Oleh : Aulia Rahmah

Barang siapa yang akhir kalimatnya Lailaha illallah, maka ia akan masuk surga (Al Hadis).

Sahabat muslimah yang dirahmati Allah,

Kalau setiap orang ditanya tentang keinginan masuk surga, sudah pasti tidak ada yang mengingkari, setiap orang, terlepas dari bagaimana pun tingkat kepatuhannya terhadap perintah-perintah Ilahi, akan cenderung menginginkan surga baik untuk dirinya sendiri, keluarganya, dan orang-orang yang dicintainya. Tentunya tidak terkecuali kita. Kita pun sangat menginginkan kehidupan surga dengan segala kenikmatan-kenikmatannya.

Akan tetapi tidak sedikit orang-orang yang menginginkan Surga tersebut atau bahkan mungkin kita sendiri, kurang tepat dalam menafsirkan hadis-hadis. Misalnya mereka sering merasa cukup dengan hadis yang kami kutip di atas sebagai landasan untuk dapat masuk surga. Dengan telah mengucap kalimat Lailaha illallah saja banyak orang beranggapan telah berhak atas jatah di Surga. Mereka beralasan bahwa ada hadis yang mengatakan kalimat tauhid inilah kunci pembuka pintu-pintu Surga. Dan memang benar ada hadis yang demikian. Ada hadis yang menegaskan bahwa kalimat Laillaha illallah ini merupakan kunci Surga. Hanya kadang mereka lupa bahwa sebuah kunci pasti memiliki anak gigi. Kalimat Laillaha illallah tanpa diikuti bentuk ketaatan lain, seperti kewajiban rukun Islam atau ibadah lain, seperti laksana kunci tanpa gigi. Itu contoh kecil.

Majalah TebuirengIklan Tebuireng Online

Contoh lain misalnya dalam mencari pahala dari tadarus, membaca dan mengkaji Al Quran. Mereka merasa cukup dengan hadis yang maknanya menyatakan bahwa membaca surat Al Ikhlas, Al Falaq, dan An Nas sama dengan membaca seluruh Al Quran. Jadilah mereka penghapal dan pembaca setia tiga surat pendek ini. Ibadah sholat Jumat secara Fiqih, walau pun ada pertentangan, sudah memadai kalau dapat mengikuti shalatnya. Maka banyaklah orang yang ikut dalam kelompok, jamaah sholat Jumat yang datang terakhir, yang hanya dapat shalatnya saja. Dan masih banyak contoh lain yang bermuara pada satu keyakinan, agama itu kan mudah, ambil saja yang gampang-gampang. Nah!

Sahabat muslimah, adanya kelompok minimalis seperti ini sebenarnya cukup menyedihkan. Ada kecenderungan orang-orang seperti ini apabila berhadapan dengan prestasi keduniaan, merekalah yang paling melesat. Tetapi ketika berhadapan dengan perintah ibadah, mereka mengambil posisi sudah memadai ini. Mereka menekankan tentang profesionalisme kerja, tetapi sering lupa dengan profesionalisme ibadah. Padahal untuk urusan ibadah Allah juga menegaskan tentang perlunya berkompetisi.

Dan bagi tiap-tiap umat ada kiblatnya (sendiri) yang ia menghadap kepadanya. Maka berlomba-lombalah kamu (dalam membuat) kebaikan. Di mana saja kamu berada pasti Allah akan mengumpulkan kamu sekalian (pada hari kiamat). Sesungguhnya Allah Maha Kuasa atas segala sesuatu. (QS. Al Baqarah :148).

Ups, dari tadi saya memakai kata ganti mereka. Tidakkah saya termasuk dalam golongan minimalis ini? Ini yang mestinya kita tanyakan pada diri sendiri.
Semoga Allah memberikan rahmatNya, karena tanpa rahmatNya tiadalah kita dapat masuk ke surgaNya. Dan semoga kita terlepas dari golongan minimalis ini, golongan yang meminta jatah Surga dengan mengandalkan ibadah yang seadanya. Amin.


*Santriwati Pondok Pesantren Walisongo sekaligus Mahasiswa Universitas Hasyim Asy’ari Jombang.

Publisher : Munawara, MS