Memperingati 100 hari wafatnya Gus Sholah dilakukan secara online. (sumber foto: Amin Zein)

Tebuireng.online– Peringati 100 hari wafatnya KH. Salahuddin Wahid (Gus Sholah), keluarga besar Gus Sholah dan Pesantren Tebuireng adakan doa dan tahlil bersama secara daring (dalam jaringan/online). Acara yang dilaksanakan pada Senin (11/5) disiarkan secara langsung melalui kanal Youtube resmi Pondok Pesantren Tebuireng.

Gus Ipang Wahid, Putra Gus Sholah memimpin jalannya acara doa dan tahlil daring ini. Ia mengucapkan terima kasih pada para hadirin yang turut menyaksikan siaran live acara tersebut.

“Kami ucapkan, terima kasih kepada seluruh hadirin yang menyempatkan waktu untuk berdoa bersama untuk ayahanda kami,” tutur Gus Ipang.

Dari pihak keluarga ada pula, Adik Gus Sholah, dr. KH. Umar Wahid juga turut memberikan sambutan mewakili keluarga besar KH. Abdul Wahid Hasyim serta istri Gus Sholah, Ibu Nyai Hj. Farida Salahuddin.

Tak hanya dari pihak keluarga, testimoni juga datang dari beberapa tokoh seperti Khofifah Indar Parawansa (Gubernur Jawa Timur), Dr. Aris Mufti, serta beberapa keponakan Gus Sholah, Alissa Wahid, Reza Hidayat, dan Novita Arini yang masing-masing menceritakan tentang kenangan bersama sosok Gus Sholah.

Majalah TebuirengIklan Tebuireng Online

Pembacaan tahlil pada perhelatan daring tersebut dipimpin oleh Ustadz H. Didin Syahrudin, Alumni Pesantren Tebuireng dan dibacakan doa oleh KH. Lukman Hakim Syaifuddin, menteri agama periode 2014-2019.

KH. Cholil Nafis dalam tausiyahnya menyebutkan bahwa dalam acara peringatan kematian yang patut menjadi pesan adalah kematian itu sendiri.

“Kematian itulah yang menjadi nasihat pada malam hari ini,” tuturnya.

Selain itu, ia menuturkan bahwa Gus Sholah juga memiliki anak-anak secara ideologis yang merasa dididik oleh Gus Sholah yang bisa juga dikategorikan sebagai anak-anak sholeh yang mendoakan orang tuanya.

Pada akhir acara, kegiatan dipungkas dengan doa yang dipimpin oleh pesangsuh Pesantren Tebuireng pasca Gus Sholah, KH. Abdul Hakim Mahfudz (Gus Kikin) sebelum akhirnya ditutup kembali oleh Gus Ipang.

Pewarta: Aji Nusantara