Pada dasarnya setiap muslim harus memiliki kemampuan yang paripurna, apalagi jika mengingat pesatnya kemajuan ilmu dan teknologi dewasa ini maka keharusan bagi tiap-tiap muslim mempuanyai bekal ilmu agama sebanyak-banyaknya. Pada zaman yang serba modern seperti sekarang ini dibutuhkan pula, kehadiran muslim yang benar-benar canggih dalam segala bidang.
Oleh karena itu, upaya yang pertama-tama harus ditanamkan terhadap umat Islam adalah peningkatan tauhid kepada Allah SWT, sehingga bila menguasai bidang-bidang lain ketaatan beragamanya tetap terjaga.
Selama ini jika kita memandang kehidupan umat Islam misalnya di bidang ekonomi, nampaknya bagi umat Islam, ekonomi masih belum dianggap sebagai kebutuhan pokok, akibatnya selangkah kita ketinggalan. Padahal dalam usaha mengangkat derajat ummat menuju kearah yang lebih tinggi, sangat perlu memperhatikan kebutuhan bidang ilmu dan ekonomi. Memang, jika menengok sejarah pada masa kolonial, umat Islam Indonesia sebagian besar bersikap non kooperatif dengan maksud sebagai realisasi sikap anti penjajah. Sehingga pada saat itu, yang diutamakan adalah melalui penggemblengan dan peningkatan spiritual umat saja, sedangkan masalah perekonomian dan yang lainnya masih belum sempat diperhatikan. Tapi sekarang ini umat Islam khususnya para pemudanya untuk mengembangkan diri, melalui penggalian berbagai ilmu pengetahuan yang dibutuhkan.
Selain itu pula, dibutuhkan arahan bagi para pemuda Islam agar minat terhadap kebutuhan ilmu dapat terjangkau, khususnya dalam mengisi fungsi-fungsi di semua bidang.
Dengan inilah maka kaum muslimin sejak dahulu sebelum menerima suatu konsep baru, selalu mempertimbangkan antara maslahah dan mafsadahnya, karena itu cenderung kurang spekulasi. Tapi, meskipun demikian adanya, bukan berarti muslimin kurang terhadap nilai-nilai keilmuan, melainkan suatu proses dalam menuju yang lebih benar. Jadi unsur keterbukaan disini berarti sepanjang tidak bertentangan dengan nilai Islam, selama itu pula bisa dibenarkan.
Persoalan lain yang berkembang dewasa ini, juga tertuju dalam sektor kebudayaan Islam, utamanya bagi umat Islam harus bisa memandang antara budaya-budaya yang bersumber dari ajaran Islam dan budaya lainnya. Penyesuaian budaya Islam seperti apa yang telah diterapkan oleh Wali Songo (Wali 9) saya kira cukup baik, meskipun hal itu bukan sebagai budaya Islam, akan tetapi kebudayaan yang disesuaikan dengan nilai Islam. Dalam hal ini generasi muda Islam paling tidak dapat mencairkan kebudayaan-kebudayaan yang selama ini masih dianggap baku, terutama lagi jika mampu membuat rumusan tentang kebudayaan Islam, dan tentu juga pesantren disini harus mempeloporinya. Sehingga kekaburan memandang mana yang kebudayaan Islam, mana yang Arab, mana yang Jawa dan sebagainya dapat terjawab.
Dengan demikian prospek umat Islam akan dapat memberikan kemajuan di masa-masa mendatang, khususnya bagaimana alih generasi bisa dijalankan secara tepat, dorongan agar supaya generasi muda Islam menjadi maju tampak sudah mulai diterapkan. Misalnya, apa yang telah dilakukan oleh organisasi semacam Nahdaltul Ulama melalu PB-nya, ini merupakan upaya dalam alih generasi. Namun perlu diperhatikan juga bahwa alih generasi di berbagai fungsi, tidak boleh lepas daripada prinsip akhlaqul karimah, sehingga nantinya tidak akan terjadi penyelewengan dari tatanan yang seharusnya.
Permasalahan pokok khususnya dalam kaitannya dengan peningkatan kualitas muslim, sangat penting artinya jika dakwah bilkhal diperluas lagi. Pemuda-pemuda Islam perlu mendapat perhatian serius, arahan pendidikan umum maupun agama lebih difokuskan, sehingga nantinya bisa menempati posisi-posisi tertentu sebagai salah satu cara merealisir dakwah bilkhal. Bila akhir-akhir ini penggunjingan adanya mubaligh karbitan, ulama plus dan sebagainya, kini tinggal dari kita bagaimana caranya merubah mubaligh karbitan itu menjadi tidak karbitan. Pesantern yang telah dikenal sebagai salah satu pendidikan yang bisa membentuk pemimpin-pemimpin tangguh, harus tetap dilestarikan keutuhannya. Sehingga Islam tetap akan berkembang.
Nyai Wahid Hasyim
Artikel ini dimuat di Majalah Tebuireng No. 2 Juni 1986