Sumber foto: http://nurul-ummah.com/qonaah-menentramkan-jiwa/

Oleh: KH. Fawaid Abdullah*

Qona’ah adalah sikap rela menerima dan merasa cukup atas hasil yang diusahakannya serta menjauhkan diri dari rasa tidak puas dan perasaan kurang. Orang yang memiliki sifat qona’ah memiliki pendirian bahwa apa yang diperoleh atau yang ada didirinya adalah kehendak Allah. Iffah adalah memelihara kehormatan diri dari segala hal yang akan merendahkan, merusak dan menjatuhkannya.

Sebagai Nabi dan Rasul yang membawa risalah Allah yang harus disampaikan kepada umat manusia, Nabi Muhammad SAW memiliki sifat qona’ah & ‘Iffah. Baginda Nabi SAW sejak masa kecilnya tidak pernah mencela makanan. Beliau ketika lapar makan apa yang ada, artinya tidak pernah pilah-pilih makanan.

Beda dengan kebayakan anak-anak kecil pada umumnya yang selalu memaksa-maksa makan makanan yang tidak ada supaya ada walau dengan cara yang tidak pada tempatnya, bahkan dengan cara buruk sekalipun dilakukan.

Baginda Nabi SAW sama sekali tidak pernah mecela makanan. Bilamana beliau kurang berkenan kepada satu makanan beliau tinggalkan tanpa mencelanya. Beliau makan dan minum apa yang mudah tanpa harus memaksa-maksa.

Majalah TebuirengIklan Tebuireng Online

Nabi sangat suka madu dan cuka. bahkan dua jenis makanan ini selalu tersedia di kediaman beliau. Rasulullah SAW ketika makan menggunakan tiga jarinya dan minum dengan cara duduk serta bernafas tiga kali tatkala minum.

Rasulullah SAW bersabda:

 لا تشربوا واحدا كَشُرب البعير ، ولكن اشربوا مثنى وثلاث

Kalian jangan minum seperti minumnya unta, minumlah dua atau tiga kali nafas” (HR. at Turmudzi)

Baginda Nabi SAW itu selalu makan dari hasil hadiah atau pemberian dan cukup dengannya. Beliau tidak pernah makan dari hasil Zakat. Beliau itu selalu sering diganjel perutnya dengan batu karena rasa laparnya. Beliau selalu menjahit sandalnya sendiri. Bahkan pakaiannya selalu dicucinya sendiri, disiapkan sendiri selama Baginda Nabi SAW bisa dan dapat melakukannya sendiri.

Intinya, baginda Nabi SAW itu selalu menyedikitkan segala apapun yang berkaitan dengan keduniaan. Padahal Allah sudah memberikan kunci dunia kepada beliau. Namun, beliau menolak mendewakannya.

Justru, beliau lebih memilih akhirat dari pada dunia. Itulah akhlak dan pribadi Baginda Nabi SAW yang sangat luhur, mulia dan sempurna. Beliau yang selalu menjaga kehormatan diri dan bersikap menerima apa adanya. Wallahu A’lam bisshawab.


*Santri Tebuireng 1989-1999, Ketua Umum IKAPETE Jawa Timur 2006-2009, saat ini sebagai Pengasuh Pesantren Roudlotut Tholibin Kombangan Bangkalan Madura.