MENCARI PENGGANTI YAI KA’

Tak tergantikan ! Serupa, siapa yang bisa menyamai dan apalagi mengungguli kualitas hadlratusy syekh Hasyim Asy’ari, KH Wahid Hasyim dan KH Idris Kamali, KH Shobari dan KH Syamsuri Baidhawi ? Pendek kata, kiai terdahulu tak bisa ditandingi kualitasnya oleh yang datang kemudian. Meski, belakangan bertaburan kiai yang memiliki gelar profesor dan doktor. Peneladan, kharisma dan keistiqahan masyayikh terdahulu-lah yang menjadi kelebihannya. Siapa pengganti atau mengisi kekosongan fungsi pasca Yai Ka’ di pesantren Tebuireng. Jika ukurannya mesti persis, pastilah tidak ada. Lebih lebih, sisi sisi tertentu yang melekat pada diri Yai Ka’ itu adalah “is born, not made”. Maziyah yang dimiliki beliau sebagiannya anugerah Allah, tak ditularkan, lewat rekayasa pendidikan sekalipun. Dalam teori atau paradigma Schopenhour disebut nativisme. Ini penting digaris bawahi sejak awal, agar tak menyalahkan dan gampang kecewa dengan yang menempati pos pengganti Yai Ka’. Makanya, upaya mengisi kekosongan peran sepeninggal Yai Ka’ di pesantren Tebuireng mesti realitis dan parameternya diturunkan. Jika tidak, mana ada sosok “tak butuh materi” seperti Yai Ka’ dan ikhlas sepanjang hayat : ya nyantri, ya menjadi kiai. Apalagi, agar dekat dengan santrinya beliau tinggal di kamar sederhana yang dinamai Kawah Condrodimuko. Jadi, bila yang dicari setali tiga uang sekualitas Yai Ka’ : kealiman, kesederhanaan, keistiqamagan, wira’i dan zuhudnya. Sudah tutup pabriknya ! Jika duturunkan ukurannya, siapa pengganti maqam Yai Ka’, insya Allah tersedia figurnya. Siapa itu, dzurriyah, ahl al-bait dan kiai kiai di pesantren Tebuireng sangat paham.

Majalah TebuirengIklan Tebuireng Online