Oleh: Dr. KH. A. Musta’in Syafi’ie, M.Ag.
إِنَّ الْحَمْدَ لِلّهِ . نَحْمَدُهُ وَ نَسْتَعِيْنُهُ وَ نَسْتَغْفِرُهُ. وَ نَعُوْذُ بِهِ مِنْ شُرُوْرِ أَنْفُسِنَا وَمِنْ سَيِّئَاتِ أَعْمَالِنَا. مَنْ يَهْدِهِ اللهُ فَلَا مُضِلَّ لَهُ وَمَنْ يُضْلِلْ فَلَا هَادِيَ لَهُ. أَشْهَدُ أَنْ لَا إِلَهَ إِلَّا اللهُ وَ اَشْهَدُ أَنَّ سَيِّدَنَا مُحَمَّدًا عَبْدُهُ وَرَسُوْلُهُ. اَللَّهُمَّ صَلِّ عَلَى سَيِّدِنَا مُحَمَّدٍ وَعَلَى آلِ سَيِّدِنَا مُحَمَّدٍ وسَلِّمْ تَسْلِيْمًا كَثِيْرًا أَمَّابَعْدُ
فَيَا أَيُّهَا الْمُسْلِمُوْنَ . اِتَّقُوْا اللهَ ,اِتَّقُوْا اللهَ تعالى مَا اسْتَطَعْتُمْ وَقَدْ فَازَ الْمُتَّقُوْنَ. أَعُوْذُبِاللهِ مِنَ الشَّيْطَانِ الرَّجِيْمِ , وَاصْبِرْ نَفْسَكَ مَعَ الَّذِينَ يَدْعُونَ رَبَّهُمْ بِالْغَداةِ وَالْعَشِيِّ يُرِيدُونَ وَجْهَهُ وَلا تَعْدُ عَيْناكَ عَنْهُمْ تُرِيدُ زِينَةَ الْحَياةِ الدُّنْيا وَلا تُطِعْ مَنْ أَغْفَلْنا قَلْبَهُ عَنْ ذِكْرِنا وَاتَّبَعَ هَواهُ وَكانَ أَمْرُهُ فُرُطاً. صَدَقَ اللهُ الْعَظِيْمِ
Menjelang ramadhan, semua umat beriman mempersiapkan diri untuk menyambut Ramadhan dengan slogan marhaban ya Ramadhan. Membangun semangat untuk meningkatkan amal ibadah pada bulan Ramadhan, tapi jangan lupa setanpun sudah melakukan kordinasi kesana-kemari dan membuat perencanaan yang besar, sama. Untuk mengagalkan progam ibadah umat beriman dalam Ramadhan . Setan tahu kalau dirinya saat Ramadhan itu dipenjara, dirantai, dan lain-lain.
Tapi bagi mereka kawanan setan, hal itu tidak menggetarkan, tidak apa-apa. “Tidak apa-apa kami dirantai, dibelenggu, tapi kami sudah lama menanamkan benih-benih kemalasan terhadap orang beriman,” kata mereka. Ekses yang ditimbulkan dari penggodaan lama oleh setan diharap mampu melumpuhkan semangat ibadah orang beriman dibulan Ramadhan.
Khutbah serial surah al kahfi ini, mengingatkan bahwa kita jangan sampai sedikitpun mengikuti kemauan orang-orang yang lupa, orang-orang yang hatinya dilupakan oleh Allah. Wala tuthi’ man aghfalna qolbahu ‘an dzikrina, dan terus wattaba’ hawahu mengikuti hawa nafsu. Coba, kita sekarang melihat diri kita sendiri kira-kira mana yang kuat? Progam setan yang melalaikan, melenakan dan memalaskan kita saat bulan Ramadhan atau semangat kita dalam mengisi amal ibadah dibulan Ramadhan.
Dalam al hadis disebutkan Ramadhan itu edisi ibadah yang tertinggi. Satu, wajib. Ibadah yang wajib itu shiyamu ramadhan, ash shiyam. Dan kedua, dibawah wajib tapi sangat bernilai tinggi yaitu al qiyam, yang disebut qiyamu Ramadhan. Sehingga paduan antara ash shiyam dan al qiyam ini betul-betul menjadi amal yang produktif, prestasi ibadah yang bagus, sangat bagus. Silahkan anda mengaji kitab, kajian agama sangat bagus atau tholabul ‘ilmi, tapi dalam edisi Ramadhan kalah kebagusannya dibanding qiyamu Ramadhan.
Spesial edisi Ramadhan, ayo keberkahan-keberkahan di kelas dengan mencari ilmu, keberkahan di serambi masjid dengan mengaji kitab, sangat bagus. Tapi saya ingatkan lagi, amal-amal sunnah spesial edisi Ramadhan yaitu qiyamu Ramadhan yang ada hadisnya, yang ada nashnya. Man shomahu wa qomahu imanan wah tisaban, shomahu dan qomahu inilah yang jaminannya langsung surga. Dimaafkan dosanya, jaminannya surga.
Untuk itu, setan mengerti betul kalau qiyamu Ramadhan ini sangat bernilai di hadapan Allah, setan paham betul bahwa qiyamu Ramadhan ini amal ibadah yang oleh Allah dipertimbangkan, sangat diperhatikan dan bisa men-download rahmat Allah sehingga memaafkan dosa-dosa mereka.
Untuk itu, Allah dalam hal ini mengatur, sangat mengontrol ibadah shalat, qiyamu Ramadhan yang kita sebut dengan shalat tarawih. Sehingga ahli hikmah mengatakan, “Kalian dalam bulan Ramadhan ingin tahu apakah orang itu orang cerdas, orang pinter yang mengerti manfaat Ramadhan atau tidak? Maka lihatlah shalat terawihnya, jangan dilihat ngajinya, jangan dilihat mencari ilmunya, tapi lihatlah sejauh mana kualitas shalat malamnya, edisi Ramadhan itulah”.
Hadis-hadis yang dibaca dalam pengajian seluruhnya membenarkan itu. Tapi setan sangat khawatir kalau umat beriman ini nanti berlomba-lomba meningkatkan shalat tarawih secara berkualitas, karena saking hebatnya Tuhan memberikan tuntunan shalat yang bagus. Tidak hanya sekedar memberikan tuntunan, seluruh ibadah yang disyariatkan Allah biasanya dibiarkan secara umum kecuali ibadah shalat, yang dikontrol secara detail oleh Tuhan dari pra, perjalanan menuju shalat, perjalanan menuju masjid, sampai ketika shalat, dan juga di tengah-tengah shalat.
Baiklah, kalau kita mengambil dari al hadis, seseorang tidak boleh langsung shalat. Kalau kita mengambil dalil dalam Al Qur’an, juga tidak boleh langsung shalat, harus thaharah dulu dari hadas besar maupun kecil. Tidak hanya itu, dalam ber-thaharah yang lillahi ta’ala, ulama-ulama sufistik memberikan doa agar nilai wudlu itu memancar, bisa menyinari wajah ketika membasuhnya dengan doa:
بَيِّضْ وَجْهِيْ يَوْمَ لَا تَبْيَضُّ وُجُوْهٌ وَتَسْوَدُّ وُجُوْهٌ
Sehingga orang berwudlu, membasuh dahi wajah itu mempunyai efek, pandangannya cerah, memandang ibadah senang, matanya menatap Allah dengan bagus, mata batinnya sambung.
Begitu pula membasuh tangan, disertai doa:
إِعْطِنِيْ كِتَابِيْ بِيَمِيْنِيْ وَحَاسِبْنِيْ حِسَابًا يَسِيْرًا
Coba doa yang menembus di hari mahsyar dengan mengatakan, berikan buku catatan kami, rapot kami, kami terima dengan tangan kanan jangan dengan tangan kiri seterusnya sampai kaki. Berdoa itu bagus, sudahlah tak usah dalil yang penting hal itu bagus. Ya Tuhan tsabbit qodami ‘alas siroth, tangguhkan, tetapkan kaki kami berjalan di atas as siroth. Yauma tazillu fihil aqdam, dimana banyak kaki-kaki yang tergelincir masuk neraka Jahanam.
Bayangkan, mulai wudhu saja sudah ada progam yang sangat jauh protektif dari neraka, masuk shalat, masuk masjid, Tuhan hadir dengan mengontrol lagi, niteni awakke dewe mana makmum yang serius maju ke shaf terdepan royokan berebut shof di depan dan mana makmum yang klewes-klewes mengambil shof di belakang, wes mburi-mburian ae.
Minat berbaris dalam jamaah saja, Tuhan hadir mengontrol dan memonitor.
بسم الله الرحمن الرحيم . وَلَقَدْ عَلِمْنَا الْمُسْتَقْدِمِيْنَ مِنْكُمْ وَلَقَدْ عَلِمْنَا الْمُسْتَأْخِرِيْنَ
“Aku tahu siapa di antara kalian makmum, yang cepat-cepat masuk berebut masuk shaf pertama al mustaqdimina minkum dan aku juga tahu walaqad ‘alimtu mustakhirin, siapa yang suka shaf belakang-belakangan”. Ndisor jambu, ndisor ketepeng, nggone parkiran, ikuloh gusti Allah eroh. Beditetes e seng mburi yo eroh, semangat e seng ngarep yo eroh.
Kata ‘alimna di ulang dua kali. Kok gak ngene ae, walaqad alimna mustaqdimina minkum wal musta’khirin. Kok di ulang lagi? Iya karena penilaian Tuhan. Carane gusti Allah mbiji, nilai orang yang shaf depan dan shaf belakang itu beda. Maka diulang fi’il madhi itu dua kali, untuk menunjukkan sikap Allah terhadap al mustaqdimin dan al musta’khirin itu tidak sama. Iki mohon maaf lho, gak niat ngritik seng jumaahan klewes-klewes ndisor pelem, cidek parkiran, ndak lho yo. Yo kudu ngerti dewe lah, gusti Allah yo ngerti kok.
Oleh sebab itu, jika ada shaf di depannya kosong, satu lobang saja, maka shof belakangnya segera menutup, yang terdekat yang berebut. Barang siapa yang menyuruh temannya maju ke shaf depan, mempersilahkan temannya maju ke shaf terdepan. Hukumnya makruh. Seolah-olah dia ridho temannya mendapat pahala banyak dan awak e dewe gak oleh ganjaran gak popo, wes kakean a ganjaran e?. Sudah banyak kah pahala yang kita punya?
Walaqad ‘alimna mustaqdimina minkum walaqad ‘alimna musta’khirin. Wes jumahan keri, tangan e tangan e loh nggrikil jek kober-kober e nggrayang hape cetak-cetik cetak-cetik. Naudzubillahi min dzalik. Orang begini ini memang muslim tetapi tidak total ikhlas beribadah di hadapan Tuhan. Terus dia shalat. Saya singkat saja karena ini dalam forum khutbah. Begitu seseorang sudah berdiri dihadapan Allah, allahu akbar. Berdiri, apa yang dia baca. Allah hadir lagi, mengawasi ketika orang shalat itu sedang berdiri.
بسم الله الرحمن الرحيم . الَّذِيْ يَرَاكَ حِيْنَ تَقُوْمُ
Dialah Allah yang melihat anda ketika anda berdiri. Tidak hanya saat berdiri seterusnya rukuk sujud, Allah juga melihat, wataqallubaka fis sajidin. Jungkir balik anda ketika sujud itu juga Tuhan monitor. Subhanallah.
Kalau sudah bulan Ramadhan dan edisi Shalat Tarawih. Naudzubillah jangan sampai ada tayangan seperti tahun kemarin di Blitar, Shalat Tarawih yang cepet hanya sekian menit tanpa thuma’ninah.
Waallahil ‘adzim, saya bersaksi di mimbar ini, bahwa shalat macam itu tidak sah. Ga dadi sembayang e. Allah pasti tidak akan menerima shalat macam gitu yang tanpa thuma’ninah. Nabi pernah menegur orang yang shalat tanpa thuma’ninah sampai disuruh mengulang tiga kali. Qum fasholli fainnaka lam tusholli. Jika itu diikuti oleh makmum yang banyak dan tidak sah semua maka yang bertanggungjawab siapa?
Al Quran memberi jawaban, “Yauma nad’u kulla unasin bi imamihim. Maka yang harus bertanggung jawab adalah imamnya bi imamihim. Untuk itu kalau tidak siap untuk memimpin Shalat Tarawih secara bagus, jangan mentang-mentang mushallanya sendiri, lalu diimami sendiri, jungkar balik dan cepat-cepat, maka lebih baik tidak usah jadi imam. Tidak meningkatkan kualitas ibadahnya umat, dan justru merusak.
Karena itu lewat mimbar ini saya bisa membayangkan, betapa banyak besok di akhirat imam-imam Shalat Tarawih yang menyesal karena harus bertanggung jawab shalatnya makmum yang dipimpinnya itu buruk, buruk. Untuk itu, buktikan bahwa kita mukmin dan rencana kita menciptakan Shalat yang bagus itu lebih hebat dibanding usaha setan untuk menggagalkan.
Mohon maaf, sekali lagi saya mohon maaf. Kita ini masih jauh, belum bisa shalat secara bagus. Tapi bisa berikhtiar, tayangan tv ada di dalam rumah masing-masing, bagaimana mereka Shalat tarawih secara bagus, khataman. Kita di kampung-kampung masih seperti itu, bahkan yang lebih brutal lagi, imam tidak memberikan kesempatan makmumnya membaca al Fatihah.
“Walad dollin amin, salamun qoulan min rabirrahim. Ndlosor”.
Menurut Imam asy Syafi’i jeda waktu antara walad dollin amin hingga selesai membaca surah itu seukuran makmum cukup membaca al Fatihah. Mana mungkin salamun qoulan itu cukup bagi makmum untuk membaca al Fatihah? Mudah-mudahan bermanfaat.
. بَارَكَ اللهُ لِي وَلَكُمْ فِي اْلقُرْآنِ الْعَظِيْم. وَنَفَعَنابه وَإِيَّاكُمْ بِمَا فِيْهِ مِنَ اْلأٓيَةِ وَالذِّكْرِ الْحَكِيْم. فتقَبَّلَ اللهُ مِنِّي وَمِنْكُمْ تِلَاوَتَهُ إِنَّهُ تعالى جَوَّادٌ كَرِيْمٌ البَرُّ الرَّؤُوْفُ الرَّحِيْمُ. و الحمد للهِ رَبِّ الْعَالَمِيْنَ