Gus Sholah, Wapres JK, Mbah Maemun Zubair, dan Kiai Jamaluddin Ahmad sesaat sebelum acara Haul Gus Dur dimulai
Gus Sholah, Wapres JK, Mbah Maemun Zubair, dan Kiai Jamaluddin Ahmad sesaat sebelum acara Haul Gus Dur dimulai

tebuireng.online– Tebuireng bertaburkan para pejabat dan kiai dari seluruh penjuru Indonesia. Lebih-lebih yang memberikan sambutan adalah Wakil Presiden Republik Indonesia, Drs. H. M. Jusuf Kalla dan mauidhah hasanah oleh dua kiai sepuh NU, KH. Maemun Zubair Sarang Rembang dan KH. Jamaluddin Ahmad Tambak Beras. Pesona RI 2 dan kharisma dua ulama besar tersebut mengundang ketertarikan banyak tokoh dan warga untuk menghadiri acara tersebut, selain karena ingin mengingat dan mendoakan Sang Guru Bangsa.

Dalam mauidhoh hasanah, Kiai Jamal memaparkan teladan dua Khulafaur Rosyidin, Umar Ibn Khattab dan Umar ibn Abdul Aziz. Kendati jarak masa dua khalifah tersebut terpaut jauh, namun mereka memiliki hubungan darah. Menurut beberapa ulama Umar ibn Abdul Aziz adalah khalifah pengganti Rasulullah yang ke-5. Dalam pemaparan Kiai Jamal, beliau menggambarkan kedua sosok tersebut adalah pemimpin umat yang totalis dan sederhana. Seluruh kekayaan negara, dikembalikan kepada yang berhak, untuk kemaslahatan, kesejahteraan, dan kemakmuran rakyat.

Beliau menceritakan bagaimana Umar ibn Khattab melakukan lawatan ke Syam (sekarang Suriah) dengan menggunakan satu unta dan seorang budak. Setiap satu pos, Khalifah Umar bergantian dengan budaknya, naik di atas unta dan turun untuk memegang kendali. Sekaliber khalifah, pemimpin negara dan pemerintahan Islam ketika itu, bukan tidak mungkin bisa mendapatkan fasilitas penuh dalam melakukan tugas negara, semisal ditandu, diiringi pasukan bersenjata, dan lain sebagainya. Namun, dengan kesederhanaan Umar, kesadarannya atas posisinya sebagai pelayan rakyat benar-benar diaplikasikan dan menghibahkan dirinya menjalankan tugas.

Begitu juga Khalifah Umar ibn Abdul Aziz. Beliau yang walaupun merupakan keluarga kerajaan, sejak kecil di didik ayahnya Abdul Aziz bin Marwan, saudara Khalifah Abdul Malik bin Marwan untuk mencintai ilmu dan tidak menghambakan diri dari keduniaan, termasuk jabatan. Ia tak pernah terbersit dalam hatinya, menaruhkan dirinya dalam bursa pertarungan parlemen menjadi Khalifah. Namun apa daya, saudara sepupunya, Sulaiman bin Abdul Malik, memintanya menjadi menjadi pengganti.

Bukan seperti pejabat sekarang yang hura-hura dan euforia merayakan kemenangan, Umar ibn Abdul Aziz malah menangis dan tak henti-hentinya menangis. Setelah menjadi khalifah pun, beliau dan istri berjuang untuk rakyat, meninggalkan kepentingan pribadi dan keluarga. Tanpa istana, tanpa kursi megah, hanya rumah sederhana dengan satu lampu dan beberapa baju. Adakah pemimpin sekarang yang demikian?

Majalah TebuirengIklan Tebuireng Online

Keteladanan kedua khalifah tersebut juga disampaikan oleh KH. Maemun Zubair. Mbah Mun, sapaan akrab beliau, mengatakan bahwa Umar Ibn Khattab adalah pembuka wilayah Islam dari Samudra Atlantik hingga Persia, sedangkan Umar Ibn Abdul Aziz adalah cicit keturunan beliau. “Pembuka kemakmuran adalah Umar ibn Khattab, sedangkan peluas kemakmuran adalah Umar ibn Abdul Aziz,” ungkap Mbah Mun. Namun, Mbah Mun dalam ceramahnya, lebih menjelaskan Abu Bakar al-Siddiq.

Menurut Mbah Mun, Umar ibn Khattab tak bisa dipisahkan dengan Sosok Abu Bakar. Seperti kata Rasulullah SAW. yang memerintahkan umatnya agar mengikuti dua khalifah setelah beliau, yaitu Umar dan Abu Bakar. Mbah Mun juga menerangkan hubungan antara Nabi Isa as. dan Rasulullah Muhammad SAW. serta sejarah keturunan beliau. (abror)