ilustrasi: mencari ketenangan

Oleh: Inggar Saputra*

Hati yang tenang adalah impian semua orang dalam kehidupan ini. Dengan ketenangan hati, kita akan mudah menerima nasihat kebaikan. Ketika hati terasa tenang segala aktivitas berjalan lancar. Hati yang tenang juga membuat kita semakin sadar, betapa Allah sayang kepada hambanya. Tinggal apakah kita peka dan memiliki kesadaran akan kasih sayang Allah tersebut. Sebab kita harus paham semakin tenang hati, batin semakin bahagia dan mudah mengingat Allah.

Tetapi tak semudah membalikkan telapak tangan menciptakan suasana hati yang tenang. Berbagai persoalan kehidupan seringkali menguji manusia. Seringkali dalam urusan pertemanan menyisakan pertengkaran. Bukannya ketenangan hati, justru amarah dan emosional yang diperoleh. Di titik inilah, kita diuji Allah SWT bagaimana mampu meredam gejolak jiwa. Panasnya hati harus ”diguyur” dengan air sehingga pikiran dan batin menjadi dingin.

Tak hanya berteman, kekurangan ekonomi seringkali membuat hati gelisah. Meski Allah sudah menjamin rezeki setiap orang. Tetapi dompet yang kosong membuat kita selalu memikirkan urusan rezeki. Meski dapat pekerjaan bagus dan harta berlimpah, hidup masih terasa kurang secara ekonomi. Bagaikan sebilah pisau, harta akan tajam dan jadi bencana ketika kita tidak bersyukur. Harta berkah, ketika jika ada di jalan Allah sehingga menimbulkan ketenangan hati.

Ujian hati kadang hadir juga dalam interaksi secara online melalui internet dan media sosial. Betapa banyak ucapan nyinyir, provokasi, ejekan, fitnah bertebaran melalui kata-kata dan komentar di media sosial. Seringkali kita ikutan membalas dan menciptakan kegaduhan di dunia maya. Padahal kita lupa, semakin marah terhadap orang lain maka hati semakin panas. Jika pikiran dan hati sudah panas, maka dendam akan lahir dan menciptakan kerusakan dalam hidup kita.

Majalah TebuirengIklan Tebuireng Online

Kegersangan dan kegelisahan adalah bentuk dari hati yang gersang. Jika hati mengalami kegersangan, batin tersiksa dan aktivitas kehidupan menjadi kacau. Secara fitrah dan naluriah, kita akan semakin jauh dari Allah dan jadi manusia yang merugi dalam kehidupan ini. Semakin jauh dari Allah maka hati akan semakin keruh dan susah menerima nasihat dan kebaikan. Jika sudah seperti itu, sulit bagi kita ridho atas apapun ketetapan takdir yang dihadirkan Allah dalam kehidupan ini.

Dalam keilmuan psikologi, hati adalah aspek ruhani yang menggerakkan jiwa manusia yang bekerjasama dengan akal dalam kehidupannya. Hati yang ada dalam kondisi tenang menciptakan kesehatan mental dan keseimbangan fungsi kehidupan. Pikirannya yang positif akan membuat hati selalu ikhlas dan bahagia merasakan takdir dari Allah. Keseimbangan kedunya menciptakan sisi harmonis yang hadir dari ekspresi wajah, perilaku, dan kata-kata.

Imam Al-Ghazali menjelaskan jiwa yang tenang akan selalu merasakan kedamaian karena adanya Allah dalam aktivitasnya. Dia tidak mudah tergoda dan tahan banting terhadap ujian apapun dalam kehidupannya. Kesehariannya akan selalu bahagia, bersyukur dan merasakan kemesraan bersama Allah dalam kesehariannya. Tak ada satupun yang dilihatnya sebagai masalah, karena solusinya mendekat kepada Allah semata.

Bagaimana menciptakan hati kita agar selalu tenang dalam menjalani ujian kehidupan? Pertama, membudayakan membaca Al-Qur’an dan sholat baik yang wajib dan sunnah. Allah SWT mengingatkan, Al-Qur’an adalah obat penyembuh bagi semua penyakit hati. Sedangkan sholat, sebagaimana dikatakan Rasulullah, “Sesungguhnya shalat dijadikan untukku sebagai penenang hati” (HR. An-Nasa’i) Menjalankan ibadah seperti membaca Al-Qur’an dan sholat merupakan manifestasi kita mendekat kepada sang pemilik hati, sehingga tenang dalam hidupnya.

Kedua, memperbanyak mengingat kematian. “Wahai jiwa yang tenang, kembalilah kepada Tuhanmu dengan hati yang ridho dan diridhoiNya. Maka masuklah ke dalam golongan hamba-hambaKu, dan masuklah ke dalam syurgaKu” (QS. Al Fajr: 27-30) Kematian hadir untuk mengingatkan kita yang hidup bawa kita akan kembali ke tanah (meninggal). Mengingat mati membuat kita sadar, tugas kita di dunia adalah ibadah dan memperbanyak amal baik. Sehingga hati menjadi suci, putih, bersih dan tenang, jauh dari keburukan yang membuat hati jadi menghitam.

Terakhir, bergaul dengan orang soleh. Orang yang soleh memiliki aura positif dan memiliki pemahaman agama yang baik. Sikap, pikiran dan tindakan positif orang soleh akan memicu kita mengikutinya. Sedangkan agama adalah makanan bagi hati, mendengarkan nasehat agama akan membuat hati menjadi sejuk. Jika aura positif dan ruhani sudah diisi nasehat agama, segala kegelisahan dan ketakutan perlahan memudar sehingga hati menjadi tenang.

*Penggiat Literasi Rumah Produktif Indonesia.