
Oleh: Rara Zarary*
"Hari itu, hujan lebat sekali. Kita tidak jadi bertemu, kecuali saling meninggalkan pesan serupa puisi namun belum mengenal diksi, mirip dengan harapan namun tak ada permohonan, biar; kita namakan saja coretan-coretan bagi orang yang sedang bermimpi dan ingin bahagia."
Sejak reda hujan sore itu
kamu tidak lagi muncul
tiada siapapun yang memberi kabar, bahkan tiupan dedaun senja itu
aku hanya menunggu
sejak kemarau musim itu
kamu tidak lagi kulihat
juga dengan puisimu
atau sekadar mimpi yang akhirnya bubar
sejak perjanjian yang abu itu
kita hanyalah debu
yang ringkih di antara
harapan pemilih; melanjutkan atau memutus yang telah berkali-kali bertahan sebab dalih
hingga sejak aku lupa semuanya
tak ada aroma apapun
kecuali bau tinta membusuk
dan kertas-kertas dengan rupa buruk
sunyi, dari puisi yang masih tanpa diksi
sejak aku bermimpi
aku tidak pernah benar-benar menemukan kamu lagi
Tebuireng, 2019