Prof. Dr. H. Dadang Kahmad, Ketua Pengurus Pusat Muhammadiyah hadiri seminar pendidikan dalam rangka 120 tahun Pesantren Tebuireng, Sabtu (24/8/19) di Pesantren Tebuireng. (Foto: Kopi Ireng)

Tebuireng.online– “Alasan Pesantren Tebuireng tetap eksis berdiri hingga sekarang, diumur ke 120 tahun adalah karena Tebuireng terus memberi manfaat,” ucap Prof. Dr. H. Dadang Kahmad, Ketua Pengurus Pusat Muhammadiyah saat menjadi narasumber dalam acara seminar nasional yang diselenggarakan di gedung Yusuf Hasyim Pesantren Tebuireng, Sabtu, (24/8/19).

Turut hadir sebagai narasumber DR. Al-Habib Sholeh bin Muhammad al-Jufri, ketua umum PB Al-Khairaat dan Prof. H. Mohamad Nasir, Ph.D, Menteri Riset Teknologi dan Pendidikan Tinggi.

Seminar nasional hari kedua yang diselenggarakan dalam rangka memperingati harlah 120 tahun Pesantren Tebuireng ini mengambil subtema “Peran dan Sumbangsih Ormas Islam Dalam Mencerdaskan Bangsa”.

Mewakili Ormas Muhammadiyah, Prof. Dadang menyebutkan bahwa ada sebuah ayat yang menjadi dalil dasar para anggota ormas Muhammadiyah dan merupakan dalil yang mendasari berdirinya Muhammadiyah, “وَلْتَكُن مِّنكُمْ أُمَّةٌ يَدْعُونَ إِلَى الْخَيْرِ وَيَأْمُرُونَ بِالْمَعْرُوفِ وَيَنْهَوْنَ عَنِ الْمُنكَرِ ۚ وَأُولَٰئِكَ هُمُ الْمُفْلِحُونَ , ini merupakan ayat yang selalu dijadikan dalil oleh orang Muhammadiyah dan dijadikan dasar pemikiran oleh KH. Ahmad Dahlan”, ucap ketua pimpinan pusat Muhammadiyah tersebut.

Menurut Prof. Dadang, yang menjadi fokus utama Ormas Muhammadiyah, “jadi inilah yang menjadi payung dasar organisasi Muhammadiyah,” tegasnya.

Majalah TebuirengIklan Tebuireng Online

Selanjutnya Pimpinan Muhammadiyah tersebut membacakan sejumlah data dan dokumentasi yang menggambarkan jumlah lembaga pendidikan yang dikelola oleh Muhammadiyah.

Menurut Prof. Dadang, orientasi utama Muhammadiyah adalah kemajuan dan pencerahan, “Muhammadiyah sejak didirikan oleh KH Ahmad Dahlan 1912 M/1330 H, merupakan gerakan Islam yang mendorong kepada kemajuan dan pencerahan. Model Pemahaman Islam yang membawa kehidupan pemeluknya pada kebaikan di dunia dan di akhirat. Gerakan Islamnya bersifat kaffah (sosial, pendidikan, kebudayaan, hukum, olahraga, ekonomi-kewirausahaan, kebangsaan-politik, pemikiran dan segala bidang kehidupan manusia),” jelasnya.

Menurutnya, sejak berdirinya Muhammadiyah berdakwah melalui lembaga pendidikan. Ada dua model pendidikan umat pada waktu itu, (abad 19) sistem sekolah Belanda yang sekuler dengan sistem pesantren yang mengajarkan agama Islam. Model pendidikan Muhammadiyah menyatukan dua sistem pesantren dan sekolah formal ala Belanda.

Jumlah lembaga pendidikan yang berada di bawah naungan Muhammadiyah saat ini banyak dan terus bertambah, diantaranya TK/TPQ 20.125, Sekolah Dasar (SD)/MI 2.766, Sekolah Menengah Pertama (SMP)/MTs 1.826, Sekolah Menengah Atas (SMA)/SMK/MA 1.407, Pondok Pesantren 325, Perguruan Tinggi Muhammadiyah 164, jumlah Total Lembaga Pendidikan= 26. 615.

“Jadi ada setengah juta lebih mahasiswa yang berada di bawah naungan Muhammadiyah,” imbuhnya.

Diakhir materi, Prof. Dadang menyampaikan, bahwa Muhammadiyah sebagai ormas selalu konsen dalam memberikan kemajuan pada bangsa, “meskipun tidak maksimal namun kita sudah melangkah”, ujar Prof. Dadang menutup materi.

Pewarta: Nailia Maghfiroh

Publisher: RZ