Tebuireng.online— Tokoh Agama yang juga Pengasuh Pesantren Tebuireng Kabupaten Jombang, Jawa Timur KH. Salahuddin Wahid menyerukan ke masyarakat umum untuk tidak golput dalam Pemilihan Presiden (Pilpres) pada tanggal 17 April 2019 nanti.
“Saya mengajak semua pemilih untuk menggunakan hak pilihnya jangan golput. Karena semakin banyak pemilih yang terlibat maka legitimasi presiden terpilih akan lebih besar,” katanya di Pesantren Tebuireng, Sabtu (13/4).
Pengasuh pesantren yang biasa disapa Gus Sholah ini juga meminta masyarakat untuk tidak menerima uang suap dari kedua pasangan calon presiden kali ini. Baik uang itu datang dari pasangan nomor urut 01 Joko Widodo-KH Ma`ruf Amin maupun dari nomor urut 02 Prabowo Subianto-Sandiaga Salahudin Uno.
“Jangan menjual hak pilih anda, yang terbaik menolak uang itu. Kalau anda butuh uang maka terima saja uang itu tapi jangan memilih yang memberi uang tersebut. Karena kalau memilih yang kasih uang berarti anda terlibat dalam penyuapan dan itu sangat dilarang oleh agama dan hukum negara,” tegas Gus Sholah.
Adik kandung Gus Dur ini memberikan beberapa pegangan dalam memilih presiden dan wakil presiden. Pertama yaitu melihat visi-misi dari masing-masing calon. Visi menurutnya adalah apa yang akan dicapai sedangkan misi sendiri adalah bagaimana cara mencapai visi tersebut.
“Melihat visi-misi ini tergantung pemahaman calon presiden pada permasalahan bangsa dan itu dipengaruhi oleh keluasan wawasan pengetahuan calon presiden dan karakter calon presiden seperti amanah, seberapa jauh calon presiden ini megang amanah,” ungkapnya.
Ia menambahkan pegangan kedua yaitu melihat dari kemampuan calon presiden dalam mengambil keputusan secara cepat dan tepat. Dan pegangan yang ketiga yaitu melihat rekam jejak masing-masing pasangan calon. Masing-masing paslon punya kelebihan.
“Jokowi punya pengalaman di pemerintahan sejak kota, provinsi hingga sekarang. Prabowo punya pengalaman memimpin dibidang militer. Dan prestasinya baik. Kita ingat ada contoh pemimpin militer yang belum punya pengalaman memimpin sipil tapi bagus seperti Suharto dan presiden Amerika Dwight Einsenhower (1953),” tandasnya.
Pewarta: Syarif Abdurrahman
Publisher: RZ