(ket: tengah) Turis asal Turki mengungkapkan kesannya tentang Idul Adha dan umat muslim Indonesia. (Foto: Syarif Abdurrahman)

Tebuireng.online— Idul Adha merupakan salah satu hari raya dalam Islam. Berbagai cara dilakukan oleh seorang muslim untuk merayakannya. Salah satunya seperti yang dilakukan Turis asal Turki bernama Hasan. Ia secara khusus menceritakan cara merayakan Idul Adha kepada Tebuireng Online.

Saat itu jam menunjukkan pukul 16.15 WIB, pesawat Lion mendarat mulus di Bandar Udara International Soekarno-Hatta Tangerang. Oleh petugas, penumpang yang akan meneruskan perjalanan menuju Kalimantan diarahkan menuju pintu B1.

Hasan direncakan Akan terbang ke Kota Pontianak besok sorenya pada pukul 16.00 WIB. Ini berarti, semua penumpang yang akan terbang ke Pulau Borneo harus menginap di bandara beberapa jam lamanya.

Hal ini berarti, ada sekian jam yang harus dinikmati sebelum terbang kembali ke kota Pontianak. Agar tak terlihat nganggur, Hasan mencoba mencari teman ngobrol. Dari kejauhan mata memandang, pria berkulit putih ini menghampiri beberapa rombongan warga Indonesia yang baru datang.

Sejurus kemudian, ia pun mengenalkan diri kepada kita. Dan menjelaskan tujuannya ke Indonesia yaitu melakukan ibadah menyembelih hewan kurban di Pontianak bersama warga muslim di sana.

Majalah TebuirengIklan Tebuireng Online

“InsyaAllah, saya akan menyembih hewan kurban di Pontianak,” katanya dalam bahasa Inggris, Sabtu (10/8).

Perjuangan Hasan menuju Indonesia tidak lah mudah. Ia harus melewati perjalan jauh sekitar empat hari. Ia pertama terbang dari Frankfurt, Jerman lalu ke Doha, Qatar.

Dari Qatar ia lalu terbang ke Singapura dan kemudian terbang ke Soekarno-Hatta. Baru lah sorenya ia terbang ke Pontianak untuk melaksanakan ibadah kurban saat Idul Adha nanti. Sehari-hari, di Turki Hasan bekerja di pabrik sebagai tukang las.

Namun khusus lebaran Idul Adha 1440 H ini ia datang ke Indonesia untuk berbagi dengan masyarakat kecil. Ia mengaku senang sekali berbagi kepada orang lain, terutama orang muslim.

Ia pun sudah meminta kenalannya di Indonesia untuk membeli beberapa ekor kambing. Sehingga saat ia datang tinggal memotong hewan kurban saja.

“Sudah empat hari saya belum tidur pulas, tidur sekilas saja. Khawatir ketinggalan pesawat,” tambah Hasan.

Hasan juga menjelaskan, ia menyukai keramahan warga negara Indonesia. Karena saat ini istrinya sudah wafat dan putranya pun sudah besar maka ia berniat kuat untuk Indonesia.

Lewat kenalan seseorang di Pontianak maka ia berangkat ke Indonesia. Hasan mengaku sengaja tidak menginap di hotel karena beberapa agen yang menawarkan penginapan harganya cukup tinggi. Sehingga pilihannya yaitu tidur di bandara saja.

Baginya, Idul Adha adalah kerelaan berbagi kebahagian kepada sesama. Terutama yang membutuhkan bantuan sehingga bisa menikmati hari lebaran dengan suka cita. Rezeki pemberian Allah hanya titipan yang harus ditasyarufkan di jalan Allah.

“Dari pada uang saya habis untuk penginapan lebih baik untuk kurban dan makan bersama keluarga muslim. Saya itu tidak bisa lihat ada orang muslim yang kelaparan. Ikut sedih,” kata Hasan sambil mengajak ke warung di depan ruang tunggu bandara.

Ia lalu menyebutkan bahwa ajaran Islam yang baik itu suka berbagi bukan malah saling membunuh. Di masa depan, Hasan berharap bisa sering datang ke Indonesia untuk berkurban dan menjelajahi Indonesia.

Idul Adha mengajarkannya arti persaudaraan sama rata dan sama rasa. Ia mencontohkan praktik ibadah haji yang dilakukan umat Islam seluruh dunia. Dimana semua umat Islam saat haji memakai pakaian yang sama. Tak ada bedanya antara miskin dan kaya, tampan dan jelek rupa. Semua sama dihadapan Allah.

“Orang Turki suka menolong, saya salah satunya. Turki dulu pusat Islam. Saya berharap umat Islam bisa kompak dan bersatu,” katanya sambil bercanda.

Tiba-tiba, Hasan kemudian mengajak dua orang yang nampak kelaparan di sampingnya untuk makan gratis. Tapi anehnya ia hanya pesan kentang goreng dan segelas es cappucino. Sambil menemani saudara barunya makan, Hasan melantunkan salawat atas Nabi Muhammad SAW dan lagu Turki.

Sambil ngobrol, ia mengaku baru pertama kali ini datang ke Indonesia. Ia pun tanya banyak tentang negara yang mayoritas penduduknya beragama Islam ini. Hasan menanyakan Pesantren Tebuireng dan NU. Ia ingin tahu lebih banyak tentang Indonesia.

“Apakah Pesantren Tebuireng dekat dengan Pontianak?” tanyanya lugu.

Ia menyebutkan suatu waktu nanti ingin berkunjung ke pesantren-pesantren tempat pengajaran Al-Quran yang ada di Indonesia. Ia juga sempat menyampaikan keinginannya untuk menikah dengan perempuan Indonesia.

Baginya, wanita Indonesia ramah dan suka kerja keras. “Semoga bisa sering-sering ke Indonesia, berbagi bersama itu indah,” tutupnya.

Pewarta: Syarif Abdurrahman

Publisher: RZ