnya Nabi. Kemudian Abu Bakar terpilih sebagai Khalifah (pengganti) Nabi sebelum jasad Beliau dimakamkan.

Mengutip dari kitab Hasyiyah az-Zarqani ‘Ala al-Mawahib al-Laduniyyah. Pada saat Nabi wafat, ada diantara para sahabat yang mendadak bisu, tidak bisa berbicara, seperti Sayyidina Utsman bin Affan RA. Ada yang diam bagaikan tunggak, seperti Sayyidina Ali RA. Ada yang mendadak meninggal dunia, seperti Abdullah bin Unais RA. Ada pula yang bingung, mondar-mandir kesana-kemari, galau, seperti Sayyidina Umar bin Khattab RA.


Ditulis oleh Moehammad Nurjani, Mahad Aly An-Nur II Al-Murtadlo.