BERTEMAN RADIO KESAYANGAN
Suara radio itu senyap dari kamar Yai Ka’, pertanda waktu subuh menjelang. Rutinitas beliau setiap malam berteman radio Panasonic. ada dua radio milik Yai Ka’, yang kecil bermerek National dan yang besar Panasonic. Tak terbayang, bila malam malam saat muthalaah kitab beliau tak ditemani radio. Mungkin, ada sesuatu yang kurang dan boleh jadi mudah terserang kantuk. Bertahun tahun daur malam malam Yai Ka’ berteman radio, kali tertentu Panasonic dan kali lain National.
Mengapa Yai Ka’ tak memilih bersanding dan ditemani televisi ? Tentu, sangat mudah bagi beliau menghadirkan televisi di kamar Condrodimuko. Boleh jadi, meyangkut soal manfaat dan madharrat kalau bersanding. Kendati, channel tv pada waktu tak seramai sekarang. Tahun 1970–an, melulu hanya ada siaran tunggal : TVRI. Namun sikap kritis terhadap pertelevisian sudah ditunjukkan oleh Yai Ka’.
Cukuplah, Panasonic dan National yang setia menemani Yai Ka’. Yang dinikmatinyapun seputar berita, wayang kulit dan musik dangdut. Tak lebih. Entah, kedua radio itu siapa yang bakal mewarisinya. Hanya caratan kecil ini ingin mengedepankan, kian mengukuhkan betapa sederhananya Yai Ka’ dan keukeuhnya beliau terhadap prinsip. Lebih lebih belakangan, bisa dihitung dengan jari kiai yang bisa “memutus hubungan” dan mengisolasi dari godaan suguhan ghibah, fitnah dan hasud yang berseliweran di layar kaca televisi berbagai channel yang KPI–pun tak berdaya. (cholidy ibhar, alumni Tebuireng, dosen IAINU kebumen)