kh junaedi hidayat khutbah jumat

Oleh: KH. Djunaidi Hidayat*

اِنَّ الْحَمْدَ لِلَّهِ نَحْمَدُهُ وَنَسْتَعِيْنُهُ وَنَسْتَغْفِرُهُ وَنَعُوْذُ بِاللهِ مِنْ شُرُوْرِ أَنْفُسِنَا وَسَيّئَاتِ أَعْمَالِنَا مَنْ يَهْدِهِ اللهُ فَلاَ مُضِلّ لَهُ وَمَنْ يُضْلِلْ فَلاَ هَادِيَ لَهُ أَشْهَدُ أَنْ لاَ إِلهَ إِلاّ اللهُ وَأَشْهَدُ أَنّ مُحَمّدًا عَبْدُهُ وَرَسُوْلُه

اَللهُمّ صَلّ وَسَلّمْ عَلى سيّدنا مُحَمّدٍ وَعَلى آلِهِ وِأَصْحَابِهِ وَمَنْ تَبِعَهُمْ بِإِحْسَانٍ إِلَى يَوْمِ الدّيْن.

يَاأَيّهَا الّذَيْنَ آمَنُوْا اتّقُوا اللهَ حَقّ تُقَاتِهِ وَلاَ تَمُوْتُنّ إِلاّ وَأَنْتُمْ مُسْلِمُوْنَ

Melalui khutbah ini mari kita mantapkan komitmen dan kesungguhan kita dalam menjalankan apa yang telah diperintahkan oleh Allah. Kita jalankan segala hal yang diperintah oleh Allah ( (المَأْمُوْرَاتُ. Baik perintah-Nya berupa (الوَاجِبَاتُ) ,yakni hal-hal yang memang harus kita lakukan. Maupun perintah yang bersifat ((المَنْدُوْبَاتُ, yakni yang perkara-perkara dianjurkan untuk mengerjakannya.

Majalah TebuirengIklan Tebuireng Online

Serta kita tinggalkan segala hal yang dilarang oleh Allah (المَنْهْيَاتَ). Baik larangan yang memang harus ditinggalkan, maupun hal-hal yang sebaiknya ditinggalkan, yakni al-makruhat (dimakruhkan). Hal tersebut menjadi modal bagi kita untuk mendapatkan kehidupan yang hakiki di dunia dan akhirat.

Hari ini kita dalam pertengahan bulan Ramadan. Bulan yang diberikan oleh Allah banyak kemuliaan, keutamaan, dan keberkahan. Ada keistimewaan dan keutamaan yang melekat pada setiap ibadah yang disyariatkan oleh Allah. Di bulan Ramadan ini Allah mewajibkan puasa.

Puasa adalah ibadah yang punya kekhususan berbeda dengan ibadah lain. Salah satunya yakni, bahwa puasa ini merupakan ibadah yang bersifat meninggalkan sesuatu (tarku al-syai’). Secara fikih puasa itu Imsak ‘an al-mufthirat (menahan dari hal yang membatalkan). Kalau ibadah yang lain itu bersifat fi’lu syai’ (mengerjakan sesuatu). Shalat itu menjalankan rukun, syarat, dan sebagainya. Karena bersifat mengerjakan sesuatu, shalat itu dapat diindentifikasi oleh orang lain, apakah orang itu sedang shalat atau tidak. Begitu pula dengan ibadah haji.

Berbeda dengan puasa. Karena sifatnya yang meninggalkan sesuatu, maka potensi untuk dipamerkan itu sangat kecil. Sehingga kita tidak bisa melihat mana orang yang berpuasa dan mana yang tidak. Kalau shalat dan haji, maka potensi yang dipamerkan sangat besar sekali. Karena kedua ibadah tersebut punya ritus khusus.

Oleh karena itu, Allah menegaskan dalam sebuah hadis:

 كُلُّ عَمَلِ ابْنِ آدَمَ يُضَاعَفُ، الحَسَنَةُ عَشْرُ أَمْثَالِهَا، إلى سَبْع مِائَة ضِعْفٍ، قالَ اللَّهُ عَزَّ وَجَلَّ: إلَّا الصَّوْمَ؛ فإنَّه لي، وَأَنَا أَجْزِي به، يَدَعُ شَهْوَتَهُ وَطَعَامَهُ مِن أَجْلِي. لِلصَّائِمِ فَرْحَتَانِ: فَرْحَةٌ عِنْدَ فِطْرِهِ، وَفَرْحَةٌ عِنْدَ لِقَاءِ رَبِّهِ. وَلَخُلُوفُ فيه أَطْيَبُ عِنْدَ اللهِ مِن رِيحِ المِسْكِ.

Dari Abu Hurairah radliallahu anhu, dia berkata, “Rasulullah shallallahu alaihi wasallam bersabda, ‘Setiap amal anak Adam dilipatgandakan pahalanya. Satu (amal) kebaikan diberi pahala sepuluh hingga tujuh ratus kali. Allah azza wajalla berfirman, ‘Kecuali puasa, karena puasa itu adalah bagi-Ku dan Akulah yang akan membalasnya. Sebab, dia telah meninggalkan nafsu syahwat dan nafsu makannya karena-Ku.’ Dan bagi orang yang berpuasa ada dua kebahagiaan. Kebahagiaan ketika dia berbuka, dan kebahagiaan ketika dia bertemu dengan Rabb-Nya. Sesungguhnya bau mulut orang yang berpuasa lebih wangi di sisi Allah daripada wanginya kesturi.”

Yang kedua, ibadah puasa ini bersifat langsung, melekat pada diri kita. Kita langsung merasakan rasa lapar, dahaga. Karena dengan begitu badan kita dapat dilemahkan syahwatnya oleh puasa. Syahwat itu sumber utamanya dari makanan. Maka orang-orang yang ingin mempunyai kemuliaan, karomah, kelebihan, biasanya dia akan menghancurkan apa yang menjadi kebutuhan fisiknya. Tidak makan, minum, meditasi, agar beban ruh akibat nafsu dan syahwat yang tinggi terlepas.

Kemudian di ujung puasa Allah mewajibkan zakat fitrah. Zakat tersebut adalah ujung dari ibadah puasa. Harapannya dengan puasa, seorang hamba akan menjadi pribadi yang punya kepedulian, kemanusiaan, kasih sayang, tolong menolong. Hal itu yang menjadi goal dari madrasah Ramadan.

Yang ketiga, puasa itu pahalanya tidak dibandrol. Padahal ibadah lain terkadang Allah sudha menentukan berapa banyak pahalanya. Misal, shalat jamaah pahalanya 27 derajat, sedekah akan memberi pahala 20 kali lipat, rata-rata ada nominalnya. Tapi untuk puasa ini Allah tidak menentukan ukuran dan nominal pahalanya. “Saya (Allah) yang akan mengganjar puasa kalian,” begitu kata Allah.

Salah satu ayat:

قُلْ يَٰعِبَادِ ٱلَّذِينَ ءَامَنُوا۟ ٱتَّقُوا۟ رَبَّكُمْ ۚ لِلَّذِينَ أَحْسَنُوا۟ فِى هَٰذِهِ ٱلدُّنْيَا حَسَنَةٌ ۗ وَأَرْضُ ٱللَّهِ وَٰسِعَةٌ ۗ إِنَّمَا يُوَفَّى ٱلصَّٰبِرُونَ أَجْرَهُم بِغَيْرِ حِسَابٍ

Katakanlah: Hai hamba-hamba-Ku yang beriman. bertakwalah kepada Tuhanmu. Orang-orang yang berbuat baik di dunia ini memperoleh kebaikan. Dan bumi Allah itu adalah luas. Sesungguhnya hanya orang-orang yang bersabarlah Yang dicukupkan pahala mereka tanpa batas. (Q.S. Az-Zumar ayat 10)

Oleh beberapa ulama’ redaksi “al-sabirun bermakna orang-orang yang berpuasa. Artinya, orang yang berpuasa itu diganjar oleh Allah dengan pahala tanpa batas/unlimited. Pahalanya tergantung dengan level masing-masing. Apakah puasa kita hanya sebatas menahan dahaga dan haus, atau sudah meninggalkan kemaksiata, atau sudah pada taraf sangat spesial yakni mengosongkan hati pikiran dari hal-hal yang melalaikan Allah SWT.

Mumpung kita masih diberikan kesempatan oleh Allah untuk berpuasa, mari berpuasa dengan baik. Karena keutamaan puasa Ramadan melekat pada waktu, bukan pada tempat.

بَارَكَ اللهُ لِيْ وَلَكُمْ فِي الْقُرْآنِ الْعَظِيْمِ,

وَنَفَعَنِيْ وَإِيَّاكُمْ بِمَا فِيْهِ مِنَ الآيَاتِ وَالذِّكْرِ الْحَكِيْمِ,

وَتَقَبَّلَ مِنِّيْ وَمِنْكُمْ تِلاَوَتَهُ إِنَّهُ هُوَ السَّمِيْعُ الْعَلِيْمُ. أَقُوْلُ قَوْلِيْ هَذَا وَاسْتَغْفِرُ اللهَ الْعَظِيْمَ لِيْ وَلَكُمْ فَاسْتَغْفِرُوْهُ، إِنَّهُ هُوَ الْغَفُوْرُ الرَّحِيْمُ


*Pendiri PP Al-Aqobah Jombang


Pentranskip: Yuniar Indar Yahya