THE SINGER NOT THE SONG
Film yang di awal tahun 1960–an pernah menyedot penonton demikian banyak. Disutradarai Roy Ward Baker dibintangi aktor dan aktris kondang Dirk Bogarde, John Mills dan Mylene Demongeot. Betapa pentingnya faktor orang itu, pemimpin. Sistem, aturan dan sangsi sudah tersedia, namun lantaran lemahnya yang berdiri di balik itu semua menjadikan gagal total.
“Opo opo iku yo faktor menungsane. Islam sing sempurna, gak ono Nabi, durung tentu 23 tahun iso berkembang nang endi endi”, tutur Yai Ka’. Idealnya, faktor orang dan sistem mesti sama efektifnya. Sebagaimana penyebaran Islam yang begitu cepat di masa masa awal tak terlepas dan erat bertautan dengan faktor kedua-nya. Namun, juga harus diakui bahwa “the man behind the gun” adalah yang utama dan penentunya. Kelemahan sistem dan sarana masih bisa diatasi bila ada faktor manusia yang sangat kuat.
Penyebaran Islam di Nusantara di antara contoh lain yang sangat menarik untuk diajukan sebagai penanda pentingnya faktor orang. Terutama, fungsi dan peran yang telah dimainkan oleh para wali songo dalam proses Islamisasi. Islam sebagai agama baru dan penduduk nusantara telah berpeluk lama dengan agama lainnya yang datang lebih dahulu, lewat sosok keteladanan wali songo yang alim, zuhud dan wara’ dengan mengedepankan al-hikmah, mau’idzah hasanah dan mujadalah.
Para wali songo menjadi magnet dan pesona Islam secara kongkrit, dalam rentang waktu tak terlalu lama Islam menjadi mayoritas dan mengisi semuas irisan sosial, budaya, ekonomi dan politik. Lagi, faktor manusia pula, bagaimana fasilitas pesantren jauh dari memadai tetapi melalui figur-figur seperti syekh Cholil Bangkalan, syekh Mahfudz Termas, syekh Hasyim Asy’ari, syekh Sholeh Darat dan lainnya mampu melahirkan ulama ulama hebat di negeri ini.
Ya, faktor penyanyinya yang membuat lagu enak didengarkan. Bahkan, lagu yang tak baik-pun, menjadi begitu indah dinikmati ditangan penyanyi yang berkualitas. The singer not the song ! Nah, saatnya pamadangan ini menyapu institusi, sistem, sarana yang dimiliki umat Islam sekarang ini. Rasanya, tak bisa menepis jika mengatakan demikian sulit dan tertatih tatih melahirkan tokoh umat Islam yang jempolan, atau paling tidak menghela munculnya ulama ulama sehebat dulu ?
(Catatan: H. Cholidy Ibhar santri Tebuireng angkatan 1970-1980. Kini menjadi Dosen di IAINU dan Direktur Local Govermen Reseach dan Consulting, tinggal di Kebumen Jawa Tengah)