tebuireng.online– Sebagai salah satu komitmen dalam mengembangkan dunia tulis menulis di dunia pesantren, Unit Penerbitan Pesantren Tebuireng mengadakan Lokakarya Penyuntingan yang diikuti oleh para staff, karyawan, dan peserta magang di Ruang Pertemuan Gedung KH. M. Yusuf Hasyim lt 2 Pesantren Tebuireng. Pelatihan bagi para penulis muda ini dilaksanakan selama dua hari, hari ini (01/10) hingga besok (02/10).

“Kader-kader kita sudah banyak yang tembus banyak media online maupun cetak. Jumlah buku yang diterbitkan Pustaka Tebuireng juga sudah hampir lebih dari 15 buku. Namun kesalahan aksara masih ditemukan dimana-dimana”, ungkap Yayan Mustofa, Kepala Divisi Badan Penelitian dan Pengembangan (Balitbang) UPPT. Untuk itu, menurutnya, perlu diadakan pelatihan bagi para penulis dan editor agar kesalahan-kesalahan semacam itu bisa diminimalisir.

Hari pertama, pelatihan dibimbing oleh Novelis ternama, MD Aminuddin. Pengarang novel “Halifa” ini adalah salah satu pendiri Sirikit Writing School Surabaya bersama Ibu Sirikit Syah. Selain itu MD Aminuddin juga merupakan editor sejumlah buku dan berbagai majalah di Jawa Timur, Bandung, Jogja, dan Jakarta.

Dalam presentasinya, MD Aminuddin memberikan penjelasan mengenai apa yang dimaksud dengan editing atau penyuntingan. Menurutnya, penyuntingan adalah mengkomunikasikan ide atau gagasan para penulis atau pengarang secara mudah, jelas, dan benar, serta tepat kepada pembaca sasaran. Prinsip editor, lanjutnya, adalah menebarkan ilmu dan informasi yang bermanfaat untuk kemaslahatan publik.

“Editor adalah penyambung antara penulis dan pembaca, agar tidak terjadi salah tangkap disebabkan adanya kesalahan pengorbitan naskah”, ungkapnya. Ia juga mengemukakan syarat bagi para editor, diantaranya menguasai aturan ejaan Bahasa Indonesia, menguasai tata Bahasa Indonesia, teliti, sabar, luwes, mempunya kemampuan menulis, dan memiliki pengetahuan luas.

Majalah TebuirengIklan Tebuireng Online

Selain itu, Amin juga menambahkan syarat penting bagi editor, yaitu memiliki kepekaan bahasa, memahami penggunaan bahasa yang tepat dan efisien. Untuk memenuhi syarat tersebut, seorang editor pemula harus serius berlatih menulis, banyak membaca, dan mengamati karya para penulis ternama.  

Sebuah penerbitan atau media massa, harus mempunya standar baku yang secara konsisten dilakukan. Semisal gaya  bahasa, ketetapan rincian produksi, dan standar penerimaan naskah. “Penerbitan harus ada panduan baku, sehingga tidak saling menelikung, alias tidak konsisten, semisal kata fikih, apa pakai fikih, fiqih, atau fiqh, harus ada standarnya. Setiap penerbitan berbeda-beda.”, tambahnya.

Pelatihan ini dibagi menjadi dua sesi. Sesi pertama dilaksanakan pukul 08.00-12.00 WIB, sedangkan sesi kedua dilanjutkan dari pukul 13.00 WIB-16.00 WIB. Sesi pertama dalah pemaparan materi, sedangkan sesi kedua adalah praktek editing yang kemudian akan dikoreksi bersama. Diantara kedua sesi, diselingi dengan istirahat, shalat dan makan bersama ala santri dengan media tumpeng. Pada hari kedua besok, pemateri yang akan didatangkan adalah Pimred Radar Mojokerto Jawa Pos Group, Rojiful Mamduh. (abror)