ilustrasi

Sebagai makhluk sosial, manusia tentu butuh berinteraksi. Lewat interaksi tersebut, mereka bisa mengenal lebih dekat lingkungan sekitarnya. Bahagia, sedih, dan marah merupakan bentuk perasaan yang ada pada diri mereka.

Tentu manusia ingin bahagia dengan caranya masing-masing. Bisa juga dengan humor. Humor sendiri merupakan  keadaan (dalam cerita dan sebagainya) yang menggelikan hati, kejenakaan, dan kelucuan.

Nampaknya memang benar manusia tidak bisa terus-menerus untuk serius, adakalanya mereka melakukan tindakan yang lucu dengan tujuan menghibur diri. Dengan demikian mereka bisa bebas untuk meluapkan kejenuhannya, mereka bisa tertawa riang dan melontarkan beberapa lelucon bersama teman-temannya yang menjadikannya seakan sudah bebas dari beban-beban tanggungan.

Rasulallah shallahu ‘alaih wa sallam pun memiliki sahabat yang humoris dan selalu sukses membuat beliau terhibur. Dia adalah sahabat Nu’aiman bin Amr bin Rafa’ah. Nu’aiman adalah penduduk Madinah dari kaum Anshor bergaris keturunan dari Bani an-Najjar dan satu umat Islam awal di Madinah. Dia termasuk ashabul Badr, orang yang ikut berperang di lembah Badar bersama Rasulullah.

Siapa lagi kalau bukan sahabat Nu’aiman yang berani menjahili Rasul. Suatu ketika, ia ingin sekali memberi hadiah kesukaan Rasul yakni madu. Saat itu, ia berjumpa dengan seorang penjual madu. Dengan segala akal jahilnya, ia pun memanggil penjual madu tersebut. Kemudian ia memintanya untuk mengantarkan madu tersebut kepada Rasul SAW. Tak lupa, ia berpesan juga agar menagih harga madu kepada Rasulullah.

Majalah TebuirengIklan Tebuireng Online

Madu itu diantar ke Rasulullah dan ia menagih harganya dari beliau sebagaimana pesan Nu’aiman. Begitu Nabi tahu ini ulah Nu’aiman, beliau memanggilnya dan bertanya apa alasannya melakukan ini?

“Ya Rasulullah, aku ingin sekali memberimu hadiah madu kesukaannmu. Sementara aku tidak memiliki uang sama sekali atau apa-apa, terus kapan lagi aku akan dapat berbuat baik padamu,” jawab Nu’aiman dengan ringan. Rasulullah pun tersenyum tanpa berkata apa-apa sambil menepuk-nepuk bahu Nu’aiman. Itulah Rasul yang penuh dengan kedamaian dan ketenteraman. Beliau bukanlah sosok yang selalu menampakkan keseriusan, melainkan juga sosok yang menyenangkan dan suka bercanda, namun tentu tidak berlebihan.


Ditulis oleh Syachrizal Nur Ramadhani Salim, Mahasantri Mahad Aly An-Nur II Al-Murtadlo Malang