tebuireng.online-Sadad mengingatkan kepada para mahasiswa untuk menguatkan sikap konsisten dalam melakukan segala hal. “Ada 4 misi profetik Nabi: membangun akhlak, kebenaran, toleransi, dan konsistensi,” tuturnya.

Sadad juga menggugah kembali mahasiswa dalam segi intelektualitas yang sekarang mulai menurun. “Sekarang kita sudah tidak ilmiah lagi. kita telah melupakan tradisi-tradisi intelektual seperti diskusi dan kajian ilmiah. kita sekarang hanyalah fi’ah (kelompok kecil) yang tidak bisa apa-apa,” katanya.

“Jika melihat sejarah, kerajaan Majapahit runtuh dikarenakan pada masa Brawijaya V sudah tidak ada tradisi keilmuan lagi,” lanjutnya. “Karena itu, tradisi keilmuan harus kita tumbuh-semikan lagi.”

Menurutnya, indikator kualitas mutu diskusi dan kajian tidak dilihat dari seberapa banyak mahasiswa yang ikut berpartisipasi. Akan tetapi produktivitas yang dihasilkan dari kegiatan-kegiatan ilmiah tersebut. Seperti halnya sebagian mahasiswa yang melupakan esensi dari demonstrasi yang hanya digunakan untuk keributan.

“Mahasiswa juga sudah melupakan tradisi kepustakaan. Kalau ada diskusi, mereka hanya debat kusir, ngomong tanpa referensi,” lanjutnya.

Majalah TebuirengIklan Tebuireng Online

Sebagai orang yang pernah menjadi mahasiswa, Sadad menegaskan perlunya organisasi sebagai kegiatan ekstra kampus. Sampai-sampai, jika ada kampus yang tidak membuka pintu untuk kegiatan ekstra, menurutnya itu dzolim.

Di Akhir sambutannya, Sadad mengajak kita untuk bangkit melawan kemalasan dan kemunduran, mengingat mahasiswa adalah agent of change. “Kata Nabi, lebih bahaya menghadapi orang munafik daripada orang kafir. Karena orang munafik itu adalah adalah diri kita sendiri.” (abd)