Sumber gambar: http://urusanulama-hl.blogspot.co.id/2013/05/dr-yusof-qardhawi-dan-kebangkitan.html

Nama lengkap Yusuf bin Abdullah bin Ali bin Yusuf sedangkan Al Qardhawi merupakan nama keluarga yang diambil dari nama daerah asal mereka yakni Al Qardhah, seorang cendikiawan muslim Mesir dan mujtahid yang dipercaya sebagai ketua majlis fatwa.

Banyak fatwa-fatwanya yang dijadikan landasan atas problem masa kini, meski banyak pula yang mempertentangkannya. Pemikiran Yusuf Qaradhawi yang toleran, ramah, santun, dan moderat menjadikan mudah diterima dikalangan internasional oleh para pemuka agama di Eropa maupun Amerika sebagai perwakilan Islam.

Kehidupan Yusuf Qardhawi

Yusuf Abdullah Al Qaradhawi atau yang banyak dikenal Yusuf Qardhawi lahir pada 9 September 1926 di desa Shafth Turaab, Kairo, Mesir. Sejak kecil ia dikenal dengan kepandaiannya, pada usia kurang dari 10 tahun ia sudah menghafal Quran. Ia menyelesaikan pendidikannnya di Ma’had Thanta dan Ma’had Tsanawi, dan dilanjutkan ke Universitas Al Azhar Fakultas Ushuluddin dan lulus tahun 1952. Akan tetapi ia baru memperoleh pada tahun 1972 disebabkan ia sempat meninggalkan Mesir akibat kekejamannya Raim yang berkuasa saat itu. Disertasi yang diangakat oleh Yusuf adalah ‘zakat dan dampaknya dalam penanggulan kemiskinan’ yang disempurnakan menjadi buku Fiqh Zakat. Buku yang bersifat komprehensif membahas persoalan zakat dengan basis modern.

Yusuf Qaradhawi merupakan seorang khatib yang dikenal berani dan kritis, pandangan sangat luas dan tajam. Sehingga ia sempat dilarang berkhutbah disebuah masjid didaerah Zamalik. Keberanian Yusuf dalam menyampaikan pemikirannya seringkali membuat resah beberapa pihak tertentu diantaranya pemerintah Mesir.

Majalah TebuirengIklan Tebuireng Online

Pada tahun 1942, diusianya yang masih muda, Yusuf Qardhawi masuk penjara karena keterkaitannya dengan pergerakan Ikhwanul Muslimin saat Mesir masih dipimpin oleh raja Faruk. Dan ditangkap lagi pada tahun 1956 saat terjadi Resolusi Juni di Mesir, pada bulan Oktober kembali ia mendekam di penjara militer selama dua tahun lamanya. Pada tahun 1957 Yusuf Al Qardhawi menyempatkan diri memasuki Institut Pembahasaan dan Pengkajian Arab dengan meraih diploma tinggi bahasa dan sastra Arab.

Saat kepergiannya meninggalkan Mesir ia menuju Qatar pada tahun 1961, ia mendapatkan kewarganegaraan Qatar dan bertempat tinggal di Doha. Keberadaannya  di Qatar menghasilkan buah dengan mendirikan Fakultas Syariah di Universitar Qatar, dan mendirikan Pusat Kajian Sejarah dan Sunnah Nabi.

Keluarga Yusuf Qardhawi

Yusuf Qaradhawi memiliki tujuh anak, empat putri dan tiga putri, sebagai seorang cendekiawan yang hidup diera modern ia mendidik anak-anaknya dengan sikap moderat seperti halnya dalam pendididkan ia membebaskan anak-anaknya untuk menuntut ilmu sesuai bidang ilmu yang diminatinya dan ia tidak pula membedakan pendidikan yang harus ditempuh anak-anak perempuannya dan anak laki-lakinya.  

Salah satu putrinya memperoleh gelar doktor Fisika dalam bidang nuklir dari Inggiris, anak laki-laki pertama menempuh S3 dibidang teknik elektro di Amerika, yang kedua di Universitas Darul Ulum Mesir, yang ketiga masih menempuh S3, adapun yang ke empat menyelesaikan S1-nya di Universitas Texas Amerika, sedangkan yang terakhir telah menyelesaikan kuliahnya di fakultas Teknik jurusan listrik.

Pola mendidik Yusuf Qardhawi terhadap anak-anaknya menampakkan pandangan Yusuf Qardhawi terhadap pendidikan Modern. Menurutnya semua bidang ilmu (bisa islami dan tidak islami) adalah boleh dipelajari tergantung kepada orang yang memandang dan mempergunakannya. Ia juga menolak pembagian ilmu secara dikotomis, karena pemisahan bidang ilmu itulah yang menghambat kemajuan Islam.

Pemikiran Yusuf Qaradhawi dalam hal ini banyak ditangkap buruk oleh beberapa golongan menganggap Yusuf mendukung pendidikan Barat dan merusak pendidikan akhlak generasi muda.


Disusun oleh Nazhatus Zamani, dari berbagai sumber.