Sumber: nu.or.id

Oleh: Lulu’atul Mabruroh*

Sehari telah berlalu dari perayaan “Hari Santri Nasional”, tanggal 22 Oktober merupakan hadiah persembahan dari pemerintah Indonesia untuk mengenang hari lahirnya resolusi jihad yang diprakarsai oleh Hadratussyaikh KH. M. Hasyim Asy’ari.

Perayaan hari santri tidak boleh hanya dimaknai secara lahiriah saja, yakni para santri beramai-ramai melakukan berbagai jenis perayaan (seremonial) saja dan melupakan substansi kesantriannya begitu saja.

Selain perayaan hari santri, tanggal 22 Oktober menurut KH. Maimoen Zubair juga merupakan awal mula dibangunnya masjid Quba’, masjid yang pertama kali dibangun oleh Rasulullah SAW sewaktu beliau dan umat Islam sedang hijrah dari Mekkah menuju Madinah. Sebab itu, sikap dan watak kesantrian harus terus dibangun dan diperbaiki untuk masa depan bangsa Indonesia.

Semangat kesantrian tidak hanya dibangun pada moment hari santri, akan tetapi resolusi jihad harus senantiasa dipupuk dan dikobarkan. Memaknai Resolusi Jihad, Prof. M. Mas’ud Said, PhD memaknai resolusi jihad dengan bersatu memperjuangkan tegaknya agama Islam Aswaja melalui tegaknya NKRI.

Majalah TebuirengIklan Tebuireng Online

Pernyataan kedaulatan ini berarti kaum santri dan kalangan pondok pesantren bersama masyarakat umum ingin menunjukkan jati dirinya melalui penanaman nilai-nilai yang dipelajari dan diyakini. Sedangkan dalam konteks dunia sekarang, Resolusi Jihad bisa dimaknai dengan cara memperjuangkan keunggulan jama’ah, jam’iyah dan komunitas santri untuk menunjukkan kepada dunia bahwa santri memiliki peran penting untuk menghadapi dunia modernisme dan globalisasi.

Jihad dalam kurikulum rahmatan lil alamiin sangat penting untuk diperhatikan, mengingat kekisruhan yang belakangan terjadi akibat sistem hidup dan sistem kemasyarakatan yang tidak sesuai dengan kaidah dan nilai-nilai yang telah diajarkan. Islam Rahmatan lil alamin menjadi pondasi utama yang merangkul masyarakat pribumi sejak awal tumbuhnya bangsa Indonesia.

Maka, menjadi tugas dan tanggung jawab moral yang tinggi bagi santri bagaimana mengelola dan mencari ruang strategis dalam kemajuan agama, sosial, ekonomi maupun kebudayaan bangsa Indonesia serta memperbaiki tatanan sosial yang mengalami ketimpangan akibat masuknya era baru peradaban.

*Mahasiswa Universitas Hasyim Asy’ari