Oleh: Imam Subkhi

Kebanyakan orang menganggap menulis sepintas merupakan sangat mudah dan ringan, remeh, tak jarang kadang ada aja yang berkomentar sinis. Namun menulis dengan topik  sederhana, mudah dipahami, enak dibaca, tidak membosankan, dan serat akan makna, ini tidak mudah seperti yang diperkirakan. Saya katakan menulis itu ibarat jihad. Karena aktifitas yang satu ini memerlukan kesungguhan, dan pengorbanan serta kesabaran.

Tak sedikit rekan-rekan putus ditengah jalan karena tak sabar. Menulis tidak terlalu memerlukan jargon-jargon yang berlebihan untuk memompa semangat menulis. Jadi, ada  beberapa tips yang mungkin akan membantu:

Pertama, mulailah dari yang kecil atau simple. Jika sebagai pemula maka jangan mulai topik-topik yang berat, tapi mulai dari topik yang sering kita jumpai dan kita alami. Contoh mungkin nulis buku diary, menulis aktifitas sehari-hari. Pada sesi ini target utama berlatih  merangkai kata dan kalimat menjadi gabungan paragraf yang menarik, berisi, serta mengasah ketajaman ide.

Kedua, tulis yang kamu sukai. Jangan pernah menulis, kalau itu tidak disukai, dijamin ndak akan berlangsung lama dan pasti ndak selesai. Karena hati, fikiran ndak menyatu.

Majalah TebuirengIklan Tebuireng Online

Ketiga, Kuantitas dulu baru kualitas. Bagi penulis pemula yang mau mulai menulis, disarankan untuk fokus kuantitas tulisan dulu. Tulislah semua ide yang ada dikepala! bila target itu sudah tercapai, maka pelan-pelan perbaiki kualitas tulisan, mungkin aspek sistematika maupun isi tulisan. Jangan mengedit tulisan ditengah proses menulis! karena itu akan mengambat, editlah tulisan ketika sudah selesai semua!.

Keempat. Publikasikan tulisan. Sebaik-baiknya karya manakala karya tersebut telah di-share ke media, atau telah dibaca orang lain. Tidak perlu memaksakan diri agar tulisan kita di publikasikan di koran atau majalah  nasional. Sekarang media sosial sudah sangat banyak seperi blog, twitter, facebook dll. Itu saja dimanfaatkan sudah bagus, yang penting karya kita dibaca orang lain.

Kelima. Siap-siap dapat  komentar tidak mengenakkan. Setelah di-share, maka sabar-sabarlah ketika dapat komentar buruk, jangan pesimis dulu. Sesungguhnya ketika ada koment yang tidak baik, berarti pembaca peduli pada tulisan kita dan ia benar-benar membaca. Justru jika tidak ada komentar sama sekali, bisa jadi tulisan kita tidak ada yang baca, jika tidak dibaca berarti tulisan kita tidak menarik sama sekali.

Keenam. Jangan biarkan ide hilang begitu saja. Kadang-kadang pada saat menulis, ditengah-tengah kehilangan alur pikir atau ide, dan sering ide muncul disaat sedang santai. Maka segeralah tuangkan ide itu pada tulisan kita, atau catat pada kertas-kertas kecil agar ingat, jangan ditunda-tunda. Ingat memori manusia pada saat tertentu stabil, tapi pada situasi yang lain memori kita pun akan melemah.

Ketujuh. Siapa saja bisa jadi penulis. Tidak ada jaminan yang  punya kecerdasan tinggi lantas jadi penulis, tidak sama sekali! Karena keterampilan yang satu ini, tidak perlu sekolah yang tinggi. Buktinya penulis-penulis hebat tidak seperti itu. Contoh Andrea Hirata (penulis Laskar Pelangi), Asma Nadia (novelis), Habiburrahman el-Sirazi (novelis), Cak Nun (sastrawan dan budayawan).

Sekali lagi, menulis bukan karena bakat, atau keturunan, tapi menulis butuh keseriusan, ketekunan, kesabaran. Dengan sendirinya  menulis itu akan menjadi “kebiasaan”. Selamat menulis. Wallahu a’lam.

Bandar Lampung 06 September 2015

*Penulis adalah Alumni  Pesantren Tebuireng dan Kini Dosen STIT Pagaralam Sumsel