Dr. Ir. KH. Salahuddin saat memimpin dialog bersama para peserta diklat kader Tebuireng. Dalam kesempatan itu, beliau mengkritik pernyataan Mahfud MD tentang Mengindonesiakan Islam dan Mengislamkan Indonesia.
Dr. Ir. KH. Salahuddin saat memimpin dialog bersama para peserta diklat kader Tebuireng. Dalam kesempatan itu, beliau mengkritik pernyataan Mahfud MD tentang Mengindonesiakan Islam dan Mengislamkan Indonesia.

tebuireng.online— Dalam dialog interaktif bersama peserta Diklat Kader Pesantren Tebuireng angkatan kedua pada Kamis (13/10/2016), Pengasuh Pesantren Tebuireng, Dr. Ir. KH. Salahuddin Wahid menanggapi polemik pernyataan mantan Ketua MK, Mahfud MD dalam akun twitternya, “Yang benar itu pernyataan saya, kita pakai ungkapan mengindonesiakan Islam, bukan mengislamkan Indonesia,” tertanggal 28 September 2016.

Bagi Gus Sholah pernyataan ini sangat rawan, baik mengindonesiakan Islam maupun mengislamkan Indonesia. Di Turki, Musthofa Kemal Attarturk tahun 1924 telah men-Turki-kan Islam. Turki yang Islam diupayakan warna Islamnya hilang. Beberapa warna keislaman diupayakan untuk dihilangkan, misalnya tentara dilarang untuk pergi haji, pelarangan bagi muslimah memakai jilbab, pelajaran agama Islam dihapus dari pendidikan formal, dan madrasah-madrasah dihambat perkembangannya. “Kira-kira mengindonesiakan Islam itu seperti apa? Mirip itu nggak?,” tanya beliau. Menurut beliau mengindonesiakan Islam mirip dengan apa yang dilakukan oleh Mustafa Kemal Attarturk.

Sedangkan “mengislamkan Indonesia” beliau katakan sebagai upaya untuk mejadikan Indonesia sebagai negara Islam. Maka otomatis, hukum yang berlaku adalah hukum Islam. Hukum Islam secara menyeluruh tidak berlaku di Indonesia, yang berlaku adalah hukum Indonesia. Dengan pemahaman seperti itu, beliau mengatakan bahwa istilah semacam itu juga tidaklah benar.

“Sampai batas tertentu kita mewarnai Indonesia dengan Islam,” terang beliau. Contoh mewarnai Indonesia dengan Islam adalah pengaruh Islam terhadap hukum Indonesia, seperti undang-undang perkawinan, waris, waqaf, peradilan agama, perbankan syariah, zakat, dan nantinya kemungkinan akan banyak lagi yang menyusul.

Yang kedua, Islam mewarnai pendidikan Indonesia. Dulu pesantren tidak mendapatkan banyak apresiasi dan dukungan dari pemerintah, baru tahun 2000 Kementerian Agama membentuk Direktorat Pendidikan Diniyah dan Pondok Pesantren (PD Pontren) yang sekarang berubah menjadi Pendidikan Keislaman dan Pondok Pesantren (PK Pontren). SMA Trensains (Pesantren Sains) menurut beliau juga bagian dari Islam mewarnai pendidikan Indonesia dengan muatan-muatan yang berhubungan dengan sains dan ilmu pengetahuan.

Majalah TebuirengIklan Tebuireng Online

Islam juga mewarnai budaya Indonesia. Hal itu beliau contohkan dengan adanya lagu-lagu bernapaskan Islam seperti yang diciptakan oleh Bimbo, Opik, lagu nasyid, dan lagu-lagu keislaman lain. Jilbab juga adalah bagian dari mewarnai Indonesia dengan Islam. Dengan fakta-fakta tersebut, beliau menegaskan bahwa pernyataan seperti yang disampaikan oleh Pak Mahfud MD seharusnya tidak perlu dilontarkan, karena hal itu dapat membuat kebingungan yang fatal di tengah-tengah masyarakat. “Kita tidak pernah diminta memilih di antara keduanya,” pungkas beliau. (Abror)