KIAI SEKALIGUS SANTRI ABADI

Langka, atau jangan jangan Yai Ka’ satu satu-nya yang menyandang predikat itu di negeri ini. Kiai yang tak memilki pertalian hubungan darah dan kekerabatan dengan ahl al-bait namun menetap sepanjang hayat di lingkungan pesantren. Pemaktrek long life education, pencari ilmu berbalut thul al-zaman yang sejati. Sesungguhnya layak masuk dan berdiri sejajar dengan yang dideretkan Gus Dur sebagai “kiai nyentrik”.

Kalau GD dalam bukunya “Kiai Nyentrik Membela Pemerintah” hanya memuat 25 kiai, Yai Ka’ patut disusulkan sebagai kiai yang ke dua puluh enam. Walau tentu, minus menyertakan embel embel “membela pemerintah”. Nyaris sulit menjumpai Yai Ka’ baru di masa mendatang yang day to day larut dalam kesibukan yang bersentuhan dengan keilmuan, karena memang tak berlebihan bila mengatakan beliau itu “is born not made”.

Tipologi seperti Yai Ka’ tak bisa didesign lewat proses pendidikan, melainkan berlaku teori nativisme–nya Scopenhour. Selebihnya, Yai Ka’ memberi contoh yang sangat baik bagaimana menafsirkan secara kontekstual dan mengimplementasikan melalui laku beliau yang namanya “sebaik-baiknya manusia adalah mereka yang memiliki nilai pragma bagi yang lainnya”. Manfaat itu secara sederhana dicontohkan Yai Ka’ lewat khidmat mengajar santri dan kecintaannya kepada pesantren Tebuireng yang tampa pamrih.

Totalitas berkhidmad dan kecintaan yang begitu tuntas. Itulah maziyah yang melekat pada Yai Ka’ dan rasanya tak mungkin keistimewaan yang khusus itu ditrasmisikan. Tak ubahnya, hendak mendesign terlahirnya kembali foto copy kiai sekualitas hadratusy syekh Hasyim Asy’ari, kiai Wahid Hasyim, kiai Idris Kamali, kiai Yusuf Hasyim dan seterusnya. Apalagi, hendak itba’ kelajangan Yai Ka’.

Majalah TebuirengIklan Tebuireng Online

Secara sosiologis, justru bertazawuj satu dianggap kurang, malah hendak diminta meniru beliau. (Khusus tema ini segera terbit buku kang Husein Muhammad). Dan agaknya–jika mencakup ulama dan cendikiawan lajang di Indondonesia– sosok Yai Ka’ mestinya turut menyelinap dalam deretan nama nama itu.

(Catatan:  H. Cholidy Ibhar santri Tebuireng angkatan 1970-1980. Kini menjadi Dosen di IAINU dan Direktur Local Govermen Reseach dan Consulting, tinggal di Kebumen Jawa Tengah)