Shalat Tarawih di Masjid Biru (Sultan Ahmet)

Oleh: Ustadzah Nailia Maghfirah dan Ustadz Moch. Idris*

Assalamu’alaikum Wr Wb.
Apabila saya tertinggal shalat Tarawih semisal 4 rakaat, saya mengqadha shalat yang tertinggal di pertengahan Tarawih saat dibacakan bilal panjang atau pendek dan doa-doa lain, karena saya ingin shalat witir di akhir berjamaah dengan imam, bagaimana itu hukumnya? Mohon pencerahannya

Iqbal,Tangerang

Wa’alaikumusalam Wr wb. Terima kasih kepada penanya, saudara Iqbal di Tangerang. Semoga Allah senantiasa memberikan limpahan rahmat dan hidayah-Nya kepada kita semua dalam menjalankan kewajiban dan tugas. Amiin yaa rabbal ‘alamiin. Adapun jawabannya sebagai berikut:

Ramadan meerupakan bulan suci yang dinanti-nantikan orang orang-orang muslim. Sebab pada bulan ini Allah melimpahkan rahmat dan ampunan-Nya dan di bulan yang suci ini pula setiap amal Allah lipatgandakan nilai pahalanya. Ramadan selalu identik dengan dua hal, yakni puasa dan Shalat Tarawih. Hal ini tak lain dikarenakan keduanya hanya dapat ditemukan di bulan ini. Seperti puasa, di luar bulan ini umat muslim tidak diwajibkan untuk berpuasa, bebas makan dan minum, namun di bulan suci ini, semua umat muslim diwajibkan berpuasa kecuali beberapa orang yang mendapat keringanan seperti musafir (orang yang berpergian dengan jarak diperbolehkan qashar dan jamak shalat).

Yang kedua shalat Tarawih, shalat ini hanya disyari’atkan di bulan Ramadan, di luar bulan ini shalat Tarawih tidak bisa dilaksanakan. Shalat Tarawih merupakan shalat yang dilaksanakan di malam-malam bulan Ramadan setelah shalat Isya’. Shalat Tarawih berhukum sunnah baik dilaksanakan sendiri maupun berjama’ah, namun lebih baik dilaksanakan berjama’ah di masjid atau mushalla. Sebagaimana keterangan yang terdapat dalam kitab Mughni al-Muhtaj juz 1 halaman 460 berikut ini:

أنها المراد من قوله – صلى الله عليه وسلم – «من قام رمضان إيمانا واحتسابا غفر له ما تقدم من ذنبه وما تأخر» رواه البخاري وقوله: إيمانا: أي تصديقا بأنه حق معتقدا فضيلته، واحتسابا: أي إخلاصا، والمعروف أن الغفران مختص بالصغائر

Majalah TebuirengIklan Tebuireng Online

“Sesungguhnya shalat Tarawih adalah shalat yang dikehendaki dalam hadis Nabi barang siapa ibadah (tarawih) di bulan Ramadan seraya beriman dan ikhlas, maka diampuni baginya dosa yang telah lampau (dikhususkan pada dosa-dosa kecil). Hadis diriwayatkan oleh Imam Bukhori. Adapun sabda Nabi “imanan” maksudnya adalah membenarkan bahwa yang demikian itu haq seraya meyakini keutamaannya, sabda Nabi “wahtisaaban” maksudnya ikhlas.”

Ulama berbeda pendapat mengenai jumlah rokaat shalat Tarawih, 20 rakaat (sebagaimana yang dipraktikan Nabi Saw. sampai sekarang) atau kurang dari 20 rakaat. Namun, terlepas dari perbedaan yang ada, banyak jumlah rokaat dan salam yang ditunaikan dalam shalat tarawih, memungkinkan adanya kesempatan untuk menunaikan shalat sunnah yang lain di sela-sela pergantian shalat yang ada. Di samping itu, seringkali seseorang kehilangan kesempatan untuk mengikuti shalat tarawih secara penuh disebabkan adanya hajat ke kamar mandi dan lain sebagainya.

Lantas bolehkah jika seseorang melaksanakan shalat sunnah di sela-sela waktu Tarawih atau menggenapkan hitungan shalat tarawihnya yang tertinggal dengan melaksanakan shalat sendirian di sela-sela waktu yang ada? Dalam keterangan kitab Bughyatul al Mustarsyidin halaman 122 diperbolehkan seseorang melaksanakan shalat tarawih di sela-sela dzikir atau doa yang dibacakan oleh bilal, selagi tidak menyebabkan terputusnya persambungan persambungan dari shalat Tarawih maupun shalat witir tersendiri.

(مسألة : ب) : المشهور أن الرواتب هي التابعة للفرائض فقط ، وقيل : يقال للوتر والضحى راتبة ، وأما التخفيف المفرط في صلاة التراويح فمن البدع الفاشية لجهل الأئمة وتكاسلهم ، ومقتضى عبارة التحفة أن الانفراد في هذه الحالة أفضل من الجماعة إن علم المأموم أو ظن أن الإمام لا يتم بعض الأركان لم يصح الاقتداء به أصلا ، ويجوز الفصل بين ركعات التراويح أو الوتر بنفل آخر إذ لا ينقطع إلا عما قبله لكنه خلاف الأفضل.

“Diperbolehkan memisah di antara rakaat-rakaat shalat Tarawih atau Witir dengan shalat sunnah yang lain karena hal tersebut tidak memutus dari shalat sebelumnya, akan tetapi hukumnya khilaful aula.”

Maksud khilaful aula adalah sesuatu yang dianjurkan untuk ditinggalkan, namun tidak berdasarkan larangan yang jelas, semisal anjuran untuk tidak meninggalkan perkara-perkara sunnah seperti melaksanakan shalat dhuha. Istilah khilaful aula adalah istilah yang dimunculkan oleh ulama muta’akhirin. Mereka membedakan dengan makruh. Sedangkan ulama mutaqaddimin memasukkannya dalam satu kategori yaitu makruh.

Sekian jawaban dari tim redaksi kami. semoga dengan ulasan jawaban di atas dapat menambah khazanah keilmuan kita tentang tata cara ibadah khususnya shalat tarawih yang sesuai dengan tuntunan syari’at. Wallahu ‘alam bisshowab.


*Mahasantri Ma’had Aly Hasyim Asy’ari