Buku kumpulan esai Mahasantri se Indonesia. (Foto: Dimas)
  • Nama buku: Menjahit Peradabaan Baru
  • Penulis: Kumpulan Esai Maha Santri Ma’had Aly se-Indonesia
  • Penerbit: Shafiyah Publisher
  • Hal: xvi+207
  • Perensensi: Dimas Setyawan Saputra*

Peradabaan zaman bergerak begitu cepat. Indsutri 1.0 yang ditemukan pada abad ke-18 memerlukan waktu 100 tahun untuk menuju indsutri 2.0. Begitupula industri 2.0 harus melewati 100 tahun untuk menuju industri 3.0 akan tetapi dari industri 3.0 hanya membutuhkan 20-30 tahun untuk menuju industri 4.0, yang mana perkembangan ini sangatlah pesat dan tanpa terduga sebelumnya. Perkembangan ini tidak bisa kita tolak, mau tidak mau, suka tidak suka, kita harus bersaing dengan perubahan zaman yang sangat cepat.

Perubahan zaman ini merebak ke berbagai sektor baik sosial, ekonomi, dan politik. Satu Negara dengan Negara lain berlomba-lomba selalu ingin unggul dari Negara lainnya dalam menghadapi pergerakan perubahaan zaman ini. Maka tak ayal bila segala hal dilakukan, oleh suatu Negara agar tak dianggap sebagai bangsa yang tertinggal.

Begitu pula dengan strategi dakwah. Dakwah selalu mengikuti arus perkembangan zaman. Bila zaman dakwah dilakukan dengan pengajian-pengajian, dari satu masjid ke masjid lainnya, dari satu majelis ke majelis lainnya. Maka tantangan dan gaya dakwah hari ini sangatlah berbeda dengan sebelumnya. Hari ini kita dihadapi oleh gaya hidup masyarakat yang instan. Ingin membeli pakaian tinggal klik, ingin bayar pulsa listrik, SPP sekolah anak, dan pemesanan tiket pun tinggal klik dan selesai.

Dakwah sebagaimana arti sesungguhnya ialah memanggil atau mengajak. Bila seruan kita masih memakai cara lama, selamanya dakwah kita diambaikan bahkan tidak sama sekali digubris. Maka strategi dakwah kita pun harus masuk pada bidang teknologi dan sosial media, agar dakwah kita dapat diterima oleh jangkauan luas dan meyeluruh.

Hasil laporan Asosiasi Penyelenggara Jasa Internet Indonesia (APJII) tahun 2017, mencatat konsumen internet rakyat Indonesia sebanyak 143,26 juta jiwa. Angka ini pastinya akan terus meningkat seiring perkembangan zaman. Dengan angka yang sangat fantastik tersebut, adalah lahan luas nan subur untuk para ulama-ulama muda menyebarkan dakwah via media sosial.  Sangat luar biasanya bila dakwah di media sosial ini dapat dikuasai oleh ulama-ulama muda yang benar-benar telah menguasai ilmu agama. Karena hari ini di media sosial kita seringkali melihat dakwah para dai yang acapkali hanya pandai speaking tapi minim akan sarat keilmuan.

Majalah TebuirengIklan Tebuireng Online

Di dalam buku menjahit peradabaan baru, kita akan disugguhkan metode, taktik, dan strategi yang handal untuk memulai dan meneruskan dakwah yang modern tanpa meninggalkan tradisi-tradisi kelimuan pesantren. Tiga bekal dan kemapuan yang harus dimiliki oleh ulama muda yakni, heart (kalbu) head (akal) dan hand (tangan).

Konsep pertama ialah heart kalbu, atau ahlak. Ulama muda harus memiiki ahlak baik dan jiwa yang bersih. Kedua ialah head (akal). Ini diarahkan kepada aktivitas intelektual para ulama dalam memikirkan, meninterpretasi dan menyegarkan kembali ajaran Islam yang terkandung dalam Al-Qur’an. Ketiga ialah hand (tangan). Konsep ini berarti hijrah, yang mana dipahami sebagai perilaku dan aktivitas sosial ulama dalam menjaga ketertiban pemahaman-pemahaman ajaran yang meresahakan masyarakat.

Ketiga aspek tersebut (heart, head, dan hand) merupakan satu kesatuan tugas yang harus diemban oleh ulama zaman now agar mereka pantas menyandang gelar (warasatul anbiya) (hal. 64).

*Mahasantri Ma’had Aly Hasyim Asy’ari Tebuireng Jombang.