GURU, SAHABAT DAN AYAH
Kendati saya tidak tahu dan sempat bertanya, apakah Yai Ka’ memiliki koleksi dan membaca kitabnya Fathiyah Hasan Sulaiman “Bahts fi al-Madzhab al-Tarbawi ‘Inda al-Ghazali”, Konsep Pendidikan Al-Ghazali. Namun, bagaimana Yai Ka’ mendidik santri santrinya, sangatlah mirip dengan pemikiran hujjat al-Islam dan memanglah Yai Ka’ sangat dipengaruhi oleh Imam Ghazali. Apa gerangan penandanya ? Tak lain, keikhlasan dan khidmatnya kepada tugas mendidik murid muridnya. Full ibadah, mengabdi dan melakukan izalat al-jahl atau mencerdaskan santri santrinya.
Tidak kalah menariknya, cara Yai Ka” memandang murid juga menyerupai Paulo Frire yang kondang dengan konsep pembebasan, humanisasi dan penyadaran-nya. Kaifiyah mendidik Yai Kak bertumpu pada pendekatan penyadaran santri santrinya, membebaskan dari kebodohan dan memperlakukannya secara manusiawi.
Saya tak pernah sekalipun menjumpai Yai Ka’ perintah ini dan itu, apalagi menekan dan memaksanya. Penyadaran dan selalu menghasung kesadaran santri yang selalu lebih ditekankan. Berlanjut, betapa dekatnya Yai Ka’ dengan santri santrinya.
Pemandangan ini begitu terang benderang dengan mudah disaksikan di berbagai momentum. Tak berlebihan bila dikatakan, Yai Ka’ itu guru sekaligus sahabat. Bahkan, juga ayah. Tak jarang ditemui “santri bermanja manja” kepada Yai Ka’. Meski, bukan ayah biologis, beliau justru berlaku tak ubahnya ayah yang sesungguhnya. Saya ingat betul, bagaimana almarhum Mansur merajuk dan merengek ini dan itu kepada Yai Ka’. Yai Ka’ : sampeyan guru, sahabat dan ayah ! (cholidy ibhar, alumni Tebuireng, dosen IAINU kebumen)