ilustrasi orang wafat

Orang yang beriman tentu menyadari bahwa kematian akan mengikuti kebiasaan hidupnya. Mereka juga sadar bahwa kematian bisa datang kapan saja dan tidak akan pernah salah dalam hitungannya. Oleh karena itu, mereka akan menjauhi perbuatan dosa seperti kesyirikan dan maksiat.

Allah Subhanahu Wa Ta’ala berfirman, artinya: “Dan setiap umat mempunyai ajal (batas waktu). Apabila ajalnya tiba, mereka tidak dapat meminta penundaan atau percepatan sesaat pun.” (Q.S. Al-A’raf : 34).

Dalam kitab Sunan Tirmidzi, disebutkan bahwa Rasulullah shallallahu ‘alaihi wa sallam bersabda: Perbanyaklah mengingat pemutus kelezatan, yaitu kematian (HR. Tirmidzi). Ibnu Utsaimin menyatakan bahwa manusia senantiasa dalam bahaya karena kematian selalu mengintai dan tidak ada yang tahu kapan waktunya akan tiba. Kematian bisa datang tiba-tiba, bahkan saat seseorang sedang melakukan aktivitas sehari-hari.

Dari Ibnu Abbas, Rasulullah shallallahu alaihi wa sallam bersabda, “Pandangan mata itu memang nyata. Jika ada sesuatu yang bisa mendahului takdir, maka pandangan mata itu bisa melakukannya. Jika kamu disuruh mandi, maka mandilah” (HR Muslim). Setiap orang akan bangkit sesuai dengan cara dia meninggal dunia.

Imam al-Hafizh Zainuddin Abdurrauf al-Munaawy menjelaskan bahwa seseorang meninggal dunia sesuai dengan kebiasaannya. Ada banyak kisah inspiratif yang mengajarkan pentingnya beramal saleh sepanjang hidup agar meninggal dalam keadaan baik. Salah satu kisah adalah tentang Abdullah bin Idris yang telah mengkhatamkan Al-Qur’an 4000 kali sebelum meninggal dunia. Ada juga kisah Abu Bakr bin ‘Ayyaasy yang mengkhatamkan Al-Qur’an 18 ribu kali sebelum ajal menjemputnya.

Majalah TebuirengIklan Tebuireng Online

Kisah-kisah tersebut mengajarkan kita untuk menjalani hidup dengan amal saleh agar ketika ajal tiba, kita meninggalkan dunia dalam keadaan yang baik. Semoga bermanfaat!

Baca Juga: Perjalanan Hidup Sebelum dan Sesudah Kematian

Ditulis oleh Anis Faikatul Jannah, mahasiswi Universitas Hasyim Asy’ari