Oleh: KH. Ainur Rofiq
إِنَّ الْحَمْدَلِلهِ، نَحْمَدُهُ وَ نَسْتَعِيْنُهُ وَ نَسْتَغْفِرُهُ، وَ نَعُوْذُ بِهِ مِنْ شُرُوْرِ أَنْفُسِنَا وَمِنْ سَيِّئَاتِ أَعْمَالِنَا، مَنْ يَهْدِهِ اللهُ فَلَا مُضِلَّ لَهُ وَمَنْ يُضْلِلْ فَلَا هَادِيَ لَهُ، أَشْهَدُ أَنْ لَا إِلَهَ إِلَّا اللهُ وَ اَشْهَدُ أَنَّ سَيِّدَنَا مُحَمَّدًا عَبْدُهُ وَرَسُوْلُهُ، اَللَّهُمَّ صَلِّ عَلَى سَيِّدِنَا مُحَمَّدٍ وَعَلَى آلِ سَيِّدِنَا مُحَمَّدٍ وسَلِّمْ تَسْلِيْمًا كَثِيْرًا، أَمَّابَعْدُ
فَيَا أَيُّهَا الْمُسْلِمُوْنَ، اِتَّقُوْ اللهَ، اِتَّقُوْ اللهَ مَا اسْتَطَعْتُمْ وَقَدْ فَازَ الْمُتَّقُوْنَ، أَعُوْذُبِالله مِنَ الشَّيْطَانِ الرَّجِيْمِ، وَٱذۡكُرۡ فِی ٱلۡكِتَـٰبِ إِبۡرَ ٰهِیمَۚ إِنَّهُۥ كَانَ صِدِّیقࣰا نَّبِیًّا (41) إِذۡ قَالَ لِأَبِیهِ یَـٰۤأَبَتِ لِمَ تَعۡبُدُ مَا لَا یَسۡمَعُ وَلَا یُبۡصِرُ وَلَا یُغۡنِی عَنكَ شَیۡـࣰٔا (42) یَـٰۤأَبَتِ إِنِّی قَدۡ جَاۤءَنِی مِنَ ٱلۡعِلۡمِ مَا لَمۡ یَأۡتِكَ فَٱتَّبِعۡنِیۤ أَهۡدِكَ صِرَ اطࣰا سَوِیࣰّا (43( یَـٰۤأَبَتِ لَا تَعۡبُدِ ٱلشَّیۡطَـٰنَۖ إِنَّ ٱلشَّیۡطَـٰنَ كَانَ لِلرَّحۡمَـٰنِ عَصِیࣰّا (44)
Ceritakanlah (Hai Muhammad) kisah Ibrahim di dalam Al Kitab (Al Quran) ini. Sesungguhnya ia adalah seorang yang sangat membenarkan lagi seorang Nabi. Ingatlah ketika ia berkata kepada bapaknya; “Wahai bapakku, mengapa kamu menyembah sesuatu yang tidak mendengar, tidak melihat dan tidak dapat menolong kamu sedikitpun? Wahai bapakku, sesungguhnya telah datang kepadaku sebahagian ilmu pengetahuan yang tidak datang kepadamu, maka ikutilah aku, niscaya aku akan menunjukkan kepadamu jalan yang lurus. Wahai Ayahku! Janganlah engkau menyembah setan. Sungguh, setan itu durhaka kepada Tuhan Yang Maha Pengasih. (Maryam: 41-43)
Hadirin Jamaah Jumat Rahimakumullah
Dalam kesempatan kali ini, marilah kita senantiasa untuk meningkatkan takwa kepada Allah SWT. Dengan takwa yang seoptimal mungkin, yakni imtisalu awamirillah wa ijtinabu nawahihi (melaksanakan perintah Allah dan menjauhi larangan-larangan-Nya). Salah satu cara untuk menggapai ketakwaan, mari meneladani Nabi Ibrahim AS. Beliau merupakan seorang nabi yang berkali-kali diuji oleh Allah. Dan semua ujian dilaluinya dengan baik. Hal itu kisahnya diabadikan dalam Al-Qur’an.
Ketika Nabi Ibrahim masih kecil—saat itu masyarakatnya dipimpin oleh raja Namrud—Namrud memberikan instruksi bahwa seluruh bayi laki-laki harus dibunuh. Hal itu perlu dilakukan sebab raja khawatir akan kekuasaan dirinya ditentang nantinya. Ibrahim yang masih sangat kecil diasingkan di tengah hutan sampai usia menjelang dewasa.
Menjelang dewasa sampai besar, keluar dari hutan Ibrahim mendapat tugas yang sangat besar. Yakni mereformasi akidah raja Namrud, bala tentara dan masyarakat pengikutnya. Waktu itu raja Namrud dan bala tentaranya menyembah berhala. Kondisi itu yang akan diubah oleh Nabi Ibrahim agar menyembah kepada Allah. Hal ini bukan perkara ringan, walaupun begitu beliau mendialogkan kepada ayahnya terlebih dahulu.
“Wahai bapakku, mengapa kamu menyembah sesuatu yang tidak mendengar, tidak melihat dan tidak dapat menolong kamu sedikitpun?”
“Wahai bapakku, sesungguhnya telah datang kepadaku sebahagian ilmu pengetahuan yang tidak datang kepadamu, maka ikutilah aku, niscaya aku akan menunjukkan kepadamu jalan yang lurus.”
“Wahai Ayahku! Janganlah engkau menyembah setan. Sungguh, setan itu durhaka kepada Tuhan Yang Maha Pengasih.”
Ternyata beliau belum berhasil mendialogkan kepada bapaknya. Lalu ia melanjutkan tugasnya untuk mereformasi tauhid masyarakat pada waktu itu. Beliau datang ke tempat penyembahan berhala raja Namrud. Saat tidak ada orang satu pun, ia menghancurkan semua berhala. Kecuali satu berhala yang paling besar. Di berhala itu alat penghancur berhala diletakkan. Dan betul saja, Namrud marah melihat berhala hancur. Ia memanggil Ibrahim dan mengintrogasinya. “Wahai Ibrahim, apakah engkau yang menghancurkan berhala-berhala ini?”
“Tidak, silahkan tanya kepada berhala yang paling besar itu. Dia yang memegang kapak,” jawab Ibrahim.
Mereka menanggapi, “Kamu ngawur, mana bisa berhala disuruh menjawab.”
“Kalau tidak bisa mendengar, bicara, mengapa kalian sembah?” kata Ibrahim.
Mendengar jawaban itu, Namrud semakin marah luar biasa. Akhirnya memutuskan Ibrahim akan dihukum dan dibakar hidup-hidup. Beliau dilemparkan ke dalam jilatan api yang sangat dahsyat. Namun beliau karena patuh kepada perintah Allah maka dijaga oleh Allah. Sehingga Allah berfirman, Ya Naru kuni bardan wasalaman ‘ala Ibrahim. Api yang terlihat panas, saat menyentuh Ibrahim menjadi dingin segar.
Kisah kedua, Nabi Ibahim diperintah untuk meninggalkan Siti Hajar dan putranya Ismail menuju Palestina. Ia meninggalkan istri dan anaknya di tempat yang tidak ada air, manusia, bahkan jin pun tidak ada. Ia membekalinya sekantong kurma dan air. Ketika bekalnya sudah habis, maka Ismail bayi menangis sedu. Siti Hajar juga mencari air dari bukit Shafa dan Marwah, namun tidak menemukan. Ketika itu ditolong oleh Allah, ditancapkan di bawah kaki Ismail sayap malaikat. Sehingga di bawah kakinya itu keluar air.
Terakhir, Nabi Ibrahim juga diperintah menyembelih anaknya sendiri Ismail. Meski akhirnya diganti dengan domba.
Jamaah Jumah Rahimakumullah
Apa hikmah dari peristiwa-peristiwa yang dialami oleh Ibrahim tersebut? Nabi Ibrahim adalah termasuk hamba Allah yang lebih mencintai Allah dibanding apa pun di dunia ini. Untuk menjalankan perintah Allah meskipun nyawa taruhannya. Maka ia disebut khalilullah. Beliau orang yang selalu menjalankan perintah Allah maka akan diberikan rezeki bukan hanya materi tapi juga qurrata a’yun. Sehingga banyak keturunan beliau banyak yang menjadi Nabi.
بَارَكَ اللهُ لِي وَلَكُمْ فِي اْلقُرْآنِ الْعَظِيْم،وَنَفَعَنابه وَإِيَّاكُمْ بِمَا فِيْهِ مِنَ اْلأٓيَةِ وَالذِّكْرِ الْحَكِيْم،فتقَبَّلَ اللهُ مِنِّي وَمِنْكُمْ تِلَاوَتَهُ إِنَّهُ تعالى جَوَّادٌ كَرِيْمٌ.البَرُّ الرَّؤُوْفُ الرَّحِيْمُ، و الحمد للهِ رَبِّ الْعَالَمِيْنَ
Pentranskip: Yuniar Indra Yahya