tebuireng.online– Madrasah Aliyah Perguruan Mu’allimat (MAPM) Cukir Diwek Jombang tetap mempertahankan eksistensinya dalam dunia pendidikan. Salah satu caranya dengan mempertahankan metode pendidikan berbasis mahasiswa, yang telah dihapus oleh beberapa sekolah SMA/sederajat karena dianggap kuno dan salah sasaran. Namun tidak bagi MAPM, sekolah dibawah naungan Yayasan Wakaf KH. Adlan Aly ini tetap mempertahankannya, karena masih dianggap efektif memberikan pendidikan praktis.
Pelatihan studi lapangan (PSL) merupakan salah satu pelatihan dengan metode pendidikan kampus bagi siswi-siswi MAPM yang diadakan dengan cara melakukan sebuah penelitian secara langsung. Penelitian tersebut disesuaikan dengan program jurusan mereka masing-masing. Pada hari Kamis (11/02/2016) kemarin, MA Perguruan Mu’allimat kembali menyebar seluruh siswi kelas 11 IPA/IPS ke berbagai daerah , yaitu Jombang, Mojokerto, Blitar, Pare, Kediri, Surabaya, dan Malang.
Tempat-tempat yang dijadikan objek penelitian siswi MA Perguruan Mu’allimat antara lain adalah pabrik tahu pong, pabrik Kopi Panglungan, pabik Yakult, pabrik sepatu, Mall Tunjungan Plaza, Ngantang, Kebun Belimbing, Kampung Coklat dan beberapa tempat lain.
Penelitian yang diadakan satu tahun sekali ini mendapat respon positif sekaligus sambutan yang sangat luar biasa dari siswi MA Perguruan Mu’allimat yang mengikuti kegiatan ini. Salah satunya adalah Mutia, siswi yang juga santriwati Pondok Pesantren Putri Walisongo Cukir tersebut merasa sangat senang dan ketagihan melakukan penelitian. Ia kebetulan mendapat tempat di Pabrik dan Kebun Kopi Panglungan Wonosalam Jombang. “Saya semakin suka meneliti, semoga saya menjadi peneliti profesional,” tungkasnya.
Seusai penelitian, para siswi diwajibkan menulis sebuah rumusan masalah yang akan dikembangkan menjadi sebuah karya tulis ilmiah berupa “paper”. Ka
rya tulis ilmiah tersebut akan menjadi salah satu syarat mereka untuk melaksanakan ujian akhir sekolah dan menentukan kenaikan kelas.
Tujuan diadakannya pelatihan tersebut tak lain ialah untuk melatih para siswi lebih menguasai materi yang didapat selama pembelajaran masing-masing. Mereka dituntut untuk mengerjakan KTI selama dua bulan dan akan ditutup dengan pengujian hasil KTI (paper) tersebut didepan penguji. Dalam hal ini MA Perguruan Mu’allimat akan tetap mempertahankan program tersebut, dengan memperluas jangkauan tempat penelitian dan menyediakan objek baru dalam pembahasan KTI. (ana/abror)