Oleh: Ananda Prayogi*

Sedikit menyinggung empat skenario Indonesia di tahun 2045 menurut Jagal Wiseso, dari Deputi pengkajian Lemhanas  (Lembaga Ketahanan Nasional) Kompas 1 April 2016. Yaitu, Skenario Mata Air, Skenario Sungai, Skenario Kepulauan, dan Skenario Air Terjun.

Skenario Mata Air, Indonesia pada masa itu akan didominasi oleh generasi melek teknologi dan informasi dan terpapar budaya global secara kuat. Akibatnya, rasa nasionalisme dan patriotisme lemah. Dikhawatirkan akan berujung dengan bubarnya negara bangsa yang bernama Indonesia.

Mempertahankan NKRI saat ini menggunakan prinsip integrasi fungsional, yaitu daerah-daerah yang bergabung dalam NKRI mendapatkan manfaat yang lebih besar dibandingkan dengan jika mereka berdiri sebagai negara sendiri. Namun, kesatuan negara akhir-akhir ini seringkali diusik oleh kasus sektarianisme.

Tiap kelompok dan penganut paham berbeda kerapkali bersengketa, saling curiga, dan tuding tuduh satu sama lain. Karena menganggap bahwa NKRI tidak berhasil. Pada akhirnya beberapa golongan angkat bicara dengan memaparkan konsep baru (seperti, khilafah) terkait sistem pemerintahan dan penghapusan NKRI.

Majalah TebuirengIklan Tebuireng Online

Isu-isu seperti ini penting diperhatikan dan patut ditindaklanjuti bersama, dengan membangun kesadaran akan pentingnya satu-kesatuan dari keberagaman Indonesia, yang merupakan anugerah dan karunia Tuhan. Tidak cukup hanya dijadikan pelajaran pada diri masing-masing, akan tetapi harus dilanjutkan dengan mendidik kesadaran putra-putri bangsa sejak dini tentang semangat nasionalisme dan persatuan hingga pemahaman mereka utuh dan tak sekedar pelajaran formalitas tanpa makna.

Dengan adanya kesadaran akan pentingnya mata air persatuan sebagai titik mula aliran perkembangan, maka mata air tersebut akan membentuk aliran yang lebih besar, yaitu sungai. Sehingga dengan demikian setiap daerah dan suku akan memiliki motivasi untuk bangkit serta bekerja sama dalam berbagai aspek kehidupan termasuk bekerjasama memajukan perekonomian negara hingga Indonesia mampu keluar dari apa yang disebut “Failed State” atau “Negara Gagal”.

Disebutkan bahwa pada tahun 2045, Indonesia tetap eksis di tengah-tengah peradaban modern dunia sebagai bangsa yang multietnis, multikultur, bangsa pluralis dengan kadar nasionalis yang tipis. Bangsa Indonesia makin tidak menjiwai kesepakatan dasar bangsa yang tertuang dalam pembukaan UUD 1945.

Kekuatan militer makin besar, namun belum efektif dan efisien karena penguasaan teknologi kurang memadai. Indonesia disibukkan dengan pengamanan poros maritim dunia dan eksplorasi bawah laut yang dilakukan oleh negara lain di sekitar Indonesia.

Regionalisasi pengaturan operasional penerbangan wilayah udara Indonesia masih dikendalikan oleh negara tetangga; termasuk kedaulatan Indonesia masih banyak diatur oleh negara lain. Itulah kiranya skenario ketiga dari kepulauan.

Pembaca budiman, saat membacanya bagaimana perasaan anda? Penulis pribadi merasa deskripsi mengenai skenario kepulauan di atas sedikit pesimistis. Yah, meski demikian itu merupakan pnelitian berdasarkan teori ilmiah. Namun tentu saja proyeksi seperti di atas tak perlu. Jikapun ada, tugas pemuda, para guru, serta segenap umat Indonesia adalah bertindak untuk mengatasinya sejak saat ini, agar apa yang diproyeksikan tersebut tak akan terjadi di masa depan.

Bukankah kata Tuhan, “Aku menurut prasangka hambaku?” Jadi, mari kita berprasangka yang baik-baik saja. Kita buat saja teorinya menjadi baik. Di tengah peradaban modern, bangsa kita yang multienis, multikultur, dan pluralis, ditopang oleh jiwa nasionalisme pemuda yang berkobar. Jiwa pembukaan UUD semakin terlihat nyata.

Selain itu kekuatan militer yang semakin besar tidak hanya pada kuantitas akan tetapi kualitas. Bukankah kepulauan adalah sumber kehidupan yang lebih luas dan tak terbatas sabagai aliran dari sungai?

Skenario terakhir, dari proyeksi masa depan Indonesia adalah Air Terjun. Indonesia di tahun 2045 sudah mulai dengan perencanaan pembangunan yang berbasis rendah karbon. Pembangunan rendah karbon menjadi strategi utama untuk meningkatkan ketahanan energi dalam negeri; sedangkan kedaulatan pangan pada masa sekarang dijadikan fokus utama dalam mengelola ketahanan pangan tahun 2045.

Pemerintah secara bertahap meninggalkan praktek pengambilan keputusan berdasarkan pada keuntungan dan kepentingan jangka pendek. Pembangunan dilakukan dengan memperhatikan prinsip keberlanjutan (sustainability); sektor swasta berperan aktif membiayai program-program pembangunan berkelanjutan melalui konsep “green banking and green financing”.

Tak ayal, semua harus dimulai dengan penjagaan lingkungan yang lebih ketat. Pencegahan terhadap perusakan alam, penebangan, pembakaran hutan yang tidak bertanggung jawab. Ini jelas sejalan dengan visi energy WWF Global untuk mewujudkan 100% energy terbarukan pada 2050.

Energi yang dibutuhkan adalah energi alam langsung seperti matahari, air, angin, panas bumi, ombak serta bioenergi. Pengembangan energi terbarukan bisa membantu mengurangi pemakaian energi fosil, yang juga akan berdampak mengurangi emisi gas rumah kaca. Jadi, pemerintah harus bertindak tegas terhadap para perusak lingkungan tidak bertanggung jawab dan harus mengeksploitasi alam dengan sebijak-bijaknya.

*Penulis adalah Mahasantri Ma’had Aly Hasyim Asy’ari