Suatu momen KH. Abdul Hakim Mahfudz dengan Habib Novel Alaydrus

Penghormatan atau pemuliaan bagi masyarakat muslim di Indonesia, terkhusus untuk santri ialah hal yang biasa mereka lakukan terhadap kiai beserta keturunannya apalagi untuk anak keturunan Nabi Muhammad SAW.  Seringkali penghormatan itu terkesan berlebihan.

Hadratussyaikh KH. M. Hasyim Asy’ari menyebutkan dalam kitab Adabul Alim wal Muta’allim bahwa hubungan dari guru kepada seorang murid haruslah setara dalam kadar tertentu. Batas sosial di antaranya tidak terlalu dekat dan tidak terlalu jauh. Sehingga diskusi dalam keilmuan bisa terjadi untuk mencapai keilmuan yang tidak hanya berbasiskan transfer keilmuan saja namun keilmuan yang ada berkembang sesuai dengan perkembangan zaman.

Habib, Sayyid, atau Syarif dalam beberapa waktu ini mendapatkan perhatian dari warga Indonesia. Mulai dari habib yang ikut andil dalam politik hingga habib yang dielu-elukan banyak orang karena nasabnya. Mulai ada orang yang mempertanyakan keabsahan dari nasab dari seorang yang dipanggil habib.

Mungkin hal inilah yang menyebabkan terlalu berlebihan dalam menghormati. Dan berakhir dengan kekecewaan atas sikap habib yang tidak sesuai dengan kehormatannya.

Dalam istilah Habib, Sayyid, ataupun Syarif kebanyakan masyarakat menyandarkannya untuk ketuturan Nabi Muhammad SAW. Sebuah istilah yang digunakan untuk memanggil keturunan Nabi Muhammad SAW. Dalam perbedaan pendapat untuk penggunaan ketiga istilah itu.

Majalah TebuirengIklan Tebuireng Online

Ada yang mengatakan bahwa Habib itu pasti Sayyid namun Sayyid tidak pasti Habib. Ada juga yang mengatakan bahwa Sayyid itu adalah seorang Habib yang mendapat pengakuan dari masyarakat sekitar karena perannya di masyarakat. Ada juga yang mengatakan bahwa kalau di kalangan keturunan Sayyidina Hasan, dikenal dengan sebutan Syarif. Tetapi di kalangan keturunan Sayyidina Husein disebut Sayyid.

Namun perlu dipahami memang istilah di berbagai tempat pastilah berbeda-beda. Ada daerah di mana Ahlul Bait itu dipanggil dengan Syarif, seperti di Maroko. Ada daerah di mana Ahlul Bait itu dipanggil dengan Habib, seperti di Indonesia dan Yaman. Ada juga yang dipanggil dengan Sayyid. Panggilan adalah suatu yang berbeda-beda sesuai dengan daerahnya masing-masing. Dalam hal ini di Indonesia seringnya kita memanggil dengan sebutan Habib.

Habib Jindan dan rombongan saat ziarahi makan Hadratussyaikh KH. Hasyim Asy'ari dan dzurriyah Tebuireng. (foto: zidan)
Habib Jindan dan rombongan saat ziarahi makan Hadratussyaikh KH. Hasyim Asy’ari dan dzurriyah Tebuireng. (foto: zidan)

Faktor keturunan memang tidak bisa kita tinggalkan. Namun ketika hal itu berlebihan akan menjadikan sikap kita juga berlebihan dalam merefleksikan sikap kita pada suatu kejadian. Kita menjadi buta dengan kesalahan yang berbanding sebaliknya dengan ekspektasi kita.

Wahai Ahli Kitab! Janganlah kamu melampaui batas dalam agamamu, dan janganlah kamu mengatakan terhadap Allah kecuali yang benar. Sungguh, Al-Masih Isa putra Maryam itu adalah utusan Allah dan (yang diciptakan dengan) kalimat-Nya yang disampaikan-Nya kepada Maryam, dan (dengan tiupan) roh dari-Nya.” (QS. An-Nisa: 171)

Dalam ayat yang mengambil kisah tentang Nabi Isa AS. yang memiliki banyak mukjizat yang kini banyak disalahartikan oleh oknum pengikutnya yang terlalu berlebihan dalam menghormatinya dan berakhir dengan kesetaraan Nabi Isa AS. dengan Allah SWT.

Jelas penghormatan yang berlebihan itu tidaklah baik dari segi teologi. Rasulullah SAW bahkan sampai melarang ummatnya untuk sekedar menggambar wajah beliau demi menghindari kejadian ini. Terlalu menghormati beliau tidak baik, namun sebagai seorang Nabi kita tidak bisa serta merta membencinya dan menyalahkan atas kesalahpahaman dari kaumnya.

Dalam masalah yang ada sekarang, menghormati Habib merupakan memang suatu keharusan bagi kita. Namun ketika ada yang tidak sesuai dengan panggilannya tetaplah tidak baik bagi kita untuk mencela atau membencinya. Islam hadir dengan Rahmatan lil ‘Alamin. Semua proyeksi sikap dari seorang muslim adalah tentang kasih sayang dan syi’ar Islam. Wallahu A’lam.


Ditulis oleh Minahul Asna, alumni Ma’had Aly Hasyim Asy’ari