Penulis

Oleh: Tika Herlina*

Hari Dongeng Sedunia atau “World Storytelling Day”  yang akan diperingati pada 20 Maret mendatang itu berakar dari hari nasional mendongeng di Swedia. Pada masa itu, kegiatan disebut dengan nama “Alla berattares dag” (All storytelling). Pada tahun 1997, pendongeng di Perth, Australia Barat, Meksiko, dan negara lainnya di Amerika juga mengadakan peringatan Celebration of Story.

Hari dongeng merupakan sebuah peringatan yang penting bagi semua kalangan terutama bagi kalangan anak-anak. Hari Dongeng Sedunia ini sepatutnya dijadikan sebuah momen agar masyarakat kembali tertarik untuk memulai mendongeng atau menceritakan kembali kisah yang memiliki nilai-nilai kebaikan yang bisa ditularkan terhadap anak.

Namun di Indonesia sendiri, hari dongeng itu ditetapkan pada 28 November, karena  para pendongeng di seluruh Indonesia memilih tanggal tersebut bertepatan dengan hari lahir bapak dongeng Indonesia, yaitu Drs. Suryadi atau lebih akrab disapa Pak Raden. Jadi, di Indonesia pada setiap tanggal 28 November di peringati sebagai Hari Dongeng Nasional.

Dongeng adalah bagian dari salah satu kultur bangsa Indonesia. Mendongeng juga sebuah tradisi yang sangat baik dalam rangka menanamkan nilai-nilai budi pekerti luhur. Dari berbagai karakter tokoh-tokoh yang ada di dalam sebuah dongeng, secara tidak langsung orang tua maupun seorang guru  sebenarnya telah mengajarkan perbuatan yang baik maupun jelek. Pesan moral untuk senantiasa mengamalkan perbuatan baik dan tidak melakukan perbuatan yang tercela harus mendapat penekanan pada saat berdongeng.

Majalah TebuirengIklan Tebuireng Online

Dengan begitu, melalui sebuah aktivitas berdongeng generasi masa kini tengah mempersiapkan penerus-penerusnya dengan karakter, pemikiran, perkataan, sikap, dan perbuatan yang berlandaskan nilai kebaikan. Dongeng  juga menjadi sarana tutur tinular, tuturing ati tinularing pekerti yang artinya sebagai sarana untuk membentuk karakter dan budi pekerti luhur anak-anak.

Menurut John Dewey, pendidikan dalam prespektif pendidikan Islam merupakan sarana untuk membantu anak didik dalam upaya mengangkat, mengembangkan, dan mengarahkan potensif pasif yang dimilikinya menjadi potensi aktif yang dapat teraktualisasi dalam kehidupannya secara maksimal. Dimensi ini memberi pengertian bahwa dalam konteks ini pendidikan bukan sarana yang berfungsi sebagai indoktrinasi pembentukan corak dan warna kepribadian anak didik sebagaimana yang diinginkan oleh pendidik atau sistem pendidikan yang ada. Akan tetapi, pendidikan berfungsi sebagai fasilitator berkembangnya potensi anak didik secara aktif sesuai dengan sunnatullah-Nya masing-masing dan utuh, baik potensi fisik maupun psikis.

John Dewey juga mengkritik sebuah aliran progresifisme tentang beberapa hal terkait  dengan penyelenggaraan sekolah tradisional, antara lain: pertama, mengenai bahan pengajaran yang diajarkan dan tidak ada hubungannya dengan kebutuhan anak dalam hidupnya di masyarakat. Kedua, cara guru mengajar memiliki peran yang sangat menentukan (teacher centered). Ketiga, peserta didik hanya mendengarkan dan tidak ada kesempatan untuk mengeluarkan sesuatu dengan spontan. Keempat, alat pelajaran dan peraturan yang ada di sekolah seakan-akan memaksa peseta didik untuk pasif. Aliran progresifisme merupakan aliran pendidikan yang lahir dari kandungan masyarakat barat yang tentu saja memiliki basis ontologis dan epistimologis khas barat (sekuler) dan belum tentu sesuai dengan masyarakat timur, termasuk masyarakat Islam. Akan tetapi kita tidak bisa terlepas dari pengaruh filsafat pendidikan modern yang dijadikan rujukan dalam pengambilan kebijakan di bidang pendidikan.

Dengan kita mengajarkan dongeng, secara tidak langsung siswa telah berperan aktif dengan cara mereka mampu berimajinasi dengan apa yang mereka tangkap saat mendengarkan dongeng. Cara mengajarkan pesan moral melalui dongeng dirasa tepat karena anak-anak dibuat tertarik terlebih dahulu, sehingga nilai yang ada di dalamnya bisa dengan mudah diterima mereka.

Dongeng, legenda atau cerita rakyat yang memiliki nilai-nilai positif dan membawa kebaikan seharusnya dilestarikan, karena sekarang mulai menghilang berganti dengan tayangan-tayangan visual, yang kebanyakan tidak mendidik. Kenyataannya saat ini mereka mengalami krisis imajinasi. Mereka ingin menjadi sosok yang mereka lihat, bukan yang mereka bayangkan. Ngerinya beberapa anak mengaku ingin jadi koruptor karena mereka memiliki uang banyak, sering masuk TV dan terkenal. Ini merupakan salah satu masalah yang dihasilkan karena seorang anak memiliki imajinasi yang kurang.

Kultur mendongeng  sangat perlu diingatkan lagi. Walaupun bukan dongeng yang lama, tetapi bisa menggunakan dongeng yang baru. Namun di sini yang perlu dihidupkan kembali yaitu kebiasaannya. Saat ini yang perlu dilakukan adalah gerakan dalam mempromosikan atau mengajak masyarakat dalam gerakan ayo membaca. Mari kembali menggerakan budaya-budaya yang kita punya seperti mendongeng dan lain sebagainya.

Pemerintah daerah terutama SKPD (Satuan Kerja Perangkat Daerah) terkait, harus memprakarsai hal ini, terutama menyediakan sarana dan prasarana bagi masyarakat. Agar anak-anak khususnya di Indonesia dapat mendengarkan dongeng kembali dan mengembangkan imajinasinya. Semua akan berjalan dengan baik jika semua pihak dan pemerintah mampu dan ingin bekerjasama dengan baik untuk melestarikan dongeng.

Selamat Hari Dongeng Sedunia bagi semua anak di seluruh penjuru dunia. Mari kita kembalikan dongeng sebagai sarana anak mengembangkan imajinasinya, menjadi dirinya sendiri, dan tentu mendapatkan pituah yang baik dari setiap dongeng yang dibacakan, sehingga anak-anak tetap menjadi anak-anak sebagaimana mestinya, bukan anak-anak yang dipaksa menjadi dewasa tidak pada waktunya.


*Mahasiswi Unhasy Tebuireng