Ilustrasi seseorang terkena Trolling dan Cyberbullying

Bangsa Indonesia, dengan keanekaragaman budaya, suku, agama, dan bahasa, memiliki sejarah panjang dalam mencapai perdamaian dan keharmonisan di tengah perbedaan. Di era digital dan globalisasi seperti sekarang, pemuda milenial memiliki peran yang sangat penting dalam memperjuangkan perdamaian dan mewujudkan persatuan di negeri ini. Mereka merupakan generasi yang memiliki potensi besar untuk menciptakan perubahan positif dan membawa bangsa Indonesia menuju masa depan yang lebih baik.

Pemuda milenial memiliki kekuatan yang luar biasa dalam mempengaruhi dan membentuk opini publik. Mereka pengguna aktif media sosial dan teknologi, yang memungkinkan mereka untuk menyebarkan pesan perdamaian secara luas dan cepat. Dengan memanfaatkan media sosial sebagai alat untuk menyebarkan informasi, inspirasi, dan nilai-nilai perdamaian, pemuda milenial dapat menciptakan kesadaran yang lebih besar tentang pentingnya perdamaian dalam kehidupan sehari-hari.

Milenial memiliki akses ke pendidikan yang lebih baik dan lebih luas. Mereka generasi yang berpendidikan, kritis, dan memiliki keinginan untuk mencari pemahaman yang lebih dalam tentang isu-isu sosial dan politik. Dengan memperoleh pengetahuan yang lebih luas tentang sejarah, perdamaian, dan hak asasi manusia, pemuda milenial dapat menjadi agen perubahan yang aktif dalam mengatasi konflik dan memperjuangkan perdamaian.

Troling dan Cyberbullying

Meskipun begitu, permasalahan yang sering dihadapi oleh generasi milenial di era digital seperti sekarang ini adalah trolling dan cyberbullying. Trolling merupakan tindakan sengaja mengganggu atau mengganggu komunikasi online dengan cara yang tidak sopan, provokatif, atau kontroversial. Troll seringkali dilakukan dengan tujuan memancing reaksi emosional dari orang lain atau untuk menciptakan kekacauan di lingkungan online. Mereka seringkali menggunakan komentar ofensif, penghinaan, ancaman, atau pengejekan untuk merusak suasana diskusi yang sehat dan membuat orang lain marah atau terganggu. Trolling dapat terjadi di berbagai platform online, termasuk media sosial, forum diskusi, dan komentar di situs web.

Majalah TebuirengIklan Tebuireng Online

Sedangkan cyberbullying merupakan tindakan penggunaan kekerasan, ancaman, penghinaan, atau intimidasi secara online terhadap individu atau kelompok tertentu. Ini melibatkan penargetan individu secara berulang dengan tujuan menyakiti, merendahkan, atau merendahkan mereka. Cyberbullying seringkali dilakukan oleh orang yang memiliki motif kebencian, iri, atau balas dendam terhadap sasaran mereka. Ini bisa berupa mengirim pesan ancaman, menyebar rumor atau informasi pribadi yang memalukan, menyebarkan gambar atau video yang memalukan, atau membuat akun palsu untuk menghina seseorang.

Kedua permasalahan tersebut bisa marak tersebar di media sosial dikarenakan dominasi ruang maya oleh individu yang menyebar kerusuhan. Dalam era di mana akses internet dan media sosial semakin meluas, ruang maya telah menjadi tempat bagi individu untuk menyampaikan pendapat, berbagi informasi, dan berinteraksi dengan orang lain. Namun, ada beberapa masalah yang perlu diatasi terkait dengan penggunaan ruang maya oleh sebagian individu yang menyebar kerusuhan.

Mencegah Kerusuhan di Media Sosial

Sebagai generasi penerus, pemuda milenial memiliki peran penting dalam membangun dan menjaga perdamaian di Indonesia. Di tengah tantangan dan dinamika yang ada, pemuda milenial harus memainkan peran aktif dalam merawat keragaman, memperkuat persatuan, dan mendorong dialog yang konstruktif untuk mencapai perdamaian yang berkelanjutan.

Pertama, mendorong dialog dan keterbukaan. Penting bagi pemuda milenial untuk mendorong dialog yang terbuka dan konstruktif di antara sesama warga negara. Data menunjukkan bahwa pada tahun 2021, lebih dari 170 juta orang di Indonesia menggunakan internet, dan sekitar 44% populasi adalah pengguna media sosial. Dengan demikian, pemuda milenial memiliki kesempatan untuk menggunakan media sosial sebagai sarana untuk berbagi informasi, memperkuat dialog, dan mempromosikan perdamaian melalui diskusi yang bijaksana dan bermanfaat.

Kedua, mendorong pendidikan damai. Pendidikan memiliki peran sentral dalam membangun masyarakat yang damai. Pemuda milenial dapat berkontribusi dengan menjadi agen perubahan dalam lingkungan pendidikan. Data menunjukkan bahwa pada tahun 2020, tingkat melek huruf di Indonesia mencapai sekitar 96%. Pemuda milenial dapat memanfaatkan pendidikan sebagai alat untuk mempromosikan nilai-nilai perdamaian, toleransi, dan pemahaman yang lebih dalam terkait isu-isu sosial dan politik yang ada.

Ketiga, berpartisipasi dalam organisasi dan gerakan perdamaian. Pemuda milenial dapat bergabung dengan organisasi dan gerakan perdamaian yang ada di Indonesia. Ada banyak organisasi masyarakat sipil dan lembaga yang fokus pada membangun perdamaian dan meredam konflik di berbagai tingkatan. Data menunjukkan bahwa saat ini terdapat lebih dari 2.000 organisasi masyarakat sipil yang aktif di Indonesia. Pemuda milenial dapat berperan aktif dalam organisasi-organisasi ini, mengambil bagian dalam kampanye perdamaian, dan memberikan suara mereka untuk menciptakan perubahan positif.

Dengan data yang ada, kita dapat melihat bahwa pemuda milenial memiliki potensi besar untuk memperjuangkan perdamaian bangsa Indonesia. Namun, penting bagi mereka untuk mengambil tindakan nyata dan berperan aktif dalam mempromosikan perdamaian, mengatasi konflik, dan membangun kesadaran akan pentingnya keragaman dan keterbukaan. Semoga pemuda milenial mampu menjadi agen perubahan yang membawa Indonesia menuju perdamaian yang berkelanjutan dan harmoni.


Ditulis oleh Muhammad Nur Faizi, Mahasiswa UIN Sunan Kalijaga Yogyakarta