(tengah) Penulis Buku “Ethiosophia”, Fawaid Abrari tegaskan bahwa warga pesantren memiliki nilai lebih daripada orang yang tidak pernah tinggal di pesantren. Bedah buku ini berlangsung di Aula Ma’had Aly Hasyim Asy’ari Tebuireng Jombang, Senin (25/3). (Foto: Asna)

Tebuireng.online– Penulis Buku “Ethiosophia”, Fawaid Abrari menunjukkan dalam tulisannya bahwa orang pesantren itu memiliki kelebihan dibandingkan orang di luar pesantren. “Orang-orang pesantren, punya sesuatu yang orang-orang di luar tidak punya, sampaikan itu,” ungkapnya dalam acara bedah buku “Ethiosophia” sekaligus dalam rangka deklarasi pengurus IMABA (Ikatan Mahasiswa Bata-Bata) Jombang di Aula Ma’had Aly Hasyim Asy’ari Tebuireng, Senin (25/3/19).

“Ada seorang tokoh dari Mesir yang bernama Rif’ah Badawi at-Tantowi, dia mengajukan satu pertanyaan yang cukup berat, yang cukup menghentak, lima taakhorna wa taqoddam ghoiruna?” ungkap Fawaid sebelum masuk dalam pembahasan buku. Selain itu, ia menjelaskan bahwa Rif’ah tidaklah merasakan kehidupan di pesantren. Karena menurut Fawaid, andaikan dia hidup di lingkungan pesantren, misalnya Jombang, maka pertanyaan seperti ini tidak akan muncul.

Menurut alumnus Universitas Gajah Mada tersebut, orang-orang pesantren memiliki kecerdasan dan pemahaman yang tidak begitu terpaku pada teks dan lebih menyesuaikan kondisi atau kearifan lokal. ”Pesantren itu sudah melampai teks. Ada proses kontranarasi dan mereka mampu berpikir secara logis sehingga apa yang berada di teks sebagai sebuah informasi itu tidak diterima secara mentah-mentah,” tegasnya kepada para peserta bedah buku siang itu.

Berawal dari pembahasan mengenai istilah baru ‘Ethiosophia’ memiliki arti etika kebijaksanaan, ia menjelaskan sekilas isi buku tersebut, yang mencangkup pembahasan seputar pengetahuan orang-orang pesantren. “Ini benar-benar kata baru, benar-benar kata yang sengaja saya buat untuk menyampaikan kepada orang-orang yang membaca buku ini bahwa orang pesantren juga bisa menciptakan suatu epistimologi atau suatu bahasa yang itu untuk meningkatkan khazanah keilmuan kita,” tegasnya.

Setelah itu, Fawaid menjelaskan tentang filsafat beragama, alasan mengapa orang harus beragama, hingga apa hakikat adanya agama. Sebagai pembanding, panitia juga mengundang Gus Binhad Nurrohmat yang berbicara banyak hal mengenai filsafat dan agama.

Majalah TebuirengIklan Tebuireng Online

Acara berlangsung meriah dengan lontaran berbagai pertanyaan dari para peserta yang meliputi mahasantri Ma’had Aly Hasyim Asy’ari dan beberapa anggota IMABA Jombang. Acara bedah buku tersebut diakhiri dengan penyerahan cenderamata kepada pemateri dan pembanding kemudian dilanjut dengan sesi foto bersama.

Pewarta: Ananda Prayogi

Publisher: RZ