sumber gambar: https://www.ruangmuslimah.co

Oleh: Silmi Adawiya*

Cinta yang bergejolak dalam hati ternyata lebih berbahaya daripada sekadar tangan yang berdarah. Virus hati yang bernama cinta cukup banyak memakan korban, dari anak di bawah umur sampai aki-aki yang sudah bercucu. Banyak media yang menyorot kisah tragis anak sekolah yang ditolak cintanya lantas ia bunuh diri, atau ditemukannya aki-aki yang rela menjual sawahnya demi menyewa sebuah hotel bersama kekasih gelapnya.

Keterangan di atas menunjukkan betapa dahsyatnya seseorang kala dimabuk cinta. Dalam kitab Zadul Ma’ad, Ibnu Qayyim memaparkan bahwa gejolak cinta tersebut merupakan penyakit yang memang perlu ditangani secara khusus. Karena jika cinta tersebut sudah menggerogoti dan mengakar kuat dalam hati yang suci, maka susah untuk dicarikan obatnya.

Mabuk cinta bisa terjadi saat hati seseorang dalam keadaan kosong dan hampa dari mahabbah (cinta) kepada Allah, atau bisa saja seseorang tersebut sering berpaling dan menuju cinta selain Allah. Karena jikalau hati penuh dengan mahabbah (cinta) kepada Allah, ia akan merindu dan terus ingi bermunajat kepadaNya. Kerinduan kepadaNya membuat seseorang terus terjaga. Seperti yang ditulis oleh Jalaluddin Rumi:

“Oh Kekasih
Setiap malam kau temuiku di jalanMu
Dengan mata melekat
Ku menuju jendala rumahMu
Berharap dapat melihat sekilas wajah –berpendar-Mu”

Majalah TebuirengIklan Tebuireng Online

Begitupun dengan Ibnu Taimiyah yang mengungkapkan bahwa kekosongan hati dariNya menyebabkan seseorang berpaling dariNya dan mencari penggantiNya. Dengan detailnya beliau menuliskan :

وَعِشْقُ الصّوَرِ إنّمَا تُبْتَلَى بِهِ الْقُلُوبُ الْفَارِغَةُ مِنْ مَحَبّةِ اللّهِ تَعَالَى الْمُعْرِضَةُ عَنْهُ الْمُتَعَوّضَةُ بِغَيْرِهِ عَنْهُ فَإِذَا امْتَلَأَ الْقَلْبُ مِنْ مَحَبّةِ اللّهِ وَالشّوْقِ إلَى لِقَائِهِ دَفَعَ ذَلِكَ عَنْهُ مَرَضَ عِشْقِ الصّوَرِ وَلِهَذَا

“Mabuk cinta terhadap sosok-sosok hanyalah tertimpa kepada orang yang hatinya kosong dari kecintaan kepada Allah, hati yang berpaling darinya dan mengganti-Nya dengan yang lain. Maka apabila hati telah dipenuhi dengan cinta kepada Allah ta’ala dan kerinduan untuk berjumpa dengan-Nya maka hal itu akan menghilangkan penyakit mabuk cinta terhadap sosok-sosok ini.”

Mabuk cinta dapat membuat penderitanya kurang akal dan ilmu, rusak agama dan ahklaknya, lalai akan seluruh kebaikan agama dan dunia, dan akibat buruknya bisa menjadi berlipatganda. Begitulah dengn cinta selain kepadaNya, semakin tak ada keihlasan dalam tujuan dan semakin jauh dari tuntunan akan memabukan dan semakin dekat dengan rimba keburukan.

Menurut Ibnu Qayyim, cinta yang berbahaya itu terbagi tiga yaitu mahabbah ma’allah ( mencintai sesuatu disamakan dengan mencintai Allah), mencintai sesuatu yang dibenci Allah, dan cinta yang memangkas cinta seorang hamba kepada Allah. tiga poin tersebut bisa dijadikan pijakan bagi kita  untuk tidak menjadi mabuk cinta dan jauh dariNya.


*Penulis adalah mahasiswa S2 UIN Jakarta, alumnus Unhasy dan Pondok Pesantren Putri Walisongo Cukir Jombang.