tebuireng.online— Diklat Kader Pesantren Tebuireng angatak kedua masuk pada minggu kedua bulan kedua. Materi demi materi masih akan dilalui peserta hingga akhir bulan Oktober. Ahad (09/10/2016), pemateri yang sebelumnya menyampaikan Neuro-linguistic Programming (NLP), Bapak Thayamin, ST. CM. NLP., menjelaskan materi Kebersihan, Keindahan, dan Ketertiban (K3) kepada para peserta Diklat Kader Pesantren Tebuireng angkatan kedua di Jombok Ngoro Jombang.
Pak Yamin, panggilan ankrab beliau, menyampaikan prihal tata cara mengurus dan menertibkan kebersihan dan kerapian lingkungan santri, sehingga dapat dipandang indah dan nyaman, baik untuk penghuninya maupun tamu yang berkunjung. Strategi itu disebut dengan “Komunikasi Housekeeping Map”. Sebelumnya, peserta diputarkan tayangan kartun pendek yang menggambarkan betapa bahayanya membuang sampah sembarangan, walau hanya sekelupas kulit pisang.
“Faktor kebersihan adalah salah satu faktor yang memicu semangat belajar dan kesehatan kita, oleh karena itu kebersihan harus dijaga,” kata bapak yang memondokkan dua putranya di Pesantren Tebuireng tersebut. “Tapi kenyataannya apa? Di sekitar kita masih kotor, belum tertib, dan penuh dengan sampah,” kata beliau menambahi.
Menurut beliau yang pernah menangani menejemen kebersihan di lingkungan Pesantren Tebuireng ini, penyebab utama santri tidak berperilaku bersih adalah kesadaran para santri masih rendah. Hal itu diakibatkan oleh minimnya pengetahuan santri tentang bagaimana cara menjaga kebersihan lingkungan, serta sikap dan perilaku santri yang kurung mendukung terhadap pola hidup sehat.
Beliau juga memberikan kisi-kisi langkah-langkah dapat menjadikan santri berkarakter, bersih, tertib, dan rapi. Pertama dengan menajamkan kepekaan santri terhadap masalah kebersihan, di berikan pemahaman akan pentingnya kebersihan, dan pemahaman hubungan kebersihan dengan prestasi akademis( dengan pendekatan NLP ). Kedua, meningkatan cara berpikir yang berorentasi kepada kesehatan yang dihadapi dan melakukan kampanye dengan slogan-slogan yang ada hubungannya dengan kebersihan.
Ketiga, Peningkatan kemampuan pengendalian diri sehingga dapat mengatur perilaku. Sistem menejemen kebersihan harus diawali dengan membuat Housekeeping Map, Calender Plan (kalender perencanaan), formulir ceklis Housekeeping, dan penyusunan Work Instruction (Instruksi kerja) atau tata cara membersihkan. Keempat, guru atau pembina harus memberikan contoh yang baik dalam hal kebersihan dan kerapian. Yang tak kalah pentingnya, reword atas prestasi kebersihan kelas atau kamar asrama yang bersih juga perlu untuk memberikan suntikan semangat moral.
Selanjutnya, beliau menyampaikan cara membuat Housekeeping Map. Mula-mula mentukan daerah yang akan di bersihkan, kemudian membagi zona yang menjadi tanggung jawab petugas kebersihan, menentukan petugas atau penanggung jawab kebersihan di zona tersebut, dan menyiapkan peralatan atau sarana kebersihan dan keindahan yang dibutuhkan. Setelah itu, tinggal membuat Housekeeping Map dengan tampilan menarik, lalu dibingkai, disosialisasikan dan ditempelkan di tempat yang dibutuhkan. Terakhir, membuat check list untuk memonitor setiap harinya.
Terakhir, beliau berpesan agar dalam pembuatan baliho, poster, atau tulisan-tulisan berisi pesan-pesan moral untuk menjaga kebersihan, dituliskan dan digambarkan semenarik mungkin dengan visualisasi yang mendukung. Selain itu, kata-kata pesannya, lanjut beliau, harus yang bernilai positif tidak terlalu menohok, sehingga pembaca merasa diajak, bukan dicela dan dihina. (Abror)