Pak Muhammad Thoha, Pak Trisno, dan perwakilan Yayasan Bakti Moral saat acara ramah tamah di Aula lantai 2 Gedung KH. M. Yusuf Hasyim, Ahad (31/01/2016).
Pak Muhammad Thoha, Pak Trisno, dan perwakilan Yayasan Bakti Moral saat acara ramah tamah di Aula lantai 2 Gedung KH. M. Yusuf Hasyim, Ahad (31/01/2016).

tebuireng.online– Sejumlah warga etnis Tionghoa yang merupakan jamaah Kelenteng Cokro dan Yayasan Bakti Moral Surabaya mendatangi Pesantren Tebuireng Jombang, Ahad (31/01/2016). Mereka akan menghadiri acara perayaan Imlek bersama Pesantren Tebuireng dan kaum dhuafa yang akan menerima bantuan sosial, yang dilaksanakan di Aula lantai 2 Gedung KH. M. Yusuf Hasyim Pesantren Tebuireng.

Pemberian bantuan secara simbolis usai acara
Pemberian bantuan secara simbolis usai acara

Acara yang merupakan hasil kerjasama Kelenteng Cokro, Yayasan Sosial Bakti Moral, Lembaga Sosial Pesantren Tebuireng, dan Yayasan KH. Hasyim Asy’ari ini dihadiri oleh sekitar 50 warga Tionghoa dan 25  dari  200 penerima bantuan sosial. Para penerima bantuan adalah warga sekitar Pesantren Tebuireng yang sudah terdata oleh LSPT. Mereka yang tidak hadir pada acara pagi ini, dipersilahkan mengambil bingkisannya di kantor LSPT.

Pemberian cinderamata dari Kelenteng Cokro kepada Pesantren Tebuireng
Pemberian cinderamata dari Kelenteng Cokro kepada Pesantren Tebuireng

Pesantren Tebuireng yang merupakan pesantren toleransi dan perjuangan sudah biasa menerima tamu dari etnis dan agama yang berbeda. Hal itu disampaikan oleh Kepala Hubungan Antar Lembaga Yayasan KH. Hasyim Asy’ari, H. Muhammad Thoha sebagai perwakilan Pengasuh Pesantren Tebuireng, Dr. Ir. KH. Salahuddin Wahid yang berhalangan menyambut karena sedang menghadiri acara pelantikan wakil pengasuh baru, peresmian gedung diklat, dan pembukaan diklat pembina di SMA Trensains Jombok Ngoro Jombang.

IMG_5010Pak Thoha, panggilan akrab beliau, menceritakan prihal peran penting Pesantren Tebuireng dalam memperjuangkan bangsa dan agama. “Kiai Hasyim sebelum Budi Utomo berdiri yang dikenal sebagai hari kebangkitan bangsa, sudah mendirikan Nahdlatul Wathan (kebangkitan bangsa) sebagai organisasi perjuangan para kiai dan santri,” ungkap Pak Thoha.

Pak Thoha juga mempersilahkan kepada warga Tionghoa yang ingin merasakan kehidupan sebagai santri, untuk tinggal beberapa waktu di Pesantren Tebuireng. “Sudah biasa kita menerima pastur, mahasiswa katholik, tokoh agama lain yang ingin belajar kehidupan santri,” tambah beliau.

Majalah TebuirengIklan Tebuireng Online

Pemimpin Kelenteng Cokro, Pak Trisno mengatakan bahwa Pesantren Tebuireng sudah dikenal sebagai pesantren yang sangat terbuka. Ditambah lagi dengan kehadiran Gus Dur sebagai pembela hak minoritas seperti etnis Tionghoa. “Gus Dur adalah tokoh semua agama dan etnis di Indonesia. Kami sangat bangga dengan beliau,” ungkap Pak Trisno ketika diwawancarai, pasca berdoa di depan makam Gus Dur.

Rombongan dan Pak Thoha berfoto bersama di area makam Pesantren Tebuireng
Rombongan dan Pak Thoha berfoto bersama di area makam Pesantren Tebuireng

Setelah mengunjungi Pesantren Tebuireng dan berziarah ke makam Gus Dur, rombongan akan menuju Klenteng Agung Gudo dan Berkunjung ke situs Bung Karno Blitar. Tidak hanya memberikan bantuan sosial kepada kaum dhu’afa, kedua belah pihak juga akan memperluas kerjasama di bidang pendidikan, pengembangan Bahasa Mandarin dan bantuan mesin percetakan. Rencananya kerjasama tersebut akan dibahas secara intensif pada pertemuan yang dilaksanakan Rabu (03/02/2016) mendatang. (abror)