Kiai Agus Maulana, Pengasuh Pesantren Kreatif Al Mukhsinin Cukir, Diwek Jombang.

Oleh : Kiai Agus Maulana*

Hadirin sidang Jumat yang dirahmati oleh Allah SWT

Marilah dalam kesempatan yang berbahagia ini, dirumah Allah majelis yang penuh barokah, kita tetap dan senantiasa meningkatkan rasa takwa kita kepada Allah SWT, dalam artian takwa yang sesungguh-sungguhnya, yaitu menjalankan semua perintah-perintah Allah, dan menjauhi segala larangan-Nya, dengan kesabaran kita menjalankan perintah dan menjauhi larangan Allah dan Rasul-Nya, mudah-mudahan kita benar-benar sebagai hamba Allah yang mendapat perlindungan dan ridha-Nya serta selalu mendapatkan pertolongan dari-Nya, betul-betul kita mendapatkan ridha Allah dengan sesungguh-sungguhnya.

Oleh karenanya pada kesempatan kali ini, sebagai kewajiban seorang khatib untuk selalu mengajak untuk bertaqwa kepada Allah SWT, karena tujuan hidup dari manusia itu sendiri yaitu melakukan perjalanan jauh, untuk bisa kembali pulang di hadapan Allah SWT seperti yang Allah janjikan, kita bisa kembali ke Surga-Nya, mudah-mudahan kita semua menjadi hamba-hamba Allah pilihan dan yang bisa masuk Surga bersama Allah SWT.

Hadirin sidang Jumat yang dirahmati oleh Allah

Majalah TebuirengIklan Tebuireng Online

Dalam sekempatan kali ini, kami akan mengajak, menengok sebentar 1800 tahun atau 1500 tahun silam tentang masa kejayaan atau masa keemasan Islam, masa keemasan khulafaur rasyidin yang dimulai sejak masa Abu Bakar Shidiq hingga Ali Bin Abi Thalib, merupakan masa kekuasaan Islam yang berhasil dalam mengembangkan wilayah Islam lebih luas, Nabi Muhammad SAW, yang telah meletakkan dasar agama Islam di Arab, setelah beliau wafat, gagasan dan ide-ide beliau diteruskan oleh Khulafaur Rasyidin, pengembangan agama Islam yang dilakukan oleh khulafaur rasyidin dalam waktu yang relatif singkat telah membuahkan hasil yang gemilang dari hanya wilayah Arab.

Ekspansi kekuasaan Islam, menembus wilayah Arab, memasuki wilayah Afrika, Suriah, Persia, bahkan menembus ke Bizantium dan India, ekspansi ke negara-negara yang sangat jauh dari pusat kekuasaan dalam tidak lebih dari waktu setengah abad, merupakan kemenangan menakjubkan, dari bangsa yang sebelumnya tidak punya pengalaman politik yang memadai, selain perluasan kekuasaan Islam keluar Arab, juga banyak kemajuan peradaban yang telah dicapai antara lain menjaga keutuhan Al Quran dalam bentuk mushaf yang dikumpulkan pada masa Abu Bakar Ash-Shidiq, kedua memberlakukan mushaf standar pada masa Usman Bin Affan, ketiga pengiriman para sahabat dalam penyiaran Islam keberbagai pelosok negeri untuk mengajarkan Al Quran dan sunnah pada masa Usman Bin Affan, ini adalah bukti pembaharuan khulafaur rasyidin.

Seorang yang melakukan pembaharuan dalam Islam itu sudah dimulai sejak masa sahabat, masa khulafaur rasyidin, Rasulullah pernah bersabda “innallaha yubhatsu li hadihil ummati, ‘ala ra’si kulli miati sanatin, man yujaddidu laha diinaha (sesungguhnya Allah akan mengatur, Allah akan mengutus, di tengah-tengah umat setiap seratus tahun, setengah abad, seseorang yang melakukan pembaharuan, terhadap agama Islam). Pembaharuan dalam konteks Islam, tidak sama dengan yang dipahami orang-orang barat dan orang-orang zionis, tetapi pembaharuan dalam Islam sesuai yang disampaikan oleh imam Al-Qolami, bahwasanya pembaharuan dalam konteks Islam adalah menghidupkan kembali, menghidupkan kembali dan menghidupkan kembali, ajaran-ajaran Allah, ajaran-ajaran Rasulullah yang sudah lama ditinggalkan oleh umat-Nya, inilah lalu mengapa kemudian semangat kita harus selalu berjuang, selalu melakukan yang terbaik, atas agama islam ditengah-tengah manusia karena kita mempunyai kebijakan yaitu pembaharuan dalam islam, namun ingat, disetiap seratus tahun sekali.

Hal ini juga dapat dibuktikan dari rentetan kisah dalam Islam, dimana Islam pernah menggapai masa keemasan dan masa kejayaan terutama masa pergerakan Islam, pada masa dinasti bani Umayyah, masa pemerintahan pada masa dinasti Umayyah dikenal dengan masa yang agresif, dimana pusat perhatian tertuju pada perluasan wilayah  dan penaklukan, yang tak terhenti sejak zaman kedua khulafaur rasyidin terakhir, hanya dalam jangka waktu 90 tahun banyak bangsa dari 4 penjuru mata angin beramai-ramai masuk pada masa kekuasaan islam, di tanah Spanyol seluruh wilayah Afrika, jazirah Arab, Suriah, Palestina, sebagian Anatolia, Irak, Tajikistan, Turkmenistak, dan Uzbekistan yang termasuk dalam wilayah rusia, dengan demikian kita bisa menelaah kembali ke belakang.

Indonesia sebuah negara yang sering dikabarkan, digembar-gemborkan akan bangkit Islam, dibelahan bumi, di benua asia, yaitu dari bangsa Indonesia, benarkah? Akan bangkit dari Indonesia ini kebangkitan Islam, kita lihat saja, apakah benar? Bahwa kebangkitan Islam akan tumbuh dari bangsa Indonesia, sementara apabila kita telaah kembali bahwa kebangkitan umat Islam itu tidak sekadar dari banyaknya orang-orang yang ngaji dilorong-lorong kampung, di surau, di mushola, di masjid, tidak! Tapi diimbangi dengan kemajuan ilmu pengetahuan dan banyaknya kegiatan-kegiatan agama yang itu berguna menggali hukum-hukum yang itu ada didalam agama islam sendiri, karena ketika kita melihat pada masa dinasti Umayyah, perkembangan ilmu pengetahuan melalui beberapa hal sebagai berikut, perkembangan bahasa Arab, selain menggunakan bahasa Arab sebagai bahasa resmi dalam tata usaha negara dan pemerintahan.

Pada masa itu juga lahir tokoh seperti Abu Aswad ad-Du’ali, menyusun gramatika bahasa Arab dengan memberi titik pada huruf hijaiyah yang semula tidak, usai besar sekali artinya dalam perkembangan dan memperluas menjaga barisan yang menentukan gerak kata dan bunyi suara, serta ayunan suaranya hingga dapat diketahui maknanya, pada masa bani Umayyah juga, dinasti Umayyah juga mendirikan kota kecil, sebagai pusat kegiatan ilmu pengetahuan dan kebudayaan, pusat kebudayaan dan ilmu pengetahuan ini dinamakan marbatt, kota satelit dari damaskus, dimana kota ini dulunya adalah kota tempat berkumpulnya para pujangga, kumpulan orang-orang yang berilmu dan mencari ilmu pengetahuan, ini memberikan satu inspirasi, benarkah? Jika bangsa indonesia merupakan kebangkitan dalam agama Islam, sudahkah?

Bangsa kita benar-benar tumpul ilmu pengetahuan dan teknologi, ini adalah pertanyaan, jika kita bergencingkan kembali sebagai bentuk gerakan kebangkitan Islam, malah justeru Pondok Tebuireng dimasa KH. A. Wahid Hasyim, satu-satunya ulama yang melopori, pertama kalinya ilmu pengetahuan masuk di pesantren, kalaupun beliau tidak mampu dikatakan sebagai pembaharu dalam agama Islam, tetapi itu paling tidak menghantarkan bahwa ilmu pengetahuan di pesantren sangat dikenal waktu itu, dikenalkan oleh beliau, sehingga dengan demikian bagi Tebuireng sesungguhnya ilmu pengetahuan, hasanah-hasanah keilmuan, diskusi, ngaji bandongan, ngaji sorogan itu sudah bukan menjadi hal yang aneh, bukan kursus-kursus bahasa Inggris.

Bahkan sekitar tahun 1980an, Tebuireng mendatangkan ahli bahasa inggris dari amerika Mr. Mack.Banyak santri-santri yang mengikuti kursus-kursus bahasa Arab, kursus-kursus ilmu khat, kursus-kursus ilmu faraidh, kursus-kursus dialog dan diskusi ilmu fikih dan seterusnya, ini artinya paling tidak memberikan satu gambaran bahwasanya, masa seperti itu Tebuireng pernah melakukan pembaharuan dalam pesantren, sampai hari ini apakah Tebuireng sudah melakukan hal sepadan, seperti yang telah dilakukan pendiri dan penerus kedua.

Hadirin sidang Jumat yang dirahmati oleh Allah SWT

Berikutnya kita telaah kembali pada masa Dinasti Abbasiyyah, pada masa pertama terbentuknya dinasti abbasiyyah telah mencapai masa keemasan secara politis, para khalifah merupakan tokoh yang kuat dan merupakan pusat kekuatan politik disisi agama, disisi lain kemakmuran masyarakat mencapai tingkatan tertinggi, periode ini juga masih mengalami perkembangan ilmu filsafat dan ilmu pengetahuan dalam Islam, puncak kejayaan keemasan bani Abbasiyyah diraih pada masa khalifah Harun Ar-Rasyid, 786-809 M, dan anaknya Al-Makmun yaitu dari 813-833 M, ketika Harun Ar-Rasyid memerintah negara dalam keadaan makmur, kekayaan melimpah, keamaan terjamin dan luas wilayahnya dari afrika utara hingga India.

Pada masanya pula hidup para filsuf, para pujangga, ahli baca Al Quran dan para ahli dibidang agama, didirikan perpustakaan yang diberi nama baitul hikmah, di dalamnya orang dapat membaca, menulis dan berdiskusi, khalifah Harun Ar-Rasyid sebagai orang yang patuh pada agama, menunaikan ibadah haji setiap tahun yang diikuti oleh keluarganya, dan para pejabatnya serta para ulama, dan berderma kepada banyak faqir miskin dinasti Abbasiyyah yang menjadikan Baghdad sebagai pusat peradaban dan ilmu pengetahuan merupakan simbol kemajuan dinasti ini, diantara kemajuan yang telah diraih oleh dinasti abbasiyyah ini antara lain kemajuan dibidang agama, antara lain dalam beberapa ilmu seperti ilmu fikih, ilmu tafsir, ilmu hadist, ilmu kalam, ilmu bahasa, dan lain sebagainya.

Ilmu fikih pada masa bani Abbasiyyah lahir pada tokoh fikih dan pendiri madzhab antara lain sebagai berikut, Imam Abu Hanifah, Imam Malik, Imam Syafii dan Imam Ahmad bin Hanbal, dalam bidang ilmu tafsir, perkembangan ilmu tafsir pada masa pemerintahan Abbasiyyah, mengalami kemajuan besar diantara para ahli tafsir pada masa dinasti Abbasiyyah ini antara lain seperti Ibnu Jarir, Ibnu Athiyyah, Abu Muslim Muhammad, sedangkan dalam masalah ilmu hadist, lahirlah Imam Bukhari dan Imam Muslim, artinya bahwa memang Islam telah bangkit, menemukan masa-masa kejayaan dan masa-masa keemasan, karna semua bidang-bidang ilmu, banyak diketemukan dan dikembangkan pada masa, terutama pada masa dinasti Abbasiyyah.

Ilmu geografi, ilmu qiro’ah, hingga sampai menjadi hukum bacaan 7 macam qiro’ah, sehingga ini semua merupakan hasanah, hasanah yang merupakan kejayaan bagi Islam dimasa itu, sekarang kita telaah, apakah bangsa Indonesia bisa seperti itu? Syukur-syukur kita lebih kecil lagi, untuk Pesantren Tebuireng, harus menghidupkan tradisi-tradisi yang lama, seperti shalat Tahajud, seperti yang kami ketahui santri-santri ditahun 80-an, jam 3 malam masjid ini penuh dengan santri-santri yang bertahajud, hingga sampai shalat Shubuh, shalat Dhuha tidak perlu diobrak tetap bagian dari kesadaran, shalat-shalat sunnah yang mungkin shalat-shalat wajib, shalat fardhu hal ini wajib santri-santri ikuti, ini jika ingin melakukan suatu perubahan seperti yang telah dilakukan oleh para ulama pada zaman salaf.

Hadirin sidang Jumat yang dirahmati oleh Allah SWT

Mengapa saya singgung, KH. Wahid Hasyim sebagai seseorang, walaupun tidak dikatakan sebagai pembaharu secara hakiki, tetapi beliau satu-satunya ulama yang meletakkan dasar ilmu pengetahuan di pesantren, dimana waktu itu pesantren masih tidak mau menerima ajaran-ajaran ilmu pengetahuan atau ilmu pengetahuan, tapi Tebuireng sudah memulai, karena apa seperti yang rasulullah sabdakan, ”innallaha yubhatsu li hadihil ummati, ‘ala ra’si kulli miati sanatin, man yujaddidu laha diinaha” setiap seratus tahun, masa kemerdekaan, adalah masa kemungkinan Allah, memunculkan seorang mujaddid ada Hadaratussyaikh KH. M. Hasyim Asy’ari, ada KH. Wahab Hasbullah, ada KH. Bisri Syansuri, ada kiai-kiai yang lain, yang saat itu sangat tekun dan kuat bagaimana banyak hukum-hukum yang dimunculkan, pada saat-saat ramainya ulama disaat itu.

Hari ini ulama-ulama yang merupakan ulama besar, yang banyak tersohor dinegeri ini, sudah banyak berpulang kerahmatullah artinya dihadapan Allah, dan hal inipun seperti yang rasulullah sabdakan “innallaha la yaqbidul ilma, intizaa’an yantaziu minal ibad wala yaqin yaqbidul ilma bi qobdil ulama hatta ida lam yubji aaliman ittahadannasu ru usan juhhala” Sesungguhnya Allah tidak akan mencabut seketika ilmu di tengah-tengah hambanya, akan tetapi Allah mencabut ilmu dengan mencabut ruh dari para ulama, Allah mematikan para ulama, hatta ida lam yubji aaliman ittahadannasu ru usan juhhala hingga tidak ada orang, hingga tidak tersisa sedikitpun ulama, hingga akhirnya banyak manusia yang menunjuk seseorang sebagai pemimpin, dan ketika mereka ditanya mereka berfatwa tanpa menggunakan ilmu, sehingga mereka sesat menyesatkan, sekali lagi, di Pesantren Tebuireng ini, adalah satu-satunya pesantren yang pertama kali, dimasukkannya ilmu pengetahuan, sehingga dengan demikian, hari ini pula, semangat dan ghirah KH. Hasyim Asy’ari dan putranya KH. Abd. Wahid Hasyim, harus tetap melekat pada diri santri-santri Tebuireng khususnya, dan umumnya bagi kaum muslimin semuanya, demikian khutbah ini semoga bermanfaat.

*Pengasuh Pesantren Kreatif al Mukhsinin Cukir Diwek Jombang.