Tebuireng.online-“Tujuan jangka pendek resolusi jihad sudah tercapai pada masa itu, yaitu mengusir penjajah. Sedangkan tujuan jangka panjangnya adalah memperjuangkan NKRI yang diproklamasikan,” ucap KH. Irfan Yusuf pada malam refleksi peringatan resolusi jihad, “Aktualisasi Resolusi Jihad, menjadikan santri hebat, menuju Indonesia yang bermartabat” Senin (22/10/18) di Masjid Tebuireng.
Tak berhenti sampai disitu, acara dilanjutkan dengan parade puisi.
Pada kesempatan pertama, puisi disampaikan oleh Ahmad Farid Tuasikal asal Mojokerto yang menyampaikan 2 puisi, salah satunya berjudul Sarung dan Kopiah. Berikutnya puisi disampaikan oleh pimpinan Lesbumi (Lembaga seniman budayawan muslimin Indonesia) yang merupakan banom NU yang bernama Bapak Masyhuri dari Surabaya yang mempersembahkan 2 puisinya yang berjudul Tongkat Musa dan Tata Bahasa Cinta.
Kemudian pembacaan puisi oleh budayawan asal Mojokerto bernama Bapak Hamim Kohari yang membacakan 3 puisinya yang berjudul Pembukaan, Talqin, dan Jangan Menepuk Dada yang meceritakan tentang Resolusi Jihad berjumlah 4 halaman dengan kalimat dan pembawaaannya yang lucu sehingga di sambut dengan gelak tawa dan tepuk tangan meriah para santri.
Terakhir pembacaan puisi oleh pengasuh Pondok Pesantren An Nuqayah Sumenep Madura, KH. Muhammad Faizi dengan membacakan 4 karyanya yang berjudul; Berangkat ke Jombang Menjadi Santri Amfibi yang hanya berjumlah 2 bait. Hal ini disambut rasa heran para santri yang menceritakan pengalamannya dulu mondok di Pondok Pesantren Madrasatul Qur’an dan tidur di Pesantren Tebuireng. Puisi kedua berjudul; Lilin Santri. Ketiga berjudul; Di Maqbaroh Tebuireng dan yang terakhir yaitu puisi tandingan dengan Bapak Masyhuri yang membacakan puisi tentang Nahwu dan menandinginya dengan puisi tentang Shorof.
Acara Terakhir dengan pembacaan puisi do’a oleh Bapak Hamim Kohari. Acara ini merupakan acara satu-satunya yang diadakan Pesantren Tebuireng untuk menyambut Hari Santri Nasional 2018.
Pewarta: Alaik, Seto
Publisher: MSA
