Ilustrasi kebahagiaan dengan tersenyum. (sumber: carapandang)

Diantara banyaknya nikmat yang telah Allah berikan, kebahagiaan merupakan salah satu nikmat yang paling besar. Karena dengan adanya kebahagiaan mampu melahirkan pikiran-pikiran positif, tidak mudah overthingking, bisa membuat hati kita menjadi tenang dan tidak gundah gulana.

Kebahagiaan adalah seni yang dapat kita pelajari. Siapapun yang dapat mengetahui bagaiamana cara memperoleh kebahagiaan, menikmatinya maka kita bisa menjadikan kebahagiaan tersebut sebagai manfaat dari kemudahan dalam menjalankan kehidupan. Hidup didunia ini hanyalah satu kali dan dunia ini hanyalah tempat bermain. Oleh karena itu berbahagialah seperti halnya kita berada di taman bermain.

Dimanakah letak kebahagiaan itu? ternyata banyak sekali yang belum menyadari bahwa letak kebahagiaan itu ada di dalam diri kita sendiri. Tepatnya di hati. Masih banyak dari kita yang menggantungkan kebahagiaan kepada manusia. Padahal berharap kepada manusia sama dengan memupuk kecewa yang akan tumbuh bersama rasa sedih tanpa kebahagiaan.

Dilansir dari buku La Tahzan karya Dr. ‘Aidh Al-Qorni bahwa adapun modal utama untuk meraih kebahagiaan adalah dengan kekuatan atau kemampuan diri untuk bisa menanggung beban kehidupan, tidak mudah goyah oleh goncangan-goncangan musibah kehidupan, tidak gentar oleh peristiwa-peritiwa, dan tidak pernah sibuk memikirkan hal-hal kecil yang sepele. Karena semakin kuat dan jernih hati seseorang maka kan semakin terpancar juga sinar kebahagiaan dalam jiwanya.

Beliau juga menuliskan bahwa hal yang mendasar dalam seni bergembira atau bahagia adalah bagaimana kita bisa mengendalikan dan menjaga pikiran kita agar tidak terpecah. Karena pikiran kita mudah sekali membawa kita kepada serpihan-serpihan masa lalu yang membuat kita menjadi sedih, dan juga bisa saja membisikkan kepada kita tentang masa depan yang mencekam. Maka dari itu kita harus bisa mengendalikan pikiran kita ke araah yang baik dan bermanfaat.

Majalah TebuirengIklan Tebuireng Online

Kita berhak untuk mendengarkan diri kita berbicara, kita juga boleh memberi reward atas target  yang berhasil kita raih. Karena itulah yang menjadi kebahagian dalam hidup. Meskipun dengan cara-cara yang sederhana. Bahagia memang diciptakan dengan kesederhanaan. Percuma saja jika kita memiliki kekayaan, mempunyai uang banyak, rumah dan tanah ada dimana-mana tetapi dari dalam diri kita sendiri tidak bisa berbahagia dalam menikmati kehidupan maka itu semua akan terasa hampa tiada arti.

Baca Juga: Kunci Kebahagiaan Hidup Menurut Gus Iqdam

Maka belajarlah untuk tidak menjadikan manusia sebagai sumber kebahagiaan. Kita harus menjadikan diri kita sebagai sumber kebahagiaan. Bagaimana caranya? Cara yang pertama adalah dengan memberi kebaikan kepada orang lain, berbagi ilmu, berbagi makanan atau yang lainnya.

عَنْ حَكِيْمِ بْنِ حِزَامٍ رَضِيَ اللهُ عَنْهُ عَنِ النَّبِيِّ صَلَّى اللهُ عَلَيْهِ وَسَلَّمَ قَالَ : اَلْيَدُ الْعُلْيَا خَيْرٌ مِنَ الْيَدِ السُّفْلَى

“Dari Hakîm bin Hizâm Radhiyallahu anhu, dari Nabi Shallallahu ‘alaihi wa sallam , Beliau Shallallahu ‘alaihi wa sallam bersabda : Tangan yang di atas lebih baik daripada tangan yang di bawah.” Diriwayatkan oleh Imam al-Bukhâri (no. 1427) dan Muslim no.1053 (124).

Dari hadist tersebut memberikan makna kebahagiaan. Ketika kita telah memberi maka akan timbul rasa kebahagiaan dalam diri kita, apalagi jika yang diberi menerima pemeberian kita denga rasa bahagia. Maka pancaran kebagaiaan itu akan ditularkan dari hati ke hati.

Selanjutnya cara yang kedua adalah kita harus menjadi manusia yang bermanfaat bagi manusia lainnya. Membantu orang lain yang kesusahan, mengajarkan ilmu kepada Masyarakat yang berada di pelosok-pelosok desa. Sesuai dengan hadits.

Rasulullah Shallallahu’alaihi wa Sallam bersabda:

خَيْرُ الناسِ أَنْفَعُهُمْ لِلناسِ

“Sebaik-baik manusia adalah yang paling bermanfaat bagi manusia.” (HR. Ahmad, ath-Thabrani, ad-Daruqutni. Hadits ini dihasankan oleh al-Albani di dalam Shahihul Jami’ no:3289).

Memberikan senyuman juga termasuk dari sumber kebahagiaan. Karena ketika kita menyapa dengan senyuman maka itu akan dinilai sebagai sedekah. Dari Abu Dzar ra. Dia berkata, Rasulullah s.a.w bersabda:

تَبَسُّمُكَ فِى وَجْهِ أَخِيكَ لَكَ صَدَقَةٌ

“Senyum dihadapan saudaramu itu adalah (bernilai) sedekah.” (H.R. Tirmidzi)

Jika kita tidak bisa melakukan ketiga cara tersebut maka setidaknya kita mampu menjadi orang yang bisa membuat orang lain bahagia dan jangan membuat orang lain sedih karena sikap ataupun perbuatan kita.