
Tebuireng.online- Malam puncak haul ke-15 KH. Abdurrahman Wahid berlangsung meriah di pondok pesantren Tebuireng. Acara yang berlangsung pada hari Ahad (22/12/2024) tersebut dihadiri sejumlah tokoh agama terkemuka dan beberapa politisi. Nasaruddin Umar, Menteri Agama Republik Indonesia, menyampaikan sambutan utamanya di hadapan para hadirin. Dalam kutipannya, ia menjelaskan bahwa pada kitab Futuhatul Makkiyah selepas bagian muqoddimah, Ibnu ‘Arabi menerangkan perihal menziarahi makam para wali.
“Kalau kita datang menziarahi makam wali lalu duduk dan membaca surah Yasin, maka ruhnya akan ikut membaca surah Yasin dan ikut mengaminkan doa-doa yang kita panjatkan kepada Allah,” ungkapnya.
Sementara dalam kitab Fushushul Hikam, dikatakan bahwa ada seorang murid yang bertanya pada Ibnu ‘Arabi. Sang murid menjelaskan keanehan dari kitab tersebut karena tiap membaca suatu redaksi maka esoknya dia akan mendapat inspirasi. Ibnu ‘Arabi menjawab bahwa kitab tersebut bukanlah karangannya. Kitab tersebut merupakan pemberian Rasulullah yang hadir dalam mimpinya dan mengutus Ibnu ‘Arabi untuk mengambil kitab tersebut.
“Dalam muqoddimah syarah-nya disampaikan riwayat ini. Jadi orang yang meninggal itu masih bisa memberikan efek bagi orang yang masih hidup,” kata Nasaruddin Umar.
“Lihat ensiklopedia para wali, misalnya Jami’ Karomatul Auliya’ dari Syaikh Yusuf bin Ismail An-Nabhani. Banyak sekali pengalaman para wali yang belajarnya kepada yang sudah wafat. Karena itulah betapa miskinnya seorang murid kalau gurunya hanya orang-orang yang masih hidup,” tambahnya.
Sementara dalam surah An-Nisa’ ayat 64, menurut penuturan Nasaruddin Umar merupakan ayat tawassul. Dijelaskan bahwa suatu ketika ada orang yang menganiaya dirinya sendiri sebab telah melakukan suatu dosa besar dan ingin memohon ampun melalui Rasulullah. Lalu orang tersebut menempuh perjalanan selama tiga hari untuk menemui Rasulullah di kediaman beliau. Namun orang tersebut tidak tahu bahwa Rasulullah telah meninggal.
Hal itu membuatnya menangis dalam waktu yang lama. Hingga pada suatu malam ketika dia tertidur, Rasulullah mendatanginya dalam mimpi dan mengatakan bahwa Allah telah menerima taubatnya. Sungguh, jika seseorang memohon kepada Allah lalu bertawassul melalui Rasulullah maka dia akan sampai pada Tuhannya yang maha pemaaf dan penyayang.
“Orang yang mengorbankan egonya, mematikan subjektifitasnya, demi untuk di jalan Allah itu tidak pernah mati. Dia tetap hidup seperti Gus Dur,” terangnya.
Baca Juga: Hadiri Haul, Menag Ungkap Gus Dur Sebagai Pionir UIN
Pewarta: Helfi