MELEMPANGKAN NIAT PENCARI ILMU

Tentu berbeda dengan filsafat Hiroklitos yang terkenal dengan ungkapan panta rei-nya, semua serba mengalir. Justru Yai Ka’ berpegang teguh kepada al-Zarnuji dalam hal bagaimana menanamkan motif, niat dan tujuan mencari ilmu, thalab al-‘ilm bagi pencari ilmu. Apa tujuan utama menncari ilmu? Menurut Yai Ka’–sebagaimana ditulis ak-Zarnuji dalam Ta’lim al-Muta’allim–yang mesti ditanamkan adalah semata mata menghilangkan kebodohan, liizalat al-jahl.

Tak elok mencari ilmu demi kerja, jabatan dan status sosial. Yai Ka’ mempercayai, bila studi dengan sungguh dan meraih predikat alim, dengan sendirinya yang lain bakal mengikutinya. Kata kuncinya, kesungguhan dalam mencari ilmu. Tidak tanggung, tidak sekejap dan apalagi instan. Dengan kealiman atau ketinggian ilmu, dengan sendirinya pekerjaan, martabat dan status sosial turut menyertai. Kapan kebodohan itu hilang dalam diri seseorang ? Semakin alim, justru kian tampak kebodohan seseorang.

Artinya, proses mengenyahkan kebodohan itu unlimited tak bertapal batas alias terus menerus, thul al-zaman, min al-mahd ila al-lahd. Walau tidak persis, keyakinan Yai Ka’ seolah menyerupai ungkapan “knowledge is power”, pengetahuan bak kekuasaan yang mempunyai potensi meraih apapun. Bisa dimengerti bila Yai Ka’ tak tanggung tanggung mencari ilmu, bergumul secara tuntas dan basah kuyub dalam pencarian ilmu tiada henti.

Apa yang kemudian diraih Yai Kak? Derajat kemulyaan dalam pandangan Allah, sebagaimana janji Allah bagi hambanya sungguh sungguh dalam mereguk ilmu. Kemanfaatan ilmu yang ditrasmisikan kepada santri santrinya menjadi amal jariyah yang tak putus diterima sebagai reward pahalanya. Semua bersaksi, Yai Ka’ berjasa besar lewat manfaat keilmuannya. Dan, wajabat lahu al-jannah.

Majalah TebuirengIklan Tebuireng Online